Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pengetahuan Astronomi Bangsa Kuno yang Baru Terbukti di Era Modern

ilustrasi bintang (unsplash.com/Nathan Anderson)
ilustrasi bintang (unsplash.com/Nathan Anderson)
Intinya sih...
  • Peradaban kuno mampu memprediksi gerhana dengan akurat menggunakan siklus Saros, tanpa bantuan teleskop, dan menciptakan Mekanisme Antikythera untuk memodelkan siklus gerhana.
  • Bangsa Babilonia dan Mesir kuno berhasil memperkirakan panjang tahun matahari dengan ketelitian luar biasa menggunakan siklus Metonik dan kalender sipil yang mendekati panjang tahun sebenarnya.
  • Pengamatan langit oleh peradaban kuno terbukti akurat melalui pencatatan waktu terbit dan terbenamnya Venus, pengelompokan bintang, penemuan presesi ekuinoks, serta gagasan model heliosentris oleh Aristarchus dari Samos.

Ketika kita berbicara tentang astronomi, mungkin yang langsung terlintas di benak adalah teleskop raksasa, satelit, atau simulasi komputer canggih yang digunakan oleh ilmuwan masa kini. Namun, jauh sebelum era digital dan observatorium luar angkasa, peradaban kuno telah lama memandang langit dan merekam pola-pola kosmik dengan ketelitian luar biasa.

Tanpa teknologi modern, mereka mampu menyusun prediksi dan perhitungan yang, secara mengejutkan, banyak yang baru bisa kita buktikan validitasnya di era sains modern ini. Pada ulasan ini, tedapat lima pengetahuan astronomi dari bangsa kuno yang tidak hanya mencengangkan, tetapi juga telah terbukti oleh penelitian ilmiah dan teknologi masa kini.

1. Prediksi gerhana

ilustrasi gerhana (unsplash.com/Jongsun Lee)
ilustrasi gerhana (unsplash.com/Jongsun Lee)

Bangsa Babilonia dikenal sebagai salah satu peradaban pertama yang mampu memprediksi gerhana dengan cukup akurat menggunakan siklus Saros. Siklus ini merupakan periode sekitar 18 tahun di mana gerhana dengan karakteristik serupa akan terulang, dan penemuan ini menjadi hasil dari pengamatan dan pencatatan langit selama berabad-abad.

Tanpa bantuan teleskop, mereka mampu memperkirakan waktu serta lokasi visibilitas gerhana dengan tingkat ketepatan yang mengesankan untuk zamannya. Lebih lanjut, bangsa Yunani kuno juga menciptakan Mekanisme Antikythera, perangkat mekanik rumit yang mampu memodelkan siklus gerhana dengan referensi pada siklus Saros. 

2. Panjang tahun matahari yang akurat

ilustrasi matahari (unsplash.com/Vivek Doshi)
ilustrasi matahari (unsplash.com/Vivek Doshi)

Babilonia dan Mesir kuno berhasil memperkirakan panjang tahun matahari dengan ketelitian luar biasa, jauh sebelum era observatorium dan satelit cuaca. Melansir ircamera.as.arizona.edu, pada masa pemerintahan raja Nabonassar, orang Babilonia menggunakan siklus Metonik, yakni perbandingan antara 235 bulan lunar dengan 19 tahun matahari.

Sementara itu, kalender sipil Mesir kuno terdiri atas 365 hari yang dibagi menjadi tiga musim masing-masing 120 hari, ditambah lima hari ekstra di akhir tahun. Meskipun kalender mereka tidak mengenal sistem tahun kabisat sehingga mengalami pergeseran musiman, perhitungan dasar mereka sangat mendekati panjang tahun sebenarnya.

3. Siklus Venus dan tablet Venus

ilustrasi venus (unsplash.com/NASA)
ilustrasi venus (unsplash.com/NASA)

Tablet Venus dari Ammisaduqa, yang berasal dari pertengahan abad ke-17 SM, menjadi bukti ketelitian pengamatan langit oleh bangsa Babilonia. Dokumen kuno ini mencatat waktu terbit dan terbenamnya Venus selama 21 tahun berturut-turut, menunjukkan bahwa mereka mengenali pola periodik dalam pergerakan planet tersebut.

Salah satu temuannya adalah siklus 8 tahunan Venus, yang dikenal dalam astronomi modern sebagai siklus sinodik Venus—yaitu waktu yang dibutuhkan Venus untuk kembali ke posisi relatif yang sama dengan Matahari dan Bumi. Walaupun ada beberapa kesalahan pencatatan yang mungkin disebabkan oleh pengaruh atmosfer, substansi ilmiahnya tetap terbukti akurat.

4. Katalog bintang dan sistem koordinat

ilustrasi bintang (unsplash.com/Reign Abarintos)
ilustrasi bintang (unsplash.com/Reign Abarintos)

Pengelompokan bintang dan pencatatan posisinya sudah dilakukan oleh berbagai peradaban kuno, tetapi kontribusi paling signifikan datang dari Hipparchus, astronom Yunani abad ke-2 SM. Ia dikenal sebagai pencetus katalog bintang paling awal yang mencantumkan koordinat numerik bintang dengan tingkat akurasi yang menakjubkan.

Hipparchus juga dikenal karena penemuannya terhadap presesi ekuinoks, yaitu pergeseran posisi ekuator langit akibat perubahan orientasi rotasi Bumi, yang ia sadari lewat perbandingan data dengan pengamatan terdahulu. Meskipun katalog aslinya sempat hilang selama berabad-abad, penemuan palimpsest di masa kini membuktikan kebenaran dan keberadaan karya tersebut.

5. Hipotesis heliosentris

ilustrasi tata surya (unsplash.com/NASA Hubble Space Telescope)
ilustrasi tata surya (unsplash.com/NASA Hubble Space Telescope)

Gagasan bahwa Matahari berada di pusat tata surya dikemukakan oleh Aristarchus dari Samos pada abad ke-3 SM, jauh sebelum Copernicus di abad ke-16. Meskipun saat itu pemikirannya ditolak karena dominasi pandangan geosentris yang menempatkan Bumi sebagai pusat, ide Aristarchus sebenarnya telah menyentuh kebenaran yang baru terbukti berabad-abad kemudian.

Sayangnya, tulisan asli Aristarchus telah hilang, tetapi referensi dari penulis lain membuktikan bahwa ia sudah merumuskan model heliosentris secara konseptual. Model tersebut mengusulkan bahwa Bumi dan planet-planet lain mengorbit Matahari. Baru di era Galileo dan Kepler, teori ini mendapatkan dukungan yang kuat dan akhirnya diterima secara luas.

Kemajuan sains modern sering kali membuat kita lupa bahwa banyak pengetahuan mendasar telah dirintis oleh peradaban kuno melalui pengamatan dan logika yang luar biasa. Dari prediksi gerhana hingga model heliosentris, berbagai teori dan pengamatan yang dulu dianggap spekulatif kini terbukti akurat dengan bantuan teknologi canggih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us