5 Ilmuwan di Bidang Filsafat Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu titik kejayaan dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti yang didirikan oleh Abu Abbas As Safah pada 750 M ini, melalui berbagai fase perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satunya, lahir ilmuwan-ilmuwan yang mumpuni dalam berbagai bidang.
Seperti pada ilmu filsafat, yang merupakan suatu ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia. Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan Al Makmun, terdapat gerakan penerjemahan buku filsafat berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Sehingga beberapa ilmuwan filsafat muslim di bawah ini, ada yang pemikirannya terpengaruh oleh filsafat Yunani.
Berkat keuletan mereka dalam ilmu pengetahuan, para ilmuwan ini memiliki pemikiran sendiri dan meninggalkan berbagai karya yang berguna bagi peradaban manusia selanjutnya. Berikut lima tokoh ilmuwan di bidang filsafat pada masa Dinasti Abbasiyah. Siapa saja mereka?
1. Al Kindi

Al Kindi merupakan filsuf pertama Islam yang lahir pada tahun 185 H atau 801 M di Kota Kufah. Ia memiliki nama lengkap yaitu Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Al Asy’ats bin Qais Al Kindi. Al Kindi lahir di tengah keluarga yang memiliki informasi dan kebudayaan yang tinggi. Ayahnya adalah seorang gubernur Kufah pada masa Khalifah al-Mahdi dan Ar-Rasyid. Ia juga berasal dari keturunan suku Kindah, Arab Selatan yang masyhur.
Al Kindi juga dikenal dengan pribadi yang ulet dalam ilmu pengetahuan. Pada ilmu filsafat, ia merupakan pemikir muslim pertama yang menyelaraskan antara agama dengan filsafat. Dalam menggabungkan pemikiran Plato dan Aristoteles, Al Kindi menggunakan pola 'Neo Platonis.' Ia juga menjadikan matematika neophytagoran sebagai landasan semua ilmu.
Dalam filsafatnya, Al Kindi membagi jiwa atau roh ke dalam tiga daya yaitu daya bernafsu, daya pemarah, dan daya berpikir. Menurutnya, daya berpikir merupakan daya yang paling penting, karena ini dapat mengangkat kedudukan manusia pada derajat yang tinggi.
Selain sebagai filsuf, Al Kindi juga banyak menyoroti bidang meteorologi, astronomi, dan kedokteran. Bahkan, ia juga menulis buku-buku ilmu pengetahuan pada bidang-bidang tersebut.
2. Al Farabi

Filsuf dengan nama lengkap Muhammad bin Muhammad ibn Tharkan Abu Nashr AI Farabi merupakan seorang keturunan Turki yang lahir di Farab, Transoxiana pada tahun 870 M. Sistem filsafatnya merupakan campuran antara platonisme, arisfotelesme, dan mistisme, sehingga ia dijuluki sebagai “guru kedua” atau "Al Mu’allim At Tsani" setelah Aristoteles.
Sebagai seorang ilmuwan yang berpengaruh di dunia Islam dan diakui oleh bangsa Barat, Al-Farabi meninggalkan sejumlah karya yang disusun selama hidupnya. Ia memiliki pemikiran mengenai asal usul negara, warga negara, dan pemimpin. Pemikirannya ini dihimpun dalam berbagai buku, diantaranya :
- Risalah Fi Ara Ahlul Madinah AI FadhiIah yang membahas tentang filsafat tata negara,
- Risalah Fushuh Al Hikam mengenai risalah mutiara hikmah
- AI Siyasah AI Madaniyah yang membahas mengenai politik madani.
3. Imam Al Ghazali

Al Ghazali merupakan filsuf dan teolog muslim yang dikenal sebagai Algazel di bangsa barat. Ia lahir di Thus pada tahun 450 H /1058 M dengan nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i. Nama Al Ghazali berkaitan dengan pekerjaan ayahnya sebagai pemintai bulu kambing atau ghazalah.
Al Ghazali dikenal mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam berdalil. Sehingga, ia diberi gelar "Hujjatul Islam" berkat kemampuannya itu. Ia juga merupakan filsuf yang suka mengembara, dimana selama bertahun-tahun mengunjungi tempat-tempat bersejarah Islam dan bertemu dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuan.
Selama mengembara, ia juga menulis kitab Ihya' 'Ulumuddin yang membahas mengenai bagaimana menghidupkan ilmu agama dan memberikan sumbangsih besar kepada pemikiran manusia saat menghadapi masalah. Juga ada berbagai karya lainnya, yaitu Maqosid AI Falasifah atau tujuan para filsuf, Tahafutul Falasifah atau kekacauan para filsuf, serta Al Munqiz min ad-Dalal atau penyelamat dari kesesatan.
4. Ibnu Maskawaih

Nama lengkap Ibnu Maskawaih adalah Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ya'qub Ibnu Miskawaih. Ia lahir di Ray pada tahun 330 H / 932 M. Ia merupakan seorang cendikiawan muslim yang berkonsentrasi pada filsafat akhlak. Bahkan, juga berjasa dalam pengkajian akhlak secara ilmiah.
Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Pendidikan akhlak dimulai dengan pembahasan karakter atau watak, dimana watak itu ada yang bersifat alami dan ada yang diperoleh melalui kebiasaan atau latihan. Meskipun hakikatnya tidak alami, watak dapat diusahakan melalui pendidikan dan pengajaran.
Selain kajian di atas, Ibnu Maskawaih juga menjelaskan mengenai akhlak di berbagai buku karyanya. Kitab Tahdzibul Akhlaq wa Tathhirul A'raaq adalah yang paling terkenal. Buku ini menjelaskan tentang jalan untuk meraih kestabilan akhlak yang tepat dalam perilaku yang teratur dan sistematis.
Juga ada berbagai karya lainnya, seperti Tartib as-Sa'adah yang berisi tentang akhlak dan politik, Al-Musthafa yang berisi tentang syair pilihan, dan Tajarib Umam yang berisi tentang pengalaman bangsa-bangsa.
5. Ibnu Sina

Selain dikenal sebagai ilmuwan muslim di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga banyak memahami pandangan filosofis dari Al Farabi. Ia juga memiliki kegemaran membaca buku-buku karya Aristoteles, salah satunya buku yang berjudul Methephysi' of Aristoteles.
Ibnu Sina merupakan seorang pemikir yang sanggup menyatukan berbagai kebijaksanaan Yunani dengan pemikirannya. Bahkan, ia juga memiliki karya dalam bidang filsafat yang berjudul Mantiq al Masyriqiyah atau Logika Timur.
Lima ilmuwan di bidang filsafat pada masa dinasti abbasiyah di atas merupakan sedikit dari banyaknya ilmuwan muslim yang memberikan sumbangsih besar dalam bidang ilmu pengetahuan. Pemikiran dan karyanya telah memasang titik perkembangan dalam dunia ilmu filsafat. Selain menambah wawasan, semoga kita juga bisa meneladani sifat baik dan keuletan mereka dalam menuntut ilmu, ya!