Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Archaeopteryx, Burung Pertama di Bumi

ilustrasi burung merpati (unsplash.com/sanjiv nayak)
ilustrasi burung merpati (unsplash.com/sanjiv nayak)
Intinya sih...
  • Dinosaurus berbulu pertama yang dikenal sains
  • Ukurannya kecil, hanya sebesar merpati
  • Sayapnya belum cocok untuk terbang jauh
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Burung yang kita lihat terbang bebas di langit saat ini ternyata punya nenek moyang yang sangat unik. Salah satu fosil paling terkenal dalam sejarah sains adalah Archaeopteryx, makhluk purba yang dianggap sebagai “burung pertama” di Bumi. Penemuannya benar-benar mengubah cara pandang para ilmuwan tentang evolusi karena fosil ini menunjukkan perpaduan mengejutkan antara ciri-ciri burung dan dinosaurus.

Archaeopteryx, yang namanya berarti “sayap tua”, hidup sekitar 150 juta tahun lalu pada periode Jura. Dengan fosil yang sangat terawat, Archaeopteryx menjadi bukti transisi evolusi yang membingungkan sekaligus menakjubkan. Para paleontolog terus menelitinya untuk mencari tahu bagaimana rupa, cara hidup, dan perannya dalam rantai evolusi menuju burung modern.

1. Dinosaurus berbulu pertama yang dikenal sains

Archaeopteryx pertama kali ditemukan pada tahun 1860-an dan langsung membuat heboh dunia sains. Fosilnya unik karena meski memiliki ciri khas burung, burung ini juga masih membawa banyak sifat dinosaurus, seperti gigi, cakar di ujung sayap, dan ekor panjang bertulang. Yang paling mengejutkan, beberapa fosil ditemukan dengan bulu yang jelas terlihat. Penemuan ini menjadi tonggak penting, meskipun kini sudah ada banyak dinosaurus berbulu lain yang ditemukan, termasuk yang panjangnya bisa mencapai lebih dari 9 meter!

2. Ukurannya kecil, hanya sebesar merpati

Banyak orang membayangkan Archaeopteryx berukuran besar dan gagah. Faktanya, ukuran tubuhnya hanya sekitar 50 cm dari kepala hingga ekor, dengan berat tak lebih dari 1 kg. Jadi, ukurannya kira-kira sama dengan seekor merpati modern. Jika dibandingkan dengan pterosaurus raksasa pada Zaman Mesozoikum, Archaeopteryx jelas sangat mungil.

3. Sayapnya belum cocok untuk terbang jauh

burung.jpg
ilustrasi burung Archaeopteryx (commons.wikimedia.org/H. Raab)

Analisis terbaru menunjukkan bulu Archaeopteryx tidak sekuat burung modern. Hal ini membuat para ilmuwan percaya bahwa ia lebih mungkin hanya bisa meluncur sebentar, mungkin dari dahan ke dahan, ketimbang mengepak sayap untuk terbang jauh. Namun, ada juga pendapat lain yang mengatakan bobotnya sebenarnya lebih ringan dari perkiraan sehingga mungkin saja ia bisa terbang singkat dengan kepakan cepat.

4. Kemungkinan merupakan burung karnivora

Meski fosil Archaeopteryx cukup banyak ditemukan, informasi tentang makanannya masih terbatas. Dari bentuk giginya yang kecil dan tajam, kemungkinan besar ia adalah karnivora yang memangsa reptil kecil, mamalia, dan serangga. Namun, ada juga dugaan bahwa ia bersifat omnivora, sehingga mungkin saja ia juga memakan biji, buah, atau beri seperti burung modern.

5. Ancaman yang dihadapi

Ketika Archaeopteryx hidup di akhir periode Jura, jumlah predator mungkin tidak terlalu banyak. Mangsa kecil pun cukup melimpah sehingga ia tidak kesulitan mencari makan. Namun, ada ancaman lain yang cukup berbahaya: tenggelam. Karena bukan penerbang yang andal, Archaeopteryx bisa saja terjatuh ke laut di sekitar pulau tempatnya hidup. Jika bulunya basah dan berat, kemungkinan besar ia akan tenggelam dengan cepat.

6. Bukan leluhur langsung burung modern

ilustrasi burung (unsplash.com/Boris Smokrovic)
ilustrasi burung (unsplash.com/Boris Smokrovic)

Meskipun sering disebut sebagai “burung pertama”, ternyata Archaeopteryx bukan nenek moyang langsung burung modern. Penelitian menunjukkan bahwa burung berevolusi dari dinosaurus berbulu berkali-kali selama periode Mesozoikum. Misalnya, ada Microraptor yang memiliki empat sayap, tapi akhirnya tidak meninggalkan keturunan. Burung modern justru lebih dekat hubungannya dengan theropoda kecil berbulu di periode Kapur daripada dengan Archaeopteryx yang hidup lebih awal.

7. Mengapa punah

Hingga kini, penyebab kepunahan Archaeopteryx masih menjadi misteri. Ada peristiwa kepunahan kecil di akhir periode Jura, tapi dinosaurus besar seperti stegosaurus dan sauropoda lebih banyak terdampak. Kemungkinan besar, Archaeopteryx perlahan tergantikan oleh “burung sejati” yang lebih efisien terbang dan bertahan hidup. Dengan kata lain, ia hidup cukup lama sebelum akhirnya kalah bersaing dalam perjalanan evolusi.

Archaeopteryx adalah bukti nyata betapa rumitnya proses evolusi. Ia menjadi penghubung antara dinosaurus dan burung, memperlihatkan bagaimana makhluk purba bereksperimen dengan bentuk tubuh dan cara hidup baru. Meski bukan leluhur langsung burung modern, Archaeopteryx tetap memegang peranan penting dalam sejarah kehidupan di Bumi sebagai burung pertama yang membuka jalan bagi keanekaragaman burung yang kita kenal sekarang.

Referensi

A-Z Animals. Diakses pada Agustus 2025. Archaeopteryx
Mental Floss. Diakses pada Agustus 2025. 10 Facts About Archaeopteryx
ThoughtCo. Diakses pada Agustus 2025. 10 Facts About Archaeopteryx, the Famous 'Dino-Bird'

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Tebak Ilmuwan dan Penemuannya, Bisa Jawab?

04 Sep 2025, 15:53 WIBScience