Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Ular Erabu Biru, Kerabat Kobra Raja dari Lautan

warna menawan dari erabu biru (commons.wikimedia.org/Bramadi Arya)
warna menawan dari erabu biru (commons.wikimedia.org/Bramadi Arya)

Elapidae mungkin lebih banyak diketahui sebagai famili dari ular kobra raja. Padahal, famili ini memiliki sekitar 55 genus dan 360 spesies berbeda dengan ciri khas taring yang menonjol secara permanen dan kebanyakan anggotanya dapat mengempiskan bagian kepala layaknya sendok. Alhasil, ada banyak kerabat dekat dari ular kobra raja, baik di daratan ataupun laut. Ya, faktanya, ada banyak anggota Elapidae yang hidup di laut dan lebih akrab kita kenal dengan sebutan ular laut (subfamili Hydrophiinae dan Laticaudinae).

Salah satu spesies ular laut yang akan kita bahas pada kesempatan ini adalah erabu biru (Laticauda laticaudata). Ular ini memiliki ciri berupa sisik berwarna biru dan hitam dengan bibir berwarna cokelat dan ekor yang pipih sehingga dapat membantu mereka berenang. Panjang rata-rata ular laut ini mencapai 1—1,5 meter dengan bobot beberapa individu menyentuh 2,2 kg. Selain soal penampilan, yuk, kita cari tahu fakta-fakta menarik lain dari erabu biru!

1. Peta persebaran dan habitat alami

erabu biru yang sedang menjelajahi terumbu karang (commons.wikimedia.org/jon hanson)
erabu biru yang sedang menjelajahi terumbu karang (commons.wikimedia.org/jon hanson)

Erabu biru ternyata punya peta persebaran yang sangat luas. Dilansir Animalia, mereka ditemukan mulai dari Samudra Hindia yang dekat dengan perairan India dan negara sekitarnya, kemudian di seluruh perairan Asia Tenggara, menuju Asia Timur (meliputi China, Taiwan, dan Jepang), dan berakhir di sekitaran Samudra Pasifik bagian barat, tepatnya di pulau-pulau kecil di sana. Bahkan, beberapa kantung populasi dari erabu biru juga dikonfirmasi ada di sekitar Papua, Australia, dan Selandia Baru.

Sementara untuk urusan habitat, erabu biru tidak berbeda jauh dengan saudara mereka yang lain. Ular laut ini selalu berada di kawasan pesisir pantai berbatu dan terumbu karang. Ular ini suka air beriklim tropis dengan kedalaman yang relatif dangkal, tetapi terkadang bisa juga menyelam hingga dekat dengan landasan kontinen (sekitar 50—200 meter di bawah permukaan laut). Erabu biru tidak selalu berada di laut karena pada kebanyakan waktu, ular ini justru banyak ditemukan di darat, khususnya setelah mereka makan.

2. Makanan favorit dan cara berburu

erabu biru sedang mencari belut laut di celah karang (commons.wikimedia.org/DAVID)
erabu biru sedang mencari belut laut di celah karang (commons.wikimedia.org/DAVID)

Erabu biru tentunya tergolong hewan karnivor sejati. Namun, ular ini punya satu jenis makanan favorit yang selalu mereka cari dan pilih jika ada kesempatan, yakni belut laut. Hanya saja, spesies belut laut yang erabu biru cari bukan yang berukuran besar, melainkan belut laut kecil yang masih bisa masuk ke dalam mulut mereka. Selain belut laut, terkadang ular ini turut memburu beberapa jenis ikan kecil, meski volume perburuannya sangat sedikit jika dibandingkan belut laut.

Dilansir Ocean Animals, erabu biru memanfaatkan indera penciuman yang tajam untuk menemukan calon mangsa di dalam laut. Gerakan mereka sangat efektif setelah berhasil mendeteksi target. Hal ini ditandai dengan gerakan perlahan dan menunggu sampai target lengah, kemudian disusul dengan terjangan supercepat yang disertai dengan gigitan berbahaya dari ular ini.

Setelah memperoleh mangsa, erabu biru akan menelan makanan itu secara bulat-bulat. Volume tubuh mereka akan membesar setelah makan. Oleh sebab itu, ular ini akan bergerak menuju pantai berbatu untuk bersembunyi dan beristirahat di gua ataupun celah batu selama beberapa minggu sambil menunggu sistem pencernaan mereka bekerja penuh.

