5 Fakta Ular Piton Kepala Hitam, Ahli Beradaptasi di Tempat Panas

- Ular piton kepala hitam adalah hewan endemik Australia yang hidup di lingkungan kering dan panas.
- Warna hitam pada kepala ular piton kepala hitam memiliki fungsi khusus untuk mengatur suhu tubuh di lingkungan panas.
- Meski berisik, ular piton kepala hitam tidak agresif, kecuali jika merasa terancam.
Biasanya, keluarga ular piton atau sanca (famili Pythonidae) itu punya ciri khas berupa sisik dengan motif tertentu yang identik sama dari ujung kepala sampai ujung ekor. Namun, ada satu spesies ular piton yang tampil berbeda karena warna sisik bagian tubuh dengan kepala sama sekali tidak sinkron. Nama spesies tersebut adalah ular piton kepala hitam (Aspidites melanocephalus).
Bagian badan hingga ekor ular ini sebenarnya pula pola yang cukup menarik, yakni gabungan krem atau cokelat muda dengan garis hitam besar yang dikelilingi garis kecil berwarna cokelat. Namun, kalau kita naik ke sekitar kepala hingga leher, warna sisik di sana justru jadi hitam pekat dan agak mengkilap yang jadi ciri khas dari spesies ular piton ini. Kalau dibandingkan dengan ular lain di wilayah persebaran yang sama, ular piton kepala hitam sebenarnya jadi salah satu yang terbesar, lho.
Soalnya, ular ini mampu tumbuh dengan panjang antara 1,5—2,5 meter dengan bobot sekitar 16 kg. Tak hanya besar, ada pula beberapa fakta menarik lain dari ular piton kepala hitam yang akan segera dibahas. Salah satunya soal adaptasi mereka di lingkungan yang panas dan kering. Penasaran, kan? Yuk, simak ulasan di bawah ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Ular piton kepala hitam ternyata masuk dalam jenis hewan endemik Australia. Mereka tersebar di bagian utara pulau utama Australia yang meliputi wilayah Queensland, Australia Barat, dan Northern Territory. Ular yang satu ini adalah spesialis bertahan di lingungan yang kering dan panas.
Hal ini tercermin jelas dari pilihan habitat mereka. Dilansir Smithsonian National Zoo, ular piton kepala hitam utamanya hidup di kawasan sabana kering dan padang rumput. Namun kadang-kadang ular ini juga bergerak ke area hutan dan perkebunan/pertanian manusia. Uniknya, ular ini punya kemampuan berenang yang cukup baik meski sangat jarang berada di kolam atau sungai. Selain itu, mereka juga piawai dalam memanjat pohon.
Selayaknya keluarga ular, mereka adalah karnivor sejati. Pilihan makanan favorit berupa reptil bernama skink atau mengkarung, tetapi bisa pula memburu mamalia kecil, reptil lain, dan burung. Karena tak termasuk ular berbisa, ular piton kepala hitam mengandalkan kekuatan gigitan dan cengkeraman tubuh yang kuat untuk melumpuhkan mangsa. Mereka termasuk hewan nokturnal sehingga aktivitas mencari makan banyak dilakukan setelah Matahari terbenam.
2. Ada fungsi khusus dari warna hitam pada kepala mereka

Tinggal di daerah yang panas tentu mewajibkan ular piton kepala hitam untuk beradaptasi dengan baik di sana. Sekalipun sebenarnya ular butuh menjemur diri untuk mengatur temperatur tubuh, suhu yang terlalu panas pun dapat membahayakan jiwa mereka. Untungnya, ular piton kepala hitam mengandalkan kepala yang khas itu untuk mengatasi suhu superpanas.
Animal Diversity melansir kalau bagian kepala mampu membantu proses menghangatkan ataupun mendinginkan tubuh. Kalau ingin menghangatkan tubuh saat musim dingin sedang melanda, ular piton kepala hitam tinggal menjemur bagian kepala, sementara sisa bagian tubuh bisa berada di mana saja, termasuk di tempat teduh. Sementara itu, kalau suhu sedang tinggi-tingginya, mereka akan mengubur kepala ke dalam pasir. Hal ini disebabkan karena bagian kepala mampu menyerap lebih banyak sinar Matahari ketimbang bagian tubuh lain yang membuat bagian tersebut paling efektif untuk dijemur ataupun ditutup.
Sebenarnya, adaptasi ular ini terhadap lingkungan kering dan panas tak hanya berasal dari fisik. Ular piton kepala hitam juga memiliki kebiasaan untuk mencari sarang rayap dengan tujuan mengubur diri dan melindungi diri dari sengatan panas.
3. Berisik, tapi tidak agresif

