Mineral Licks, Fenomena Alam Esensial bagi Hewan Herbivora

Mineral licks atau salt licks adalah sebuah istilah untuk fenomena alam berupa kumpulan batuan atau endapan yang mengandung mineral dan tersedia secara cuma-cuma di alam liar. Lokasinya bisa di pegunungan terjal, tengah hutan, atau bahkan di pinggir jalan bebas hambatan.
Lanskap alam ini merupakan aspek esensial bagi hewan herbivora. Apa saja manfaat dan kegunaannya? Berikut penjelasan lengkap tentang mineral licks.
1. Mineral licks umumnya berupa tanah liat dengan sejumlah kerikil dan batuan

Menurut jurnal berjudul "Natural Salt Licks as a Part of the Ecology of the Mountain Goat" tulisan Herbert dan Cowan, mineral licks biasanya berupa tanah liat dengan warna abu-abu kecokelatan. Ada dua jenis berdasarkan teksturnya, kering-kasar dan lembab-lembut. Biasanya hewan herbivora lebih menyukai tipe kedua.
Panichev, dkk. dalam penelitiannya yang berjudul "Geological Nature of Mineral Licks and the Reasons for Geophagy Among Animals" membagi mineral lick dalam dua jenis berdasarkan proses pembentukannya, yaitu hydromorphic dan lithomorphic. Jenis pertama merupakan spot yang terbentuk dari endapan aliran air mineral. Sementara, lithomorphic mineral licks adalah tipe yang terbentuk akibat tereksposnya jenis batuan tertentu.
2. Punya peran ekologi yang krusial untuk hewan herbivora

Merujuk Kroesen, dkk dalam tulisan mereka "Patterns of Decadal, Seasonal and Daily Visitation to Mineral Licks, A Critical Resource Hotspot for Mountain Goats Oreamnos Americanus in the Rocky Mountains", mineral licks berkaitan erat dengan geophagia. Geophagia merupakan kegiatan mengonsumsi tanah yang dilakukan hewan secara sengaja. Terutama yang hidup di daerah yang beriklim tropis dan sedang.
Untuk itu, ia bisa ditemukan di berbagai tempat. Mulai dari Amerika Utara, Eurasia, Amerika Selatan, hingga Asia Selatan dan Asia Tenggara. Termasuk di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan Clayton dan MacDonald dan dipublikasikan Journal of Mammalogy membuktikan eksistensi mineral lick atau salt lick di kawasan hutan Paguyaman, Gorontalo. Spot tersebut sering didatangi babirusa dan sesekali anoa.
Sejalan dengan penelitian Kroesen, dkk, Clayton dan MacDonald juga berargumen bahwa alasan hewan herbivora mengonsumsi tanah yang mengandung mineral adalah untuk tiga tujuan berikut. Pertama, mencegah kondisi asidosis (keracunan asam) akibat kandungan yang terdapat pada tumbuhan yang mereka konsumsi. Kedua, membantu melancarkan proses pencernaan. Ketiga, memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak bisa mereka dapat dari tanaman terutama natrium, kalsium, dan magnesium.
3. Bisa jadi spot untuk melakukan interaksi sosial dengan sesamanya

Alasan lainnya diungkap Clayton dan MacDonald yang juga menemukan tanda bahwa hewan herbivora memanfaatkan titik mineral licks untuk bersosialisasi. Terutama menemukan pasangan atau bahkan berduel antar sesama pejantan.
Kroesen, dkk bahkan menemukan pola yang unik pada kambing gunung di kawasan British Columbia, Kanada. Mereka biasanya datang ke spot mineral lick hampir setiap hari pada musim panas dan semi, kemudian berhenti pada musim dingin ketika salju datang. Pejantan dan betina juga punya pola kedatangan yang berbeda.
Pejantan biasanya mendatangi mineral licks untuk tujuan memenuhi kebutuhan pencernaannya. Sementara, betina akan datang sedikit terlambat, tepatnya akan lebih sering setelah melahirkan untuk memenuhi nutrisi selama harus menyusui.
4. Mineral lick bisa terbentuk sebagai akibat dari proyek konstruksi bangunan

Mineral lick memang umumnya terbentuk secara alami. Namun, fenomena menarik terjadi British Columbia, Kanada. Tepatnya di Trans-Canada Highway (TCH).
Di kawasan tersebut, sering ditemukan kambing gunung yang menjilati tanah di pinggiran jalan tol. Mereka bisa datang di siang hari, tetapi lebih sering pada malam hari untuk menghindari keramaian atau kendaraan yang lewat.
Kroesen, dkk berargumen bahwa alasan TCH menjadi spot favorit kambing gunung adalah kemudahan akses. Proses pembangunan jalan tol memungkinkan tereksposnya tanah atau batuan kaya mineral baru yang kadarnya lebih kaya dibanding mineral lick di dalam hutan.
Hal serupa ditemukan pula di Italia. BBC melalui acara Forces of Nature with Brian Cox meliput aktivitas ibex atau kambing gunung endemik di kawasan pegunungan Alpen dan Pyrenees yang rela mendaki pagar bendungan vertikal untuk mengakses batuan mineral yang terekspos. Aktivitas berisiko seperti ini ditandai pengamat sebagai kebiasaan baru.
5. Salt lick harus dilindungi sebagai bagian dari ekosistem

Selain hewan mamalia herbivora, kebiasaan mengunjungi mineral lick juga ditemukan pada kelelawar. Voigt, dkk dalam "Nutrition or Detoxification: Why Bats Visit Mineral Licks of the Amazonian Rainforest" menemukan bahwa kelelawar juga memiliki kebiasaan mencari mineral untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Menariknya, Voigt membandingkan antara kelelawar pemakan buah dengan kelelawar omnivora yang juga memakan serangga.
Ditemukan bahwa kelelawar pemakan buah dan yang sedang hamil atau dalam masa reproduksi yang lebih sering mengunjungi mineral lick. Mereka berargumen bahwa aktivitas ini didorong oleh kebutuhan mengurangi dampak zat toksik yang terkandung dalam buah. Sementara untuk kelelawar dalam masa reproduksi membutuhkan mineral untuk keperluan laktasi.
Mengingat krusialnya peran mineral lick dalam ekosistem, para ilmuwan sepakat merekomendasikan regulasi khusus yang melindungi keberadaan fenomena alam tersebut. Ia harus minim dari eksposur dan gangguan manusia, serta harus ada komitmen untuk menjaga sumber utamanya yaitu aliran air mineral.