Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Faktor Degradasi Lahan yang Terjadi Secara Alami

ilustrasi bentang lahan (commons.wikimedia.org/Dietmar Rabich)
ilustrasi bentang lahan (commons.wikimedia.org/Dietmar Rabich)
Intinya sih...
  • Erosi tanah oleh air dan angin dapat menyebabkan kehilangan lahan subur, peningkatan polusi, dan risiko banjir.
  • Pergerakan tanah dan longsor merusak keseburan, komposisi, dan struktur tanah serta kemampuan untuk mendukung kehidupan tanaman.
  • Kekeringan berkepanjangan, fluktuasi iklim, salinisasi, dan abrasi pesisir juga menjadi faktor degradasi lahan yang perlu diwaspadai.

Kamu mungkin sering dengar istilah degradasi lahan, tapi tahu nggak sih kalau kerusakan tanah itu nggak cuma karena ulah manusia? Ternyata, ada juga faktor-faktor alami yang bisa bikin kualitas lahan menurun drastis, lho! Mulai dari erosi sampai abrasi pantai, semuanya bisa berdampak besar terhadap kesuburan tanah dan kelangsungan hidup di sekitarnya.

Degradasi lahan yang terjadi secara alami ini biasanya berlangsung dalam jangka waktu lama dan sering kali sulit dicegah. Meski begitu, memahami penyebabnya bisa bantu kita lebih bijak dalam mengelola lingkungan. Yuk, cari tahu apa saja faktor degradasi lahan yang terjadi secara alami dan bikin rusak lahan tersebut!

1. Erosi tanah oleh air dan angin

ilustrasi bentang lahan erosi tanah oleh air dan angin (pexels.com/Peter Olexa)
ilustrasi bentang lahan erosi tanah oleh air dan angin (pexels.com/Peter Olexa)

Tanah tidak hanya sekadar media tanam yang ada di permukaan Bumi. Benda ini juga merupakan fondasi utama dalam kehidupan dan ketahanan pangan global. Berbagai ancaman dan degradasi tanah semakin memprihatinkan akibat praktik pertanian yang tidak berkelanjutan. Dilansir laman World Wildlife Fund, dampak dari erosi tanah tidak hanya sebatas kehilangan lahan subur, tetapi juga menyebabkan peningkatan polusi dan sedimentasi sungai dan aliran air. Hal ini bisa menyebabkan penyumbatan jalur perairan hingga penurunan populasi ikan dan spesies lainnya. Lahan yang terdegradasi juga sering kali memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menahan air, yang dapat memperburuk risiko banjir. Kesadaran dan kolaborasi antara petani, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, serta komunitas global sangat dibutuhkan untuk menjaga “kulit rapuh” Bumi ini tetap subur bagi generasi mendatang.

2. Pergerakan tanah dan longsor

ilustrasi pergerakan tanah dan longsor (pexels.com/Wilson Malone)
ilustrasi pergerakan tanah dan longsor (pexels.com/Wilson Malone)

Tanah yang tidak stabil di lereng bukit atau pegunungan bisa longsor tiba-tiba secara alami. Dilansir laman EOS Data Analytics, penipisan lapisan tanah atas yang subur akibat dampak fisik (banjir, limpasan permukaan, longsor, angin dan badai). Degradasi fisik ini juga merusak dalam jangka panjang merusak keseburan, komposisi, dan struktur tanah. Ketika tanah kehilangan struktur dan nutrisinya, kemampuan untuk mendukung kehidupan tanaman pun menurun drastis. Penting untuk menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan, seperti konservasi tanah dan penggunaan alat berat secara bijak.

3. Kekeringan berkepanjangan

ilustrasi kekeringan (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi kekeringan (pexels.com/Pixabay)

Kekeringan berkepanjangan juga termasuk sebagai salah satu faktor degradasi lahan. Meskipun kekeringan adalah fenomena alam, dalam konteks perubahan iklim dan aktivitas manusia, kekeringan dapat menurunkan produktivitas tanah, mengganggu keseimbangan ekosistem, dan memperburuk kondisi sosial-ekonomi masyarakat, sehingga termasuk dalam bentuk degradasi lahan. Dilansir laman Geneva Environment Network, kekeringan menjadi ancaman terbesar bagi pembangunan berkelanjutan, terutam di negara berkembang, meskipun kini semakin terasa juga di negara maju. Beberapa ahli juga menyebut pada tahun 2050, kekeringan akan memengaruhi lebih dari tiga perempat populasi dunia.

4. Fluktuasi iklim dan cuaca ekstrem

ilustrasi iklim dan cuaca ekstrem (pexels.com/Tom Nolan)
ilustrasi iklim dan cuaca ekstrem (pexels.com/Tom Nolan)

Dilansir laman Journal of Climatology and Weather Forecasting, bahan organik tanah sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dan laju dekomposisinya meningkat seiring dengan naiknya suhu. Fluktuasi dan cuaca ekstrem secara nyata memengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah, yang merupakan indikator penting kesuburan dan kesehatan tanah. Hal ini juga menurunkan daya dukung tanah terhadap mikroorganisme dan tanaman. Dengan berkurangnya bahan organik, struktur tanah menjadi rapuh, daya simpan air menurun, dan nutrisi lebih mudah hilang, sehingga tanah menjadi lebih rentan terhadap erosi dan degradasi.

5. Penumpukan garam atau salinisasi

ilustrasi penumpukan garam (pexels.com/Serg Alesenko)
ilustrasi penumpukan garam (pexels.com/Serg Alesenko)

Penumpukan garam atau salinisasi juga termasuk salah satu faktor degradasi lahan karena menyebabkan hilangnya produktivitas tanah. Dilansir laman Eos Data Analytics, salinisasi terjadi ketika garam-garam laut tersimpan di dalam tanah. Hal ini terjadi baik secara alami maupun aktivitas manusia. Salah satu penyebab dari fenomena ini yaitu iklim yang kering dan curah hujan rendah, sehingga garam tidak terbilas dari tanah. Jika tidak segera ditangani, salinisasi akan terus menurunkan kualitas tanah secara drastis dan memperparah kerentanan masyarakat terhadap kelangkaan pangan dan kemiskinan.

6. Pengaruh gelombang laut dan abrasi pesisir

ilustrasi abrasi dan gelombang laut (pexels.com/josemiguel67bio jose miguel)
ilustrasi abrasi dan gelombang laut (pexels.com/josemiguel67bio jose miguel)

Sebagian besar wilayah pesisir sangat rentan terjadinya degradasi lahan, terutama disebabkan oleh abrasi pantai. Abrasi mengikis daratan oleh gelombang laut, arus, pasang surut, dan aktivitas manusia seperti penambangan pasir maupun pembangunan. Peristiwa ini mengakibatkan semakin mundurnya garis pantai dan merusak lahan dan pemukiman. Kemudian abrasi juga menyebabkan penurunan kualitas tanah dan risiko banjir rob. Contoh kasus yang bisa kita lihat ada pada daratan pesisir Jakarta utara dan sebagian besar pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Meski ada faktor degradasi lahan yang terjadi secara alami, dampaknya bisa sangat merugikan lingkungan hidup dan kelangsungan kehidupan. Jika tidak dikelola dengan baik, ancaman degradasi lahan akan semakin buruk. Mulai dari erosi hingga abrasi, semua ini mengingatkan kita bahwa menjaga keseimbangan alam adalah kunci untuk keberlanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us