Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Master Manipulasi, 6 Parasit Ini Mampu Mengendalikan Pikiran Inangnya!

Tikus yang termanipulasi oleh parasit
ilustrasi tikus yang termanipulasi oleh parasit (wikimedia.org/Niels Hartvig)
Intinya sih...
  • Toxoplasma gondii adalah protozoa mikroskopis yang mempengaruhi perilaku inangnya, membuat tikus tidak takut pada kucing.
  • Nematomorpha memaksa serangga inangnya untuk tenggelam, cacing tumbuh di dalam serangga dan keluar setelah serangga mati.
  • Ampulex compressa menyuntikkan racun ke otak kecoa untuk mengendalikan pikirannya, kemudian menuntun kecoa menuju liang tawon.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah terlintas di benakmu bahwa di luar sana ada parasit, jamur, atau bahkan serangga yang benar-benar mampu mengambil alih kendali penuh atas inangnya? Fenomena ini dikenal sebagai manipulasi inang parasitik yaitu salah satu kisah menakutkan, sekaligus paling cerdas yang terjadi dalam ekosistem. Banyak orang dibuat takjub oleh mekanisme yang memungkinkan parasit ini mengubah perilaku inangnya. Tujuannya sering kali sederhana yaitu untuk memastikan kelangsungan hidup atau siklus reproduksi mereka sendiri.

Proses pengambilalihan kendali ini bukan sekadar mengubah gerakan, tetapi juga memengaruhi insting, keberanian, bahkan naluri bertahan hidup inang. Ingin mengetahui apa saja dan bagaimana parasit ini dapat mengendalikan pikiran inangnya? Yuk, simak artikel berikut!

1. Toxoplasma gondii

Tikus yang termanipulasi oleh parasit
ilustrasi tikus yang termanipulasi oleh parasit (wikimedia.org/Niels Hartvig)

Toxoplasma gondii adalah protozoa mikroskopis yang menjadi salah satu parasit paling terkenal karena kemampuannya dalam mempengaruhi perilaku inang. Parasit ini punya siklus hidup yang cukup rumit, tapi tujuan utamanya adalah untuk mencapai usus kucing, inang definitifnya, tempat dimana ia bisa bereproduksi secara seksual.

Melansir laman Science.org, untuk mencapai “rumah” impiannya tersebut, toxoplasma harus memanipulasi inang perantaranya yaitu tikus atau mencit. Ia akan membuat tikus menghilangkan rasa takut alaminya terhadap kucing. Parasit ini akan membentuk kista di otak tikus, termasuk area yang mengatur perilaku berbasis rasa takut, sehingga memicu peningkatan kadar dopamin. Penelitian menunjukkan bahwa infeksi ini secara spesifik dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa takut tikus terhadap bau urin kucing. Rasa bahaya mereka seolah berubah menjadi perilaku yang ceroboh.

Uniknya, meskipun tikus yang terinfeksi menjadi tidak takut pada kucing, mereka tetap memiliki rasa takut terhadap predator lain. Hal ini menunjukkan bahwa manipulasi yang dilakukan oleh parasit ini sangat spesifik dan terarah.

2. Nematomorpha

Nematomorpha memanipulasi belalang
ilustrasi nematomorpha (wikimedia.org/Gilles San Martin)

Nematomorpha atau yang dikenal juga sebagai Cacing Rambut Kuda adalah jenis cacing yang terkenal karena kemampuannya memaksa inang serangga, seperti belalang sembah atau jangkrik untuk menenggelamkan diri. Dilansir laman Science Direct, siklus hidup cacing ini dimulai ketika larvanya tertelan oleh serangga pada saat berada di perairan. Di dalam inangnya, cacing akan tumbuh hingga mencapai ukuran yang jauh lebih besar dan siap untuk keluar.

Saat waktunya tiba, cacing akan melepaskan molekul yang memengaruhi sistem saraf pusat serangga sehingga memaksa inang untuk melakukan perjalanan menuju sumber air terdekat. Serangga yang terinfeksi akan melompat ke air dan akhirnya tenggelam. Setelah inang tenggelam, cacing dewasa akan keluar dan melanjutkan siklus reproduksinya di air.

3. Ampulex compressa

Ampulex compressa
ilustrasi ampulex compressa (wikimedia.org/Muhammad Mahdi Karim)

Tawon Zamrud atau Ampulex compressa terkenal karena teknik berburunya yang tampak seperti adegan dari film horror. Ia akan menyuntikkan racun ke otak kecoa untuk mengendalikannya pikirannya. Menarik sekali bukan?

Tawon betina akan mencari kecoa sebagai bekal makanan hidup untuk larva tunggalnya. Melansir laman The Company of Biologist, prosesnya dimulai ketika tawon menyengat ke bagian dada kecoa untuk melumpuhkan kaki depannya sementara waktu. Kemudian, dengan presisi tawon akan memberikan sengatan kedua, langsung ke pusat saraf di kepala kecoa yang mengendalikan refleks melarikan diri. Racun ini tidak melumpuhkan total, melainkan mengubah kecoa menjadi "zombie" yang tenang dan pasif, tapi masih mampu berjalan.