Seiring dengan berkembangnya pemukiman dan pertanian manusia, pertemuan kita dengan ular piton kepala hitam jadi tak dapat dihindari. Sebenarnya, kalau benar-benar bertemu dengan kita, ular ini sama sekali tidak agresif dan justru cenderung menghindar. Akan tetapi, pada momen tertentu, semisal kita coba mendekat dengan sengaja, ular ini akan masuk dalam mode mempertahankan diri. Nah, ada hal unik dari cara ular ini untuk “mengusir” kita.
Dilansir AZ Animals, hal paling awal yang mereka lakukan adalah mendesis dengan keras. Kalau kita menjauh pun, desisan itu masih tetap terdengar cukup keras. Seandainya kita masih terus mengusik, ular piton kepala hitam akan menerjang dengan cepat ke arah kita. Uniknya, dalam kebanyakan interaksi berbahaya itu, si ular sama sekali tidak membuka mulut. Alhasil, mereka sebenarnya hanya menabrakkan kepala ke arah manusia yang mengganggu. Akan tetapi, bukan berarti mereka tidak menggigit sama sekali.
Pada kesempatan yang langka, ular ini tetap mampu menggigit seseorang dan menguncinya. Tentu itu bukan pengalaman yang baik untuk dirasakan. Maka dari itu, lebih baik jangan usik ular ini kalau tak sengaja bertemu mereka di alam liar, ya!
4. Sistem reproduksi

Ular piton kepala hitam termasuk hewan monogami berantai. Maksudnya, mereka termasuk setia pada satu pasangan, tetapi hanya dalam satu musim kawin saja. Begitu masuk musim kawin baru, ular ini saling berganti pasangan. Musim kawin bagi ular piton kepala hitam berlangsung antara bulan Oktober—November. Jantan terkadang saling berkelahi untuk memperebutkan betina yang belum punya pasangan. Namun, pertarungan itu hanya terjadi secara singkat dan tak membahayakan kedua pihak.
Setelah pasangan terbentuk dan selesai kawin, betina langsung mencari lubang terdekat untuk bertelur. Animal Diversity melansir kalau betina menghasilkan 8—18 telur dalam satu musim kawin. Uniknya, betina tidak meninggalkan telur, melainkan melingkarkan tubuh di sekitar telurnya dengan tujuan membantu proses inkubasi. Masa inkubasi telur ular piton kepala hitam memakan waktu 2—3 bulan.
Setelah menetas, anak ular ini sebenarnya sudah bisa hidup mandiri. Untuk mencapai usia kematangan seksual, ular piton kepala hitam butuh waktu selama 4—5 tahun. Sementara itu, rata-rata usia spesies ini, baik saat berada di alam liar maupun penangkaran, ternyata mencapai 20—30 tahun.
5. Status konservasi

Menurut IUCN Red List, status konservasi ular piton kepala hitam masuk dalam kategori hewan dengan kekhawatiran rendah (Least Concern). Dituliskan pula kalau tren populasi mereka masih stabil, meski tidak dicantumkan total populasi di alam. Sebenarnya, tidak ada ancaman serius yang sedang dialami spesies ini. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu diingat oleh banyak orang, khususnya pecinta reptil.
IUCN Red List menyebut kalau ular ini kadang ditangkap secara ilegal untuk diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan. Bagi para pemburu, ular ini punya nilai ekonomi yang cukup tinggi karena permintaan tinggi, tetapi suplai masih rendah. Maka dari itu, sebelum terlambat, lebih baik hindari memelihara ular piton kepala hitam dari toko hewan yang menjual reptil secara ilegal. Jika memang ingin pelihara, pastikan kalau ular yang dipilih tidak berasal dari alam yang ditangkap secara ilegal, ya!
Dari ular piton kepala hitam akhirnya kita tahu kalau ciri unik sekecil apa pun yang ada di tubuh hewan itu pasti menunjukkan kemampuan adaptasi mereka pada lingkungan. Dalam kasus ular ini, warna hitam yang hanya dimunculkan di area kepala ternyata berfungsi untuk mengatur temperatur tubuh dengan mudah tanpa perlu mengekspos anggota tubuh lain yang tentunya dapat membahayakan jiwa. Dari deretan fakta ular piton kepala hitam di atas, mana yang membuatmu tertarik?

















