Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Founding Fathers AS, 12 Fakta soal Alexander Hamilton

Ilustrasi yang menggambarkan Alexander Hamilton membuat draf pertama Konstitusi Amerika Serikat tahun 1787. (commons.wikimedia.org)
Ilustrasi yang menggambarkan Alexander Hamilton membuat draf pertama Konstitusi Amerika Serikat tahun 1787. (commons.wikimedia.org)

Alexander Hamilton terkenal sebagai salah satu Founding Fathers Amerika, tetapi dia kurang mendapatkan perhatian. Uniknya, Alexander Hamilton memiliki warisan yang luar biasa berkat drama musikal Hamilton oleh Lin-Manuel Miranda.

Musikal yang ditayangkan perdana pada tahun 2015 ini telah membuka mata banyak orang tentang Alexander Hamilton sebagai fondasi Amerika Serikat. Dia adalah sosok yang sangat menarik dan kompleks. Namun, drama musikal Hamilton hanyalah sedikit fakta dari kisah kehidupan Alexander Hamilton. Kisah Hamilton jauh lebih dramatis dari musikalnya.

1. Kisah orang tua Alexander Hamilton

Museum Sejarah Nevis, Charlestown, Nevis, bertempat di sebuah bangunan Georgia Karibia, dibangun di atas struktur tempat Alexander Hamilton dilahirkan pada tahun 1757. (commons.wikimedia.org/Own Work/Daniel Farrell)
Museum Sejarah Nevis, Charlestown, Nevis, bertempat di sebuah bangunan Georgia Karibia, dibangun di atas struktur tempat Alexander Hamilton dilahirkan pada tahun 1757. (commons.wikimedia.org/Own Work/Daniel Farrell)

Dikutip laman Biography, ibu Hamilton bernama Rachel Faucett Lavien, ia berasal dari latar belakang Huguenot Inggris dan Prancis, meskipun ia dibesarkan di pulau St. Croix Karibia yang dikuasai Denmark.

Rachel menikah dengan seorang pedagang bernama James Lavien ketika dia masih remaja. Keduanya dikaruniai seorang putra bernama Peter. Namun, pernikahan mereka tidak berjalan harmonis. Lavien sering menganiaya Rachel. Ia bahkan memenjarakan Rachel selama beberapa bulan atas tuduhan perzinahan, meskipun tidak ada bukti dari tuduhan itu.

Rachel akhirnya melarikan diri ke St. Kitts. Di sanalah dia bertemu dengan pedagang Skotlandia bernama James Hamilton. Mereka menikah dan dikaruniai dua putra, James Hamilton Jr. dan Alexander Hamilton.

2. Alexander Hamilton adalah anak yang cerdas dan rajin

Ilustrasi Alexander Hamilton kecil dalam New York Historical Society exhibition Alexander Hamilton: The Man Who Made Modern America. (thegreatcoursesdaily.com)
Ilustrasi Alexander Hamilton kecil dalam New York Historical Society exhibition Alexander Hamilton: The Man Who Made Modern America. (thegreatcoursesdaily.com)

Alexander dan saudara laki-lakinya, James Jr., tergolong sebagai anak yang cerdas, meskipun mereka sempat dilarang untuk bersekolah saat kecil. Hal ini karena orang tua mereka tidak pernah menikah secara sah. Oleh karena itu, mereka dididik secara privat di rumah.

Alexander sendiri lebih cerdas dari James Jr. Ia rajin membaca, meneliti koleksi karya klasik ayahnya dan belajar apapun secara autodidak. Melalui studinya tentang buku-buku ayahnya, Alexander mengembangkan keterampilan menulisnya sejak dini.

