7 Hewan yang Sering Jadi Ejekan Orang Indonesia, Kenapa?

Yang pertama yang mungkin sering kamu dengar di kehidupan sehari-hari adalah "anjing". Orang biasanya menggunakan nama hewan ini untuk menunjukkan rasa kesalnya. Namun tak jarang pula "anjing" diasosiasikan dengan orang-orang yang menyebalkan, tidak memiliki rasa bersalah, dan kurang ajar. 

Padahal anjing merupakan salah satu hewan yang bisa menjadi teman manusia, lho. Sejak dulu, mereka juga dikenal sangat loyal, penyayang, dan ramah. Terlebih lagi, hewan yang satu ini juga bisa menjadi "rekan kerja" kita. Contohnya untuk menarik kendaraan, sebagai anjing pelacak, dan pengawas hewan ternak. 

Hayo, apakah kamu sering menggunakan nama hewan ini sebagai umpatan atau bahkan ketika memanggil temanmu? "Monyet" biasanya dianggap sebagai umpatan yang lebih tidak kasar ketimbang anjing. 

Walaupun begitu, kamu harus tahu bahwa monyet atau primata secara keseluruhan berbagi 96 persen DNA dengan manusia, lho. Mereka memiliki anatomi tubuh yang mirip dengan kita. Begitu pula dengan struktur otak, intelegensi, dan emosi. 

Berikutnya ada babi. Masyarakat biasa melontarkan umpatan ini ketika sedang marah dan terganggu. Tak hanya itu, "babi" juga sering diasosiasikan dengan sifat rakus, malas, tak punya sopan santun, dan suka menang sendiri. 

Sifat rakus pada babi mungkin memang benar, namun hal ini juga berlaku pada sebagian besar hewan lainnya, lho. Mereka tentu akan melahap semua makanan yang disediakan di hadapannya. 

"Lelaki buaya darat!"

Buaya adalah umpatan yang biasa ditujukan pada laki-laki yang tidak setia pada pasangannya alias tukang selingkuh. Entah dari mana asalnya stereotip tersebut berasal, namun hal ini tidaklah benar. 

Faktanya, menurut penelitian buaya adalah salah satu hewan yang hanya memiliki satu pasangan untuk berkembang biak dalam hidupnya. Artinya, mereka adalah makhluk yang setia. Cara hidup tersebut diduga diwarisinya dari sang nenek moyang, yakni archosaurus. Jadi label yang disematkan manusia kepada reptil ini sama sekali tak benar, ya. 

Jangkrik adalah satu-satunya serangga yang sering dijadikan bahan umpatan. Mungkin kamu jarang mendengarnya, namun biasanya orang Jawa Timur yang sering menggunakan umpatan ini. Entah untuk mengungkapkan rasa kesal, kekecewaan, atau bahkan kegembiraan.

Dilansir Historia, ternyata setelah ditelusuri, ada alasan kenapa orang-orang menggunakan kata "jangkrik" sebagai umpatan, lho. Masyarakat merasa "jancuk" yang sering digunakan orang Jawa Timur terlalu kasar. Maka dari itu, mereka memelesetkannya menjadi "jangkrik". 

Mamalia lain yang juga tak luput dari target umpatan adalah kambing. Penggunaannya pun kurang lebih sama dengan hewan lain, yaitu untuk menunjukkan rasa kesal kepada orang lain. 

Secara lebih spesifik, di dalam Bahasa Indonesia, ada pula ungkapan "kambing hitam". Artinya adalah orang yang sebenarnya tidak bersalah namun disalahkan dalam suatu kejadian. Apakah kamu sering menggunakan nama "kambing" sebagai umpatan?

"Bajingan" adalah salah satu umpatan terkasar yang ada di Indonesia. Sampai-sampai tidak semua orang bisa dan tega melontarkan kata ini kepada orang lain, lho. Namun tahukah kamu bahwa hewan bajing yang merupakan asal dari kata "bajingan" sama sekali tidak terlihat seperti penggambaran tersebut?

Bajing ternyata hewan yang imut, lho. Tubuhnya kecil dengan ekor yang panjang, mirip seperti tupai. Semua gestur yang dilakukan bajing pun terlihat lucu, terutama ketika sedang makan. Mulutnya akan bergerak-gerak kecil seperti kelinci. Benar-benar jauh dari sosok "bajingan".

Versi lain dari asal-usul "bajingan" merujuk pada "bajing" yang juga memiliki arti pedati atau gerobak sapi. Terlepas dari itu, arti kata ini sebenarnya jauh dari umpatannya, ya!

Jika dipikir-pikir lagi, hewan yang disebutkan di atas sama sekali tidak bersalah, lho. Entah kenapa manusia menjadikannya bahan umpatan.