5 Fakta Sejarah Kota Cordoba, Pusat Kebudayaan Andalusia yang Memikat

- Cordoba berasal dari koloni penting di era Romawi, terbukti dari jembatan Romawi dan reruntuhan bangunan kuno yang masih dilestarikan hingga kini.
- Pada masa keemasan Umayyah di bawah Abd ar-Rahman, Cordoba tumbuh menjadi pusat pemerintahan Dinasti Umayyah di Semenanjung Iberia.
- Cordoba menjadi pusat ilmiah dan intelektual Eropa pada abad ke-10 hingga ke-11, dengan kerja sama lintas budaya yang melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang.
Pernahkah kamu membayangkan satu kota yang menyimpan jejak Romawi, Islam, dan Kristen dalam satu lanskap yang memukau? Cordoba di Andalusia adalah contoh nyata bagaimana sejarah panjang bisa membentuk identitas budaya yang kaya dan berpengaruh hingga kini. Setiap bangunan, lorong tua, dan situs kunonya menawarkan cerita peradaban yang saling bertemu dan berkembang dalam harmoni.
Jika kamu tertarik dengan sejarah, arsitektur, atau peradaban kuno, Cordoba adalah kota yang wajib kamu selami lebih dalam. Mulai dari masa kejayaan Kekaisaran Romawi hingga menjadi pusat pengetahuan Islam di Eropa, kota ini telah mengalami berbagai fase yang mencengangkan. Yuk, simak lima fakta sejarah penting tentang Cordoba yang membuktikan keagungannya sebagai pusat kebudayaan Andalusia.
1. Berawal dari koloni penting di era Romawi

Sebelum dikenal sebagai pusat peradaban Islam, Cordoba sudah eksis sejak zaman Romawi kuno. Pada abad ke-2 SM, kota ini mulai berkembang setelah ditetapkan sebagai Colonia Patricia, yakni status prestisius yang menunjukkan kedudukannya sebagai pemukiman penting Romawi. Letaknya yang strategis di wilayah Baetica membuat Cordoba menjadi pusat budaya dan administrasi di selatan Spanyol.
Jejak kejayaan Romawi masih terlihat jelas hingga kini. Jembatan Romawi dan reruntuhan bangunan kuno menjadi saksi bisu kekuatan pada masa itu. Situs-situs ini tidak hanya dilestarikan, tapi juga menjadi daya tarik wisata sejarah yang mendunia.
2. Masa keemasan Umayyah di bawah Abd ar-Rahman

Memasuki abad ke-8 M, Cordoba jatuh ke tangan pasukan Muslim dalam penaklukan Al-Andalus. Pada tahun 756, Abd ar-Rahman I mendirikan Emirat Cordoba dan menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan Dinasti Umayyah di Semenanjung Iberia. Dalam waktu singkat, Cordoba tumbuh menjadi kota besar yang dihuni berbagai golongan dan budaya.
Pada tahun 929, Abd ar-Rahman III memproklamasikan dirinya sebagai khalifah dan mendirikan Kekhalifahan Cordoba. Di masa inilah kota mencapai puncak kejayaan dalam politik, seni, dan sains. Pengaruhnya bahkan menandingi pusat-pusat peradaban dunia lainnya pada masa itu.
3. Menjadi pusat ilmiah dan intelektual Eropa

Pada abad ke-10 hingga ke-11, Cordoba dikenal sebagai kiblat ilmu pengetahuan. Kota ini menjadi rumah bagi para cendekiawan Muslim, Yahudi, dan Kristen yang hidup berdampingan dalam suasana toleransi. Perpustakaan dan pusat pembelajaran bermunculan dengan koleksi manuskrip yang mencapai ratusan ribu judul.
Kerja sama lintas budaya melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang, seperti matematika, kedokteran, filsafat, dan astronomi. Banyak ilmu klasik yang diterjemahkan dan disebarluaskan ke Eropa Barat dari Cordoba. Tidak heran jika kota ini disebut sebagai ornamen dunia pada zamannya.
4. Warisan arsitektur yang mendunia dan diakui UNESCO

Salah satu ikon Cordoba yang paling terkenal adalah Mezquita-Catedral, atau Masjid Katedral Cordoba. Bangunan ini awalnya dibangun sebagai masjid megah pada masa pemerintahan Umayyah, kemudian diubah menjadi katedral setelah Reconquista tahun 1236. Perpaduan arsitektur Islam dan Kristen menjadikannya struktur unik yang tak tertandingi.
Pada tahun 1984, UNESCO menetapkan Mezquita-Catedral sebagai Situs Warisan Dunia. Status ini kemudian diperluas hingga ke pusat kota tua Cordoba, termasuk jembatan Romawi, Madinat al-Zahra, dan kawasan Medina. Keindahan arsitekturnya mencerminkan lapisan sejarah yang menyatu dalam satu kota.
5. Masa kemunduran dan kebangkitan kembali

Seperti banyak peradaban besar, Cordoba juga mengalami masa surut. Di awal abad ke-11, kekhalifahan terpecah akibat konflik internal yang dikenal sebagai Fitna. Beberapa abad kemudian, kota ini ditaklukkan oleh pasukan Kristen pada masa Reconquista dan menjadi bagian dari Kerajaan Kastila.
Meski sempat meredup, Cordoba bangkit kembali sebagai pusat pariwisata budaya. Upaya pelestarian dilakukan melalui restorasi situs kuno, pengembangan festival, dan promosi sejarah lokal. Kini, kota ini menjadi jendela masa lalu yang tetap hidup di tengah modernitas.
Cordoba adalah bukti bahwa peradaban tidak sekadar tercatat di buku sejarah, tapi juga tertanam dalam bangunan, tradisi, dan kehidupan kota. Siap menggali lebih banyak cerita dari kota yang pernah disebut sebagai cahaya dunia ini?