Perang di era sekarang pasti diperkuat dengan senjata modern seperti bom, nuklir, bahkan senjata biologis (biological warfare). Tetapi, bagaimana dengan perang di masa lampau, ribuan tahun ke belakang?
Salah satu peradaban yang tertua di dunia adalah Mesir kuno (ancient Egypt). Kira-kira senjata apa yang mereka gunakan untuk melawan musuh di medan pertempuran?
Orang Mesir kuno menggunakan ikem (perisai kayu) di tangan kiri dan dja (tombak berujung perunggu) di tangan kanan. Dilansir History, tombaknya yang panjang memungkinkan mereka menyerang musuh dengan aman dan ujung perunggunya cukup tajam untuk menembus armor infanteri musuh.
Awalnya, ujung tombak tentara Mesir kuno terbuat dari kayu dan rentan pecah ketika bersentuhan. Sementara, perisainya terbuat dari tiga papan kayu yang diikat dengan lem dan kulit hewan.
Selain tombak, tentara Mesir kuno membekali dirinya dengan kapak perang yang diselipkan di pinggang atau digantung di bahunya. Kapak ini dipakai dalam pertempuran jarak dekat dan menebas area kulit musuh yang tidak terlindungi baju besi.
Ternyata, kapak ini memiliki fungsi ganda yang digunakan untuk keperluan lain. Seperti menggali tanah di bawah tembok saat mengepung kota Kanaan serta menebang pepohonan di pedesaan sekitarnya, mengutip History.
Bisa dibilang, khopesh adalah senjata Mesir kuno yang paling ikonik dan ditakuti. Ini adalah pedang melengkung dengan bilah seperti tanda tanya dengan ujung tajam di bagian luar (bukan bagian dalam).
Khopesh sendiri diartikan sebagai 'kaki depan binatang'. Dalam peperangan, khopesh difungsikan sebagai senjata sekunder seperti kapak atau pedang pendek (short sword) untuk menyerang musuh dalam pertempuran jarak dekat.
Mulanya, pedang atau belati bukanlah senjata perang yang umum. Setelah teknologi pengecoran perunggu diperkenalkan, pedang pendek mulai digunakan tentara Mesir kuno dalam pertempuran.
Pedang pendek dibagi menjadi dua. Yang pertama berbentuk belati dan fungsinya untuk menusuk musuh dari jarak yang sangat dekat. Yang kedua lebih panjang dan membulat seperti pisau mentega. Fungsinya untuk menebas musuh dari jarak yang lebih aman.
Sebelum Hyksos menginvasi, orang Mesir kuno hanya mengandalkan busur dan anak panah sederhana dari sepotong kayu. Kemudian, mereka diperkenalkan dengan busur komposit yang lebih kuat dan memiliki akurasi tinggi.
Busur komposit terbuat dari lapisan kayu birch, tanduk kambing, dan otot (tendon) banteng yang dilengkungkan untuk menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Panjangnya sekitar 1,5 meter dan semua bagian direkatkan dengan lem.
Tali busurnya terbuat dari usus hewan yang dianyam rapat dan anak panahnya dari alang-alang kayu berujung perunggu. Berkat konstruksi berlapis dan desain lengkung, panah bisa meluncur sejauh 250-300 meter!
Kalau tadi sudah menyebutkan senjata untuk serangan (offense), kini beralih ke alat transportasi yang dipakai tentara Mesir kuno. Yang banyak digunakan saat itu adalah kereta kayu (chariot) yang ditarik oleh sepasang kuda.
Kereta ini terbuat dari kayu ringan dengan lantai kulit sebagai peredam kejut (shock absorber). Setiap kereta dinaiki oleh pengemudi dan prajurit yang bertugas melemparkan panah dari busur kompositnya.
Formasi kereta besar (lebih dari 100 kereta) bisa membuat lawan kesulitan. Kecepatan dan kekuatannya mampu memporak-porandakan barisan lawan. Tidak hanya dibekali panah dan busur, mereka juga membawa lembing, kapak, dan khopesh.
Terkadang, perisai kayu tidak cukup untuk melindungi diri. Itulah alasan mengapa baju besi (armor) diciptakan. Baik pengemudi maupun prajurit mengenakan baju besi karena mereka adalah sasaran empuk musuh.
Baju besinya terbuat dari perunggu dan bersisik seperti kadal. Tidak hanya manusia, kuda juga dipakaikan baju besi yang dengan warna cerah. Setidaknya, itu terlihat pada kuda-kuda yang dikendarai Tutankhamun dan Ramses II.
Nah, itulah senjata, pelindung, dan alat transportasi yang digunakan oleh bangsa Mesir kuno dalam perang. Sangat berbahaya dan membuat musuh kewalahan!