5 Fenomena Alam Bebatuan, Dijamin Bikin Takjub! 

Fenomena alam bebatuan pertama adalah moeraki boulders. Kamu pernah melihat bebatuan yang berada di pinggiran pantai? Bedanya, bebatuan yang satu ini memiliki ukuran cukup besar dengan bentuk bulat. Moeraki boulders merupakan kumpulan batu yang bentuknya bulat dan berukuran besar di tepian pantai.

Fenomena bebatuan ini dapat dilihat di Pantai Koekoeh, Pulau Selatan Selandia Baru, dekat dengan kota Moeraki. Selain itu, fenomena bebatuan ini juga terdapat di Amerika Selatan dan beberapa negara lain di Eropa.

Moeraki boulders muncul dari dasar laut berjuta-juta tahun yang lalu. Pembentukan batu ini mirip seperti pembentukan mutiara. Moeraki boulders terbentuk secara bertahap dari garam kalsium di sekitar inti yang keras. Adapun proses pembentukannya dibantu oleh deburan ombak. Jadi, moeraki boulders membutuhkan proses yang lama hingga dapat membentuk sebuah batu besar yang bulat sempurna.

The Wave berarti gelombang. Dinamakan The Wave karena batu ini membentuk seperti garis-garis bergelombang pada setiap lekukan bukitnya. Melansir laman Forum Geosaintis Muda Indonesia, The Wave terletak di perbatasan Utah dan Arizona, Amerika Serikat.

Fenomena ini merupakan rekaman stratigrafi ideal batu pasir Formasi Navajo (pasir-pasir purba). Para ahli geologi menyatakan bahwa The Wave adalah bukit pasir tua yang berubah menjadi batuan padat dan keras selama berabad-abad yang mengapur dalam lapisan horizontal dan vertikal. The Wave memiliki struktur batuan yang cukup lembut, sehingga membuatnya relatif rapuh. Oleh karena itu, ketika kamu berjalan melewatinya, kamu perlu berhati-hati untuk menghindari mematahkan punggung buktinya yang kecil.

Batu merupakan salah satu benda mati yang tidak memiliki karakteristik makhluk hidup salah satunya bergerak. Lantas, mengapa batu yang satu ini dinamakan batu berjalan? Apakah memang benar-benar dapat berjalan? Nyatanya, batu berjalan merupakan sebuah fenomena ketika batu dapat berpindah tempat dari posisi semula. Fenomena batu berjalan berada di wilayah danau kering Racetrack Playa di Death Valley National Park, California, Amerika Serikat.

Mengutip Astri Pratiwi, dkk. dalam bukunya yang berjudul “Fenomena Alam paling Spektakuler” (2011), Racetrack Playa adalah sebuah danau kering yang memiliki permukaan datar dengan ukuran panjang empat kilometer dan lebar kurang lebih dua kilometer. Permukaan danau ini tersusun atas batuan sedimen yang terbentuk dari lumpur serta tanah liat. Di permukaan Racetrack Playa, kamu akan bisa melihat batu berjalan serta jejak yang dihasilkan dari perpindahannya.

Hingga saat ini, penyebab fenomena batu berjalan masih menjadi misteri. Namun, ada sejumlah teori yang menjelaskan terkait penyebab batu dapat berpindah posisi. Beberapa penyebab tersebut di antaranya karena digerakkan oleh angin dan karena digerakkan oleh es.

Pernah gak kamu mendengar tentang batu waffle? Kalau kue waffle barangkali tau ya karena jenis makanan itu banyak digemari oleh masyarakat kita. Namun, yang satu ini adalah batu berbentuk seperti kue waffle.

Batu waffle ditemukan di Jenings Randolphn Like di Mineral County, West Virginia. Ahli geologi mengatakan batu waffle tersebut merupakan suatu formasi geologi alami yang bentuknya sekilas mirip seperti kue waffle sehingga lazim dikenal dengan nama batu waffle. Dikatakan bahwa formasi tersebut terbilang langka. Namun, pola yang sama juga bisa kamu temukan di sisi timur Gunung Tea Creek Pocahontas County, West Virginia.

Basalt berasal dari bahasa latin yang berarti batu yang sangat keras. Batu ini memiliki warna abu-abu hingga hitam. Columnar basalt adalah batu berbentuk unik yang terbentuk dari aliran lava yang mendingin secara cepat. Karena proses pendinginan magma terbilang cukup cepat, maka sebagian kecilnya membentuk kristal. Unik sekali, bukan. Columnar basalt biasanya membentuk pola heksagonal.

Batuan basalt sebenarnya terbagi menjadi berbagai macam jenis. Umumnya batuan jenis ini digunakan untuk bangunan, seperti untuk blok-blok pondasi rumah. Selain itu, banyak pula yang menggunakan batuan basalt untuk membuat patung. Columnar basalt sendiri kerap dimanfaatkan untuk membuat cobblestones.

Mengetahui fenomena alam terkait bebatuan membuat kita takjub dan kagum, ya. Barangkali kamu akan lebih takjub ketika dapat melihat fenomena tersebut secara langsung. Alam itu memang sungguh unik.