3. Alexander Hamilton harus berjuang bertahan hidup setelah kematian ibunya, sepupunya, dan pamannya

potret Alexander Hamilton (commons.wikimedia.org)
potret Alexander Hamilton (commons.wikimedia.org)

Sayangnya, ayah Alexander, James Hamilton Sr., meninggalkan keluarga ketika putra-putranya masih sangat kecil. Rachel harus berjuang untuk menghidupi kedua putranya. Di usia 11 tahun, Alexander membantu beban keluarga dengan menjadi juru tulis untuk dua pedagang New York yang telah mendirikan usaha mereka di St. Croix.

Pada tahun 1768, Rachel dan Alexander terjangkit demam kuning. Alexander pulih, tetapi Rachel meninggal pada usia 38 tahun. Alexander dan kakak laki-lakinya akhirnya dirawat oleh sepupu mereka bernama Peter Lytton.

Seperti yang dijelaskan New York Times, Lytton adalah wali sah mereka berdua selama satu tahun sampai ketika dia ditemukan bunuh diri. Paman mereka James Lytton, akhirnya merawat Alexander dan James Jr., sayangnya James Lytton juga meninggal sebulan setelah Peter bunuh diri.

Akhirnya, James Jr. Hamilton bekerja di tukang kayu setempat, dan Alexander diadopsi oleh seorang pedagang kaya raya sambil terus bekerja sebagai juru tulis.

4. Keterampilan menulis Alexander Hamilton membantunya meraih mimpi

Ilustrasi yang menggambarkan Alexander Hamilton membuat draf pertama Konstitusi Amerika Serikat tahun 1787. (commons.wikimedia.org)
Ilustrasi yang menggambarkan Alexander Hamilton membuat draf pertama Konstitusi Amerika Serikat tahun 1787. (commons.wikimedia.org)

Sejak usia 12 tahun, Alexander sudah menjadi penyair dan penulis esai berbakat yang bisa menulis dalam bahasa Inggris dan Prancis. Namun, ada satu tujuan mengapa Alexander pergi ke Amerika.

Pada tahun 1772, Hindia Barat dilanda badai dahsyat yang digambarkan oleh Alexander dalam sebuah surat yang ingin ia kirimkan kepada ayahnya. Namun, surat itu dilihat mentornya, pendeta Presbiterian Hugh Knox. Knox sangat terkesan dengan keterampilan menulis Alexander dan mengusulkan untuk mencetak surat itu di surat kabar lokal.

Setelah suratnya terbit di koran, ada pengusaha yang juga kagum dengan bakat Hamilton dan mengirim Hamilton ke King's College (kemudian Universitas Columbia) di New York.

Seperti dicatat oleh Reader's Digest, Alexander menulis 51 dari 85 Federalist Papers dan membantu menulis Farewell Address George Washington. Hamilton juga menemukan dan menerbitkan New York Evening Post yang masih dicetak hingga hari ini sebagai New York Post.

5. Alexander Hamilton adalah imigran yang dibenci oleh beberapa tokoh politik Amerika

Ilustrasi Foundation of the American Government oleh John Henry Hintermeister yang diterbitkan Perusahaan Osborne, Newark, N.J. (commons.wikimedia.org/PBS)
Ilustrasi Foundation of the American Government oleh John Henry Hintermeister yang diterbitkan Perusahaan Osborne, Newark, N.J. (commons.wikimedia.org/PBS)

Hamilton adalah seorang imigran. Dia tidak lahir di koloni dan dia juga tidak pernah menjadi warga negara Inggris. Dia lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Karibia — dan pulau tempat dia dibesarkan berada di bawah kekuasaan Denmark.

Bahkan Gereja Inggris menolak keanggotaan Hamilton karena orangtuanya tidak memiliki pernikahan yang sah. Status non-pribumi ditambah kelahirannya yang tidak sah membuat Alexander Hamilton memiliki musuh politik yang selalu merendahkan dan menghinanya. Bahkan, musuh-musuhnya itu adalah beberapa Founding Fathers sendiri. John Adams sendiri menyebut Hamilton sebagai, "Bocah bajingan penjajah Skotlandia!" James Monroe bahkan menyebut Hamilton "bajingan".