3. Termasuk jenis ular berbisa

Kandungan racun pada bisa erabu biru dapat membunuh manusia dalam hitungan jam. (commons.wikimedia.org/Georgina Jones)
Kandungan racun pada bisa erabu biru dapat membunuh manusia dalam hitungan jam. (commons.wikimedia.org/Georgina Jones)

Sama seperti mayoritas ular laut lain, erabu biru tergolong ular berbisa yang berbahaya bagi manusia sekalipun. Jenis racun pada bisa erabu biru adalah neurotoksin yang artinya bisa ular ini akan menyerang sistem saraf dari korban. Jika manusia tergigit, efek utama yang akan dirasakan adalah kelumpuhan otot, muntah-muntah, nyeri perut, dan diare. Kalau tidak ditangani dengan baik, korban yang digigit erabu biru dapat tewas hanya dalam waktu beberapa jam saja.

Namun, sebenarnya erabu biru bukannya ular yang akan membabi-buta dalam menggigit manusia. Ocean Animals melaporkan bahwa ular yang satu ini cenderung menghindari kontak dengan manusia begitu mereka mendeteksi keberadaan kita. Gigitan yang terjadi pada manusia biasanya terjadi karena seseorang tak sengaja menginjak erabu biru saat berada di pantai berbatu ataupun menangkap ular ini tanpa keahlian khusus. Jadi, serangan yang berakhir pada gigitan berbisa dari erabu biru lebih disebabkan oleh pertahanan diri dari si ular yang merasa terancam karena kehadiran manusia.

4. Sistem reproduksi

anak erabu biru yang masih ada di sekitar pantai (commons.wikimedia.org/王朝威)
anak erabu biru yang masih ada di sekitar pantai (commons.wikimedia.org/王朝威)

Tidak ada sumber yang menyebut apakah ada ritual kawin tertentu yang dilakukan erabu biru kepada pasangan. Yang jelas, selama jantan dan betina siap kawin, ular ini dapat kawin kapan saja tanpa perlu memerhatikan musim tertentu. Proses perkawinan diduga dilakukan di dalam laut karena ular ini baru akan kembali ke daratan untuk mengeluarkan telur.

Berdasarkan keterangan DCCEEW Government Australia, erabu biru betina dapat menghasilkan sekitar 2—5 butir telur dalam satu kali reproduksi. Telur-telur tersebut diletakkan di gua ataupun celah batu yang dapat betina temukan. Butuh masa inkubasi selama 4 bulan sebelum telur erabu biru menetas dan anak-anak ular ini sudah bisa hidup mandiri sesaat setelah keluar dari telur mereka.

5. Status konservasi

erabu biru yang tertangkap jebakan nelayan (commons.wikimedia.org/Cheng Te Hsu)
erabu biru yang tertangkap jebakan nelayan (commons.wikimedia.org/Cheng Te Hsu)

Dalam catatan IUCN Red List, erabu biru masuk dalam kategori risiko rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi ular laut ini terbilang stabil. Hal ini cukup wajar mengingat peta persebaran mereka yang cenderung luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang besar. Sebenarnya, tidak ada juga ancaman spesifik yang dialami erabu biru dan berpotensi merusak populasi mereka dalam waktu dekat.

Namun, mengingat aktivitas manusia di sekitar pesisir pantai di sepanjang peta persebaran mereka sangat tinggi, tetap saja ada potensi pengurangan populasi besar-besaran. Sebab, aktivitas manusia dapat dengan mudah menghancurkan terumbu karang yang jadi sumber kehidupan bagi erabu biru. Selain itu, dilansir DCCEEW Australian Government, di beberapa tempat seperti Jepang dan Filipina, erabu biru sering diburu masyarakat setempat untuk dimanfaatkan daging dan kulit mereka.

Warna mereka yang mencolok terkadang mengundang rasa penasaran manusia untuk mendekati ular yang satu ini. Akan tetapi, kalau seandainya kamu bertemu dengan sosok hewan berukuran panjang dengan warna biru dan hitam, sebaiknya jangan didekati, ya! Kalau tidak hati-hati, kita berpotensi menerima gigitan dari salah satu ular berbisa yang berbahaya seperti si erabu biru ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us