Tawon kemudian akan menuntun kecoa yang patuh itu, seolah-olah ditarik menggunakan antena, menuju liang tawon. Kecoa yang termanipulasi akan diam saat larva tawon menempel dan memakannya secara perlahan dari dalam untuk menjamin ketersediaan makanan segar bagi larva.

4. Ophiocordyceps unilateralis

Semut yang termanipulasi oleh ophiocordyceps unilateralis
ilustrasi semut yang termanipulasi oleh ophiocordyceps unilateralis (wikimedia.org/Denis Zabin)

Jamur Ophiocordyceps unilateralis adalah patogen jamur yang khusus menyerang semut, terutama semut tukang kayu. Begitu spora jamur menginfeksi semut, miselium jamur mulai tumbuh dan perlahan mengambil alih kendali sistem saraf semut.

Dilansir laman Microbiology Society, jamur ini memanipulasi perilaku semut, memaksa inangnya meninggalkan sarang yang aman dan mencari lokasi spesifik dengan suhu dan kelembapan ideal untuk pertumbuhan jamur, biasanya di bawah daun pada ketinggian tertentu. Pada titik yang tepat, semut yang termanipulasi akan menggigit urat utama daun dengan "gigitan kematian" dan rahangnya akan terkunci di sana. Setelah semut mati, jamur akan tumbuh keluar dari kepala semut, melepaskan spora baru dari tempatnya yang tinggi untuk menginfeksi semut lain di bawahnya.

5. Leucochloridium paradoxum

Siput yang termanipulasi oleh leucochloridium paradoxum
ilustrasi siput yang termanipulasi oleh leucochloridium paradoxum (wikimedia.org/Eveline van der Jagt)

Leucochloridium paradoxum adalah cacing pipih atau fluke yang terkenal karena caranya yang unik untuk menarik perhatian pemangsa, yaitu burung, dengan memanipulasi siput inang perantaranya. Dilansir laman iNaturalist, cacing ini tumbuh menjadi kantung sporokista berwarna hijau cerah dengan pita-pita gelap yang mencolok. Ia kemudian berkoloni dan bergerak ke dalam tentakel mata siput. Dengan tentakel yang sudah terinfeksi, kantung sporokista akan berdenyut-denyut, meniru penampilan seekor ulat yang sangat menarik.

Selain itu, parasit ini juga mempengaruhi perilaku siput agar bergerak ke area yang lebih terbuka dan terang, jauh dari persembunyian alami mereka. Kombinasi antara tentakel yang berkedut dan pergerakan di tempat terbuka, menjadikan siput tersebut target yang mudah dan sangat menarik bagi burung, dimana burung merupakan inang definitif cacing pipih ini. Ketika burung memakan tentakel yang terinfeksi, siklus hidup cacing pipih pun akan berlanjut di dalam burung.

6. Microphallus

Kepiting yang termanipulasi oleh microphallus
ilustrasi kepiting yang termanipulasi oleh microphallus (wikimedia.org/Maria)

Karat air merupakan spesies dari genus Microphallus yang memiliki kemampuan dalam manipulasi inang, dengan target utama kepiting kecil atau udang air tawar. Microphallus memiliki siklus hidup kompleks yang melibatkan inang perantara seperti siput, dan inang definitif yaitu burung pemakan kepiting.

Dilansir laman Science Direct, ketika kepiting terinfeksi, perilaku mereka akan berubah secara drastis, utamanya ditandai dengan peningkatan "keberanian" yang tidak wajar. Kepiting yang biasanya bergerak hati-hati dan bersembunyi akan mulai menunjukkan perilaku agresif, atau bahkan berani bergerak ke area yang lebih terbuka dan lebih mudah terlihat oleh pemangsa.

Perubahan perilaku ini secara efektif meningkatkan peluang kepiting untuk dimakan oleh burung pemakan kepiting. Inilah mekanisme cerdas parasit untuk memastikan ia dapat berpindah ke inang definitif dan menyelesaikan siklus reproduksinya.

Meskipun fenomena di atas terdengar menakutkan, sebagian besar parasit pengendali pikiran ini tidak secara langsung mengancam kelangsungan hidup makhluk hidup. Sebaliknya, mereka adalah bagian dari rantai makanan dan ekosistem alami. Secara umum, spesies parasit seperti yang disebutkan ini tidak diklasifikasikan dalam status konservasi terancam punah. Namun, kelangsungan hidup mereka sangat bergantung pada kesehatan populasi inang. Jika inang alami mereka terancam, tentu saja parasit juga akan terancam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

Master Manipulasi, 6 Parasit Ini Mampu Mengendalikan Pikiran Inangnya!

27 Des 2025, 12:01 WIBScience