6. Alexander Hamilton harus kehilangan sahabat dekatnya

ukiran Letnan Kolonel John Laurens oleh Henry Bryan Hall (commons.wikimedia.org/The New York Public Library Digital Collections)
ukiran Letnan Kolonel John Laurens oleh Henry Bryan Hall (commons.wikimedia.org/The New York Public Library Digital Collections)

Salah satu teman terbaik Hamilton adalah John Laurens yang dia temui saat bertugas di bawah George Washington selama Perang Revolusi. Laurens adalah putra negarawan Amerika Henry Laurens, yang menjabat sebagai presiden Kongres Kontinental dan merupakan pendukung awal perjuangan patriot.

John Laurens memiliki peran yang sangat penting dalam perang — ia menjabat sebagai ajudan dan sekretaris rahasia Washington. Laurens dan Hamilton menjadi teman yang sangat dekat saat bertugas. Mereka berdua memiliki cita-cita yang sama dan merupakan kaum revolusioner yang mengabdikan diri untuk melawan pemerintahan Inggris.

Seperti yang ditunjukkan dalam musikal Hamilton, persahabatan Hamilton dan Laurens diperkuat ketika keduanya bersaksi melawan Jenderal Charles Lee setelah dia melakukan serangan terhadap Inggris selama Pertempuran Monmouth. Lee diadili di pengadilan militer. Setelah menghina Laurens, Hamilton, dan George Washington sendiri, Laurens menantang Lee untuk berduel. Lee kalah dalam duel tersebut.

Sayangnya, Laurens terbunuh pada usia 27 tahun di Pertempuran Sungai Combahee pada tahun 1782. Kematian Laurens secara dramatis memengaruhi psikologis Hamilton.

7. Alexander Hamilton memiliki masalah kesehatan

potret Alexander Hamilton sekitar tahun 1790 (commons.wikimedia.org/The Claremont Institute)
potret Alexander Hamilton sekitar tahun 1790 (commons.wikimedia.org/The Claremont Institute)

Alexander Hamilton memiliki banyak masalah kesehatan. Meskipun dia sembuh dari demam kuning selama masa kecilnya di Karibia, Hamilton masih harus menderita penyakit ginjal dan infeksi malaria yang terjadi hampir setiap musim panas.

Setelah Perang Revolusi, masalah kesehatan Hamilton kembali menimpanya dan membuatnya terbaring di tempat tidur selama dua bulan. Dikutip laman Lehman Institute, ketika dia masih menjabat sebagai sekretaris perbendaharaan, dia kembali menderita demam kuning setelah epidemi melanda Philadelphia pada tahun 1793.

Penyakit itu merajalela di seluruh kota dan menewaskan sekitar 4.000 orang. Untungnya, Hamilton dirawat dan berhasil sembuh berkat perhatian medis dari teman masa kecilnya dan saudara angkatnya, dokter Edward Stevens.

8. Alexander Hamilton terjerat skandal perselingkuhan pertama dalam sejarah AS

Maria Reynolds dan Alexander Hamilton (allthatsinteresting.com)
Maria Reynolds dan Alexander Hamilton (allthatsinteresting.com)

Skandal seks bukanlah hal baru, dan Alexander Hamilton menjadi orang pertama dalam catatan sejarah AS yang terjerat dalam skandal tersebut. Hamilton berselingkuh dengan seorang perempuan bernama Maria Reynolds.

Seperti yang dijelaskan dalam sebuah artikel di Majalah Smithsonian, pada musim panas 1791, Maria mendekati Hamilton dengan meminta pinjaman uang untuk pergi ke New York dan tinggal bersama kerabatnya setelah ditinggalkan oleh suaminya yang kasar.

Pada titik ini, Hamilton adalah sekretaris perbendaharaan dan menjadi orang paling berkuasa kedua di Amerika Serikat. Hamilton sangat bersimpati dan membantu perempuan cantik ini. Namun, simpatinya berubah menjadi perselingkuhan.

