Kenapa Air Laut Asin? Ini Penjelasannya

Air laut mengandung berbagai mineral, termasuk natrium dan klorida. Kandungan garam natrium klorida (NaCl) membuat air laut terasa asin dibandingkan air tawar. Kandungan garam pada air laut dimanfaatkan dalam pembuatan garam dapur.
Garam pada air laut merupakan hasil dari berbagai proses yang panjang dan kompleks. Meski sama-sama air laut, kandungan garam bisa bervariasi di lokasi yang berbeda. Lantas, kenapa air laut asin? Berikut pembahasannya.
1. Sebanyak 97 persen air di Bumi merupakan air asin

Sekitar 70 persen permukaan Bumi ditutupi oleh lautan. Adapun, sekitar 97 persen dari seluruh air di Bumi merupakan air asin. Dua unsur paling umum di air laut setelah oksigen dan hidrogen adalah natrium dan klorida. Gabungan natrium dan klorida ini membentuk apa yang kita kenal sebagai garam dapur.
Laman United States Geological Survey memperkirakan jika garam di lautan dihilangkan dan disebar merata di permukaan Bumi, ia akan membentuk lapisan setebal 166 meter. Ini setara dengan gedung setinggi 40 lantai. Menurut American Oceans, diperkirakan ada sekitar 50 kuintiliun kilogram garam di lautan atau kurang lebih setara dengan massa Bulan.
2. Garam di lautan berasal dari bebatuan yang terkikis air hujan

Pada awalnya, lautan purba kemungkinan tidak terlalu asin seperti sekarang. Dilansir National Oceanic and Atmospheric Administration, garam di lautan berasal dari dua sumber, yaitu limpasan dari daratan dan dari dasar laut. Bebatuan di darat merupakan sumber utama garam yang terlarut dalam air laut.
Air hujan bereaksi dengan karbon dioksida di udara sehingga membuatnya sedikit asam. Air hujan yang bersifat sedikit asam dapat mengikis batuan. Terkikisnya batuan membuat garam dan mineral terbawa bersama aliran air ke sungai hingga berakhir di laut. Laut mengumpulkan semua garam dan mineral yang terbawa dari seluruh sungai yang mengalirinya.
Garam dan mineral yang terlarut kemudian digunakan oleh organisme di laut. Besi, seng, dan tembaga digunakan oleh organisme. Sementara, natrium dan klorida tidak digunakan organisme dan tertinggal di air laut. Karena tertinggal, kadar garam di lautan meningkat seiring berjalannya waktu. Itu sebabnya air laut terasa asin.
3. Garam juga dapat berasal dari dasar laut

Sungai dan limpasan daratan bukan satu-satunya sumber garam yang terlarut di lautan. Ventilasi hidrotermal di dasar laut juga dapat melepaskan garam ke laut. Menurut laman Natural History Museum, ventilasi hidrotermal terletak di dasar laut dan melepaskan cairan bersuhu sangat tinggi. Ventilasi ini merupakan tempat keluarnya air laut yang meresap ke dalam Bumi, kemudian mengalir kembali ke laut.
Air laut dapat merembes ke celah atau retakan di dasar laut dan dipanaskan oleh magma di inti Bumi. Panas dari dalam Bumi menyebabkan serangkaian reaksi kimia. Air panas yang keluar dari ventilasi dasar laut ini dapat melarutkan beberapa garam dan mineral dari batuan.
Selain ventilasi hidrotermal, aktivitas vulkanik bawah laut juga menambah mineral ke air laut. Sama seperti gunung berapi di darat, gunung berapi bawah laut juga melepaskan material vulkanik. Material vulkanik, termasuk mineral dari letusan gunung api bawah laut, dapat terbawa air laut.
4. Konsentrasi garam di laut bervariasi

National Oceanic and Atmospheric Administration menyebutkan bahwa konsentrasi garam di air laut bervariasi dan dipengaruhi suhu, penguapan, serta curah hujan. Salinitas atau konsentrasi garam dalam air laut umumnya rendah di wilayah khatulistiwa dan kutub. Ini terjadi karena daerah tropis dekat garis khatulistiwa menerima curah hujan yang banyak. Akibatnya, air hujan menurunkan salinitas air laut.
Sebaliknya, salinitas lebih tinggi di daerah yang jauh dari khatulistiwa karena berkurangnya curah hujan dan lebih banyak sinar matahari sehingga meningkatkan penguapan. Beberapa laut memiliki kadar garam lebih tinggi daripada laut lainnya, terutama di tempat tingkat penguapan tinggi, seperti Laut Merah. Perairan yang terisolasi juga bisa menjadi lebih asin, contohnya Laut Mati.
Proses terbentuknya garam di laut melalui proses yang panjang dan kompleks. Sebagian besar garam di air laut berasal dari larutnya mineral di bebatuan oleh hujan dan terbawa menuju ke laut. Proses geologi, seperti letusan gunung berapi di bawah laut, juga dapat melepaskan mineral ke laut.