Disadari atau tidak, suara dapat menjadi salah satu daya tarik seseorang. Kamu pun tentu pernah terpukau atau ilfeel oleh seseorang hanya melalui suara mereka, bukan?
Namun rupanya, suara juga bisa mengindikasikan tentang kepribadian dan kesehatan seseorang, lho. Selengkapnya, simak ulasan berikut ini.
Sebuah studi dari Columbia Business School meminta mahasiswa untuk membaca sebuah bacaan sebelum dinilai secara acak secara peringkat. Hasilnya, mereka yang bersuara lebih keras dan memiliki intonasi tidak monoton adalah mereka yang memiliki kepemimpinan lebih baik.
Hal ini berdasarkan studi yang ada di Proceedings of Interspeech. Peneliti melakukan riset terhadap pasangan menikah yang melakukan sesi terapi selama dua tahun dan menggunakan komputer untuk menganalisis berbagai fitur suara seperti tingkat kekerasan, kegelisahan, dan nada. Lima tahun kemudian, peneliti mendapatkan hasil bahwa analisis yang dilakukan tersebut dapat memprediksi status hubungan pasangan tersebut lebih baik dibandingkan apa yang disampaikan oleh terapis selama sesi konseling tersebut.
Riset dari Duke University dan University of California San Diego menemukan bahwa para CEO laki-laki dengan suara paling rendah mendapat penghasilan sekitar US$187 ribu dan memimpin perusahaan dengan aset sebesar US$440 lebih banyak dibandingkan mereka yang bersuara lebih tinggi. Studi lain dari Duke University juga menemukan bahwa relawan yang memberikan suara dalam sebuah pemilihan suara simulasi cenderung memilih kandidat dengan suara yang lebih rendah. Dari hasil ini, peneliti menyimpulkan bahwa suara yang lebih rendah menjadi semacam sinyal kekuatan dan kepercayaan tersendiri bagi pendengarnya.
Peneliti dari University of Glasgow merekam suara responden yang sedang membaca sebuah bacaan. Hasilnya, bahkan sebuah kata 'halo' yang diperdengarkan ternyata dapat menjadi penilaian tersendiri tentang dominan dan kepercayaan. Meski penelitian tersebut tidak dapat memverifikasi seberapa akurat, para peneliti menemukan bahwa laki-laki yang menaikkan nada suaranya dinilai lebih dapat dipercaya, sedangkan wanita dengan suara yang lebih tinggi justru dinilai sebaliknya.
Sebuah studi UCLA menemukan bahwa nada suara wanita cenderung lebih tinggi sebelum ovulasi dibandingkan saat siklus masa subur rendah. Peneliti juga berpikir bahwa laki-laki cenderung merasa tertarik dengan wanita yang bersuara lebih tinggi karena merepresentasikan keceriaan dan tingkat kesuburan yang lebih tinggi.
Pada Accoustical Society of North America di tahun 2013 lalu, sebuah hasil penelitian yang dipresentasikan menemukan bahwa para pendengar dapat mengetahui pembicara mana yang lebih tinggi dibandingkan pembicara lainnya melalui suara. Mereka yang tinggi memiliki saluran pernapasan lebih besar yang berpengaruh terhadap rendahnya suara yang dihasilkan.
Saat berbicara dengan seseorang yang berada dalam hubungan romantis selama kurang dari satu tahun, orang cenderung bersuara lebih seksi dan menyenangkan. Riset dari Albright College ini pun menemukan perbedaan yang cukup jelas bila seseorang tengah berbicara dengan seorang teman atau kekasih hati.
Wah, ternyata unik juga, ya! Kamu paling bisa relate sama yang mana?