Suami Maria, James Reynolds, yang mengetahui perselingkuhan itu, justru memeras Hamilton dengan meminta 1.000 dolar AS atau setara Rp14,3 juta (sekitar 25.000 dolar AS atau setara Rp359 juta dalam mata uang hari ini) untuk tetap diam. Hamilton memang membayar secara penuh, tetapi Reynolds terus memeras Hamilton sampai ia mengakhiri perselingkuhan pada musim panas 1792.

9. Alexander Hamilton dituduh melakukan pencucian uang

potret James Monroe ini dilukis oleh Samuel F. B. Morse sekitar tahun 1819 (dok. White House Historical Association)
potret James Monroe ini dilukis oleh Samuel F. B. Morse sekitar tahun 1819 (dok. White House Historical Association)

Setelah perselingkuhannya berakhir, James Reynolds ditangkap atas tuduhan penipuan dan meminta bantuan Alexander Hamilton, tetapi Hamilton menolak. Dari sel penjaranya, Reynolds mengatur pertemuan dengan anggota Kongres saat itu James Monroe dan memberitahunya bahwa Hamilton terlibat dalam pencucian uang dan berbagi istri dengan Reynolds, dia pun menyertakan bukti berupa surat yang ditulis Hamilton untuk Maria.

James Monroe mengonfrontasi Hamilton, mengakui bahwa dia tidak melakukan transaksi curang, tetapi dia diperas karena perselingkuhan itu. Namun, alih-alih memberitahu rahasia itu, Monroe justru memilih untuk tetap diam. Akan tetapi, Monroe mengirimkan salinan surat Hamilton itu kepada Thomas Jefferson.

Perselingkuhannya dengan Maria Reynolds baru terungkap ke publik pada tahun 1797 — setelah Hamilton mengundurkan diri sebagai menteri keuangan (ia tidak pernah dipecat oleh John Adams).

Seorang Republik bernama James Callender memperoleh salinan surat-surat Hamilton dari James Reynolds dan menerbitkan pamflet dengan menuduh bahwa Hamilton terjerat skandal keuangan dan tindakan tidak bermoral.

Alexander Hamilton hanya bisa menyelamatkan (sebagian) reputasinya dengan menerbitkan pamflet, di mana ia mengakui perselingkuhan dan pemerasan itu, dan berhasil menyangkal tuduhan korupsi.

10. Anak Alexander Hamilton meninggal karena berduel

Potret Philip Hamilton yang diterbitkan di Allan McLane Hamilton "The Intimate Life of Alexander Hamilton." (pbs.org)
Potret Philip Hamilton yang diterbitkan di Allan McLane Hamilton "The Intimate Life of Alexander Hamilton." (pbs.org)

Putra sulung Alexander Hamilton bernama Philip, tewas dalam duel naas. Pada tahun 1801, di usia Philip yang ke-19 tahun, ia bertemu seorang pengacara Republik bernama George Eacker. Mengutip kabar PBS, Eacker menghina ayah Philip dalam pidatonya, mengklaim bahwa Hamilton ingin menggulingkan kepresidenan dan memaksakan monarki.

Richard Price, teman Philip Hamilton memulai tantangan duel. Eacker dan Price berduel pada 22 November, dan keduanya tidak mengalami cedera setelah saling menembak. Philip sendiri berduel dengan Eacker pada tanggal 23. Ayahnya tidak menghalangi Philip untuk berduel, ia justru menyarankan agar Philip menembak ke langit untuk membatalkan duel.

Philip tidak langsung menembak, tetapi Eacker membidik dan menembak terlebih dahulu. Peluru itu mengenai Philip, bersarang di lengan kirinya. Philip Hamilton meninggal pada 24 November 1801 akibat luka tembakan tersebut.

