Tikus termasuk hewan hama yang hidup di berbagai area. Populasi mamalia bertubuh kecil ini hampir dapat ditemukan di seluruh benua. Mereka memiliki banyak sekali spesies salah satunya polynesian rat.
Seperti spesies tikus pada umumnya, polynesian rat merupakan hewan nokturnal. Dengan usia yang relatif singkat, inilah beberapa fakta menarik seputar polynesian rat dilansir dari laman Animalia dan Animaldiversity, sebagai berikut:
Populasi polynesian rat tersebar di wilayah Asia Tenggara yang meliputi enam negara yaitu Kamboja, Indonesia, Vietnam, Malaysia, Myanmar, dan Thailand. Dilansir laman Animalia, Mereka mendiami berbagai macam daerah mulai dari hutan, padang rumput, hingga area pertanian. Spesies tikus ini sering bersarang di antara celah-celah akar pohon.
Mereka termasuk hewan omnivora. Polynesian rat bertahan hidup dengan memakan biji-bijian, buah-buahan, serangga, cacing tanah, dan kadal berukuran kecil. Terkadang mereka juga mencari telur burung yang ditinggal oleh induknya.
Polynesian rat merupakan hewan sosial yang hidup dengan membentuk koloni. Dalam satu koloni biasanya berjumlah puluhan hingga ratusan ekor. Spesies tikus ini aktif beraktivitas pada malam hari seperti mencari makanan, bersosialisasi, dan berkembang biak.
Mereka dikenal akan kemampuan memanjatnya yang handal. Saat menemukan makanan, biasanya polynesian rat akan membawanya ke tempat aman dan tersembunyi agar tidak direbut oleh tikus lainnya. Hewan ini memiliki pergerakan yang sangat lincah.
Polynesian rat termasuk spesies tikus berukuran sedang. Mereka memiliki tubuh ramping, moncong runcing, daun telinga lebar serta kaki pendek. Dilansir dari laman Animaldiversity, seekor tikus dewasa penjang tubuhnya hanya berkisar antara 12 hingga 15 sentimeter.
Sedangkan berat maksimal polynesian rat adalah 80 gram. Badannya ditutupi oleh bulu berwarna abu-abu coklat dan perut putih. Untuk sang betina, terdapat delapan puting pada bagian perutnya.
Tidak ada informasi detail seputar cara berkembang biak polynesian rat. Musim kawin spesies tikus ini terjadi 2 kali dalam setahun yakni pada musim semi dan musim panas. Masa kehamilan betina memakan waktu kurang lebih tiga minggu.
Dalam satu kali persalinan, polynesian rat mampu melahirkan maksimal 4 bayi. Selama satu bulan, bayi akan terus bersama sang induk untuk disusui. Mereka akan mencapai tingkat kematangan seksual saat berusia 8 bulan.
Badan Konservasi Alam Dunia IUCN belum memiliki data resmi jumlah polynesian rat yang tersisa di alam liar. Luasnya penyebaran tikus ini membuat mereka sulit untuk diperkirakan jumlahnya. Namun, polynesian rat belum dimasukan dalam daftar hewan dilindungi.
Hal ini mengindikasikan bahwa populasi mereka masih stabil. Sistem reproduksi yang tergolong cepat membuat keberadaan polynesian rat tidak terlalu mendapatkan perhatian. Akan tetapi, spesies tikus ini memiliki usia yang sangat pendek yakni 15 bulan.
Bagi para petani, polynesian rat menjadi musuh utama karena sering merusak tanaman. Mereka sering memburu spesies tikus ini dengan menggunakan berbagai jenis perangkap.