Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Sehari Ada 24 Jam? Ini Jawaban dan Penjelasannya

ilustrasi jarum jam (pexel.com/Ömer BÜLBÜL)
ilustrasi jarum jam (pexel.com/Ömer BÜLBÜL)

Setiap hari kita terbiasa melihat waktu lewat jam, dari pagi sampai malam. Namun, pernah gak kamu kepikiran, kenapa sehari 24 jam dan tidak lebih atau kurang?

Pembagian waktu ini gak asal ditentukan, lho. Ada cerita panjang dari zaman kuno yang membuat sistem 24 jam tetap dipakai sampai sekarang. Kalau kamu penasaran 1 hari 24 jam gimana asal-usulnya, cari tahu selengkapnya di artikel ini!

Kenapa sehari ada 24 jam?

ilustrasi jam weker (pexels.com/Acharaporn Kamornboonyarush)
ilustrasi jam weker (pexels.com/Acharaporn Kamornboonyarush)

Kenapa 1 hari 24 jam? Pembagian kenapa sehari ada 24 jam ternyata berakar dari peradaban kuno, khususnya Mesir. Sekitar tahun 1500 SM, orang Mesir telah menggunakan sundial atau jam matahari untuk membagi durasi antara Matahari terbit hingga terbenam menjadi 12 bagian. Pembagian tersebut kemudian dikenal sebagai istilah jam siang.

Saat malam tiba dan sundial tidak bisa digunakan, mereka beralih menggunakan bintang-bintang sebagai penunjuk waktu. Awalnya, langit malam dibagi menjadi 36 bagian berdasarkan kemunculan kelompok bintang yang disebut decans. Namun, sistem ini disederhanakan menjadi 12 bintang utama yang mewakili 12 jam malam. Nah, kombinasi 12 jam siang dan 12 jam malam inilah yang akhirnya membentuk sistem 24 jam dalam 1 hari.

Lantas, mengapa angka 12 yang dipilih? Ada beberapa teori menarik, nih. Salah satunya berasal dari jumlah siklus bulan dalam 1 tahun, yakni sekitar 12 kali. Selain itu, ada juga teori lebih sederhana yang masuk akal. Teori yang dimaksud adalah manusia bisa menghitung hingga 12 hanya dengan satu tangan, menggunakan ibu jari untuk menghitung tiga ruas pada empat jari lainnya. Nah, sistem duodecimal atau berbasis 12 ini kemudian digunakan tidak hanya dalam pengukuran waktu, tetapi juga sistem angka pada berbagai budaya kuno.

Namun, perlu dicatat bahwa panjang 1 jam saat itu tidak selalu konsisten tiap tahunnya. Pada musim panas, 1 jam siang bisa lebih panjang daripada malam. Sementara itu, pada musim dingin bisa berlaku sebaliknya. Standarisasi panjang jam seperti yang kita kenal sekarang baru benar-benar diterapkan setelah penemuan jam mekanik di Eropa pada abad ke-14.

Rotasi Bumi turut berperan

Ilustrasi Bumi (Pexels.com/Zelch Csaba)
Ilustrasi Bumi (Pexels.com/Zelch Csaba)

Meskipun sistem 24 jam berasal dari budaya manusia, panjang hari secara ilmiah ditentukan oleh rotasi Bumi pada porosnya. Saat ini, satu rotasi penuh Bumi membutuhkan waktu sekitar 24 jam, tetapi hal ini tidak selalu terjadi.

Ketika Bulan baru terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, posisinya jauh lebih dekat ke Bumi. Akibatnya, rotasi Bumi berlangsung jauh lebih cepat, 1 hari hanya berdurasi kurang dari 10 jam. Seiring waktu, Bulan perlahan menjauh dari Bumi sekitar 3,78 cm per tahun. Hal itu mencuri sebagian momentum rotasi Bumi dan menyebabkan rotasinya melambat.

Namun, para ilmuwan menemukan bahwa pelambatan ini tidak terjadi secepat yang diperkirakan. Sebuah studi dari University of Toronto dan University of Bordeaux mengungkap bahwa interaksi antara gelombang panas di atmosfer Bumi dan gaya pasang surut akibat gravitasi Bulan dan Matahari menciptakan semacam keseimbangan. Ketika atmosfer Bumi mengalami pemanasan dan menghasilkan gelombang panas dengan periode tertentu, tercipta fenomena resonansi atmosferik yang bisa mempercepat rotasi Bumi, bahkan sempat menyeimbangi perlambatan dari pasang surut Bulan.

Contohnya, sekitar 2,2 miliar hingga 600 juta tahun yang lalu, hari di Bumi bertahan di durasi sekitar 19,5 jam, tidak bertambah panjang. Hal ini terjadi karena gelombang panas di atmosfer memiliki frekuensi yang sesuai dengan rotasi Bumi hingga menciptakan dorongan tambahan dari Matahari. Namun, setelah periode itu, keseimbangan tersebut terpecah dan rotasi Bumi kembali melambat hingga mencapai 24 jam seperti sekarang.

Panjang hari akan terus bertambah

Meski sekarang 1 hari berlangsung selama 24 jam, tapi itu belum tentu akan selalu begitu. Perlambatan rotasi Bumi terus terjadi meskipun sangat lambat. Berkat hal itu, diperkirakan dalam jutaan tahun ke depan, durasi 1 hari bisa menjadi lebih panjang. Perubahan ini bisa dipengaruhi oleh faktor alami seperti gerakan Bulan, pasang surut laut, serta kondisi atmosfer Bumi.

Bahkan, perubahan iklim yang membuat suhu Bumi meningkat bisa membuat gelombang atmosfer menjadi tidak sinkron lagi dengan rotasi Bumi. Itu artinya torsi dari Matahari berkurang dan perlambatan akibat Bulan semakin dominan. Alhasil, panjang hari bisa terus bertambah meskipun terjadi secara bertahap dan dampaknya tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari kita saat ini.

Jadi, kenapa sehari ada 24 jam? Ternyata jawabannya gak sesederhana kelihatannya, ya.  Siapa sangka warisan ribuan tahun lalu masih kita pakai sampai sekarang, unik banget, ya?

Referensi

"Why Are There 24 Hours in a Day?". ABC Science. Diakses Mei 2025.
"Why is a Minute Divided Into 60 Seconds, an Hour Into 60 Minutes, Yet There Are Only 24 Hours in a Day?" Scientific American. Diakses Mei 2025.
"Why is a Day 24 Hours? Why is an Hour 60 Minutes?". Today You Should Know. Diakses Mei 2025.
Hanbo, Wu, dkk. "Why The Day Is 24 Hours Long: The History of Earth’s Atmospheric Thermal Tide, Composition, and Mean Temperature". Science Advances 9, no. 27 (July 5, 2023).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Aria Hamzah
3+
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us