11. Alexander Hamilton dibunuh Aaron Burr dalam duel

ilustrasi duel antara Aaron Burr dan Alexander Hamilton (commons.wikimedia.org/Internet Archive Book Images)
ilustrasi duel antara Aaron Burr dan Alexander Hamilton (commons.wikimedia.org/Internet Archive Book Images)

Alexander Hamilton dan Aaron Burr adalah musuh politik yang terkenal. Hamilton adalah seorang Federalis, dan Burr adalah seorang Demokrat-Republik. Permusuhan politik akhirnya berubah menjadi ketidaksukaan pribadi, mengingat fakta bahwa Burr mengalahkan ayah mertua Hamilton dalam pemilihan Senat AS.

Pada tahun 1800, ketika Burr terikat dengan Thomas Jefferson untuk kursi kepresidenan, Hamilton berperang melawan Burr di Kongres. Burr kemudian mencalonkan diri sebagai gubernur New York pada tahun 1804 sebagai seorang independen, dan Hamilton menganggap kalau Burr tidak dapat dipercaya, secara aktif berkampanye menentangnya, dan mengecilkan hati sesama Federalisnya untuk memilih dia. Burr kalah dalam pemilihan dari Partai Republik Morgan Lewis.

Karena kejamnya Hamilton menyerangnya, Burr akhirnya menantang Hamilton untuk berduel dengan harapan menghidupkan kembali karier politiknya. Hamilton enggan, tetapi setuju, mengetahui bahwa dia mempertaruhkan kariernya sendiri jika tidak menerima tantangan itu.

Dalam duel tersebut, Burr menembak perut Hamilton dan peluru bersarang di samping tulang punggungnya. Hamilton meninggal keesokan harinya. Burr didakwa dengan dua tuduhan pembunuhan dan tidak pernah memegang jabatan politik lagi.

12. Setelah kematian Alexander Hamilton

Lukisan Elizabeth Schuyler Hamilton oleh Ralph Earl sekitar tahun 1787. (commons.wikimedia.org/Museum of the City of New York)
Lukisan Elizabeth Schuyler Hamilton oleh Ralph Earl sekitar tahun 1787. (commons.wikimedia.org/Museum of the City of New York)

Alexander Hamilton mungkin pernah menjadi menteri keuangan, tetapi setelah ia meninggal, keluarganya terjerat hutang yang signifikan. Musuh politik Hamilton menyebarkan isu bahwa Hamilton menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.

Alexander Hamilton menolak pensiun ketentaranya untuk dinas militernya. Dia bisa saja menghasilkan lebih banyak uang sebagai pengacara daripada menjadi sekretaris perbendaharaan. Hamilton justru sangat menentang korupsi.

Menurut Arsip Nasional AS, istrinya, Elizabeth Hamilton mengajukan petisi kepada Kongres untuk pensiun militer yang semula ditolak Alexander Hamilton. Pada tahun 1816, Kongres meloloskan undang-undang yang akhirnya memberinya dana lima tahun.

Elizabeth Hamilton hidup sampai usia 97 tahun dan mengabdikan sisa hidupnya untuk melestarikan warisan suaminya. Dia mendirikan Hamilton Free School, yang menyediakan pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu bersekolah, dan panti asuhan swasta pertama di kota itu, Orphan Asylum Society, yang menyediakan rumah bagi ratusan anak-anak terlantar.

Elizabeth mengaitkan organisasi-organisasi ini dengan masa lalu suaminya sebagai yatim piatu yang sukses di Amerika berkat bantuan para dermawan yang murah hati.

Tidak dipungkiri, berkat kerja keras, kedisiplinan, dan semangat untuk terus belajar, Alexander Hamilton mampu menjadi Founding Fathers yang tak diragukan lagi dalam sejarah Amerika Serikat, meskipun karier politiknya diwarnai kontroversi. Namun, semangatnya mungkin dapat menginspirasi kita semua, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us