5 Hewan Mamalia dari Asia yang Diduga Sudah Punah Menurut IUCN

Dalam pandangan orang awam, suatu hewan dinyatakan punah ketika sudah tidak ditemukan satupun individu dari spesies tersebut. Meski terlihat mudah, penentuan kepunahan spesies menurut IUCN ternyata melalui proses yang cukup detail.
Ada beberapa faktor untuk menetapkan status spesies menjadi punah di antaranya yaitu sudah tidak ditemukan dalam waktu yang sangat lama, adanya penurunan populasi, gangguan lingkungan, juga risiko kepunahan tinggi. Terlepas dari seluruh faktor di atas, dibutuhkan riset lapangan yang memadai untuk memastikan keberadaan spesies tersebut di alam.
Di antara banyaknya spesies mamalia yang terancam punah, beberapa diduga sudah punah atau diberi status possibly extinct oleh IUCN. Mari kita lihat lima hewan mamalia di Asia yang diduga sudah punah, menurut IUCN!!
1. Baiji

Baiji (Lipotes vexillifer) merupakan lumba-lumba air tawar yang menghuni kawasan hulu Sungai Yangtze. Hewan ini juga ditemukan di beberapa area Sungai Quintangjiang, Danau Dongting dan Danau Poyang di China.
Dibandingkan spesies lumba-lumba lainnya, baiji memiliki ukuran tubuh yang kecil. Bagian punggungnya berwarna abu kebiruan, dengan warna putih di sisi perut serta posisi kedua matanya yang mendekati ujung kepala, dikutip dari Animal Diversity.
Metode penangkapan ikan dengan listrik, jaring fyke net dan rolling hook di tahun 90an diduga sebagai penyebab utama penurunan populasi baiji. Selain itu, pembuangan limbah industri dan pertanian yang mencemari Sungai Yangtze juga semakin memperparah kerusakan habitat baiji, dikutip dari IUCN.
2. Kouprey

Dalam bahasa Khmer, Kouprey (Bos sauveli) bermakna banteng hutan. Hewan mamalia ini merupakan penghuni hutan dan savanna yang terdapat di Kamboja.
Dibandingkan banteng, kouprey memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi. Untuk menghindari manusia, kouprey telah terbiasa dengan aktivitas mencari makanan di malam hari, dikutip dari Animal Diversity.
Kouprey telah lama menjadi korban perburuan ilegal untuk dijadikan bahan makanan ataupun objek perdagangan. Pada rentang tahun 90an–2010, tanduk kouprey masih kerap diperjualbelikan dengan harga penawaran mencapai 8000 dolar Amerika atau Rp 130 juta, dikutip dari IUCN.
3. Aru flying fox

Aru flying fox (Pteropus aruensis) adalah jenis kelelawar besar yang menghuni kawasan Kepulauan Aru. Hewan ini memiliki kombinasi warna abu-abu, putih kekuningan, dan hitam di sisi depan kepalanya.
Sejak tahun 1877, aru flying fox sudah lama tidak ditemukan. Meski sulit ditemukan, penemuan tulang rahang tanpa gigi di tahun 1992 diduga kuat menjadi bukti keberadaan aru flying fox, dikutip dari Animalia.
IUCN memperkirakan saat ini hanya terdapat kurang dari 50 individu aru flying fox. Warna mencolok serta ukuran tubuhnya yang besar membuat aru flying fox sangat rentan menjadi korban perburuan ilegal.
4. Emma's giant rat

Emma's giant rat (Uromys emmae) merupakan spesies endemik dari Pulau Owi di Papua. Hutan tropis lembab di Pulau Owi menjadi habitat favoritnya.
Karena mendiami kawasan pulau seluas kurang dari 100 kilometer persegi dan terakhir kali terlihat di tahun 1946, IUCN menempatkan emma's giant rat sebagai salah satu spesies yang diduga sudah punah. Deforestasi yang terus terjadi di Pulau Owi kemungkinan menjadi sebab utama penurunan populasi emma's giant rat.
5. Malabar civet
Malabar civet (Viverra civettina) adalah spesies musang yang hanya ada di Western Ghats, India. Hewan ini sekaligus penghuni hutan dataran rendah di kawasan pesisir Malabar.
Abu-abu pucat mendominasi warna tubuh malabar civet. Garis-garis gelap di pipi, punggung, dan leher merupakan salah satu ciri yang membedakan malabar civet dengan large indian civet, dikutip dari Animalia.
Menurut IUCN, malabar civet terakhir kali ditemukan pada 1987. Di samping perburuan, alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian diduga kuat sebagai penyebab utama penurunan populasi malabar civet.
Para ilmuwan memerlukan studi lapangan yang intensif dan detail sebelum menetapkan status punah bagi suatu spesies. Oleh karena itu, meski sudah tidak ditemukan dalam waktu yang lama, kelima hewan mamalia dari Asia itu sampai saat ini masih terkategori possibly extinct menurut IUCN.