5 Hewan Invasif di Australia, Merusak Ekosistem dan Mengganggu Manusia

- Kucing feral membunuh 1 milyar mamalia, 399 juta burung, 609 juta reptil, dan 93 juta amfibi setiap tahunnya.
- Kelinci eropa merusak lahan pertanian, menyebarkan penyakit ke hewan lain, dan menggusur populasi mamalia lokal.
- Semut api tropis agresif dan bisa membunuh hewan berukuran kecil serta merusak ekosistem di Australia.
Australia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman satwa. Negara dengan julukan Negeri Kanguru tersebut dihuni oleh berbagai jenis hewan, mulai dari ikan, buaya, burung, hingga ular berbisa. Sayangnya, keanekaragaman tersebut mulai hancur akibat kehadiran hewan invasif. Singkatnya, hewan invasif adalah hewan asing yang merusak ekosistem asli di suatu daerah.
Tercatat, ada banyak hewan invasif yang menghuni Australia. Mereka dibawa dari penjuru dunia, mulai dari Eropa, Amerika Selatan, hingga Asia. Ada hewan invasif yang membunuh satwa lokal, mengganggu rantai makanan, bahkan memusnahkan populasi satwa lokal. Nah, mari kita bahas beberapa hewan invasif di Australia agar pengetahuanmu bertambah!
1. Kucing feral

Dilansir Invasive Species Council, kehadiran Felis catus atau kucing feral di Australia sangat meresahkan. Tercatat, mamalia predator tersebut sanggup membunuh 1 milyar mamalia, 399 juta burung, 609 juta reptil, dan 93 juta amfibi setiap tahunnya. Gak cuma itu, kucing feral juga sangat mengganggu karena sering menyerang hewan ternak dan peliharaan.
Kira-kira, kucing pertama kali menginjakan kaki di Australia pada tahun 1788. Sejak saat itu, banyak kucing yang lepas, menjadi liar, dan berubah menjadi kucing feral yang merusak ekosistem. Gak cuma itu, kucing feral juga masuk dalam daftar 100 spesies invasif paling berbahaya di dunia. Untungnya, pemerintah Australia sudah melakukan berbagai represif dan preventif untuk mengendalikan populasi kucing feral.
2. Kelinci eropa

Di balik perawakannya yang imut dan tubuhnya yang kecil, ternyata Oryctolagus cuniculus atau kucing eropa mampu merusak ekosistem di Australia. Dilansir Agriculture Victoria, kelinci eropa pertama datang ke Australia pada tahun 1800an. Awalnya, hanya ada 13 ekor kelinci di alam liar, namun dalam beberapa tahun populasinya membludak menjadi ribuan ekor.
Kelinci eropa bisa hidup dimanapun, mulai dari savana, semak-semak, hutan, area peisir, area pemukiman, kebun, ladang, dan area lembap. Ia mampu merusak lahan pertanian, menyebarkan penyakit ke hewan lain, dan memusnahkan populasi satwa lokal. Tak hanya itu, kehadiran kelinci eropa juga menggusur populasi mamalia lokal seperti tikus dan hewan marsupial.
3. Semut api tropis

Serangga dengan nama ilmiah Solenopsis geminata ini bisa masuk ke Australia berkat pendudukan bangsa Eropa. Ia memang kecil dengan panjang maksimal sekitar 5 milimeter. Hanya saja, semut api tropis sangat agresif dan tak segan-segan untuk menggigit manusia hingga menyerang hewan lain. Mungkin, gigitannya ke manusia tak berbahaya, tapi semut ini mampu membunuh hewan berukuran kecil.
Tercatat, gigitannya bisa menyebabkan iritasi dan ia bisa memakan serangga lokal. Nantinya, hal tersebut mampu merusak ekosistem, mengganggu rantai makanan, dan membuat banyak satwa lokal punah. Terakhir, laman GISD menjelaskan kalau semut api tropis bisa berkembang pesat di Australia karena ia mampu menahan suhu panas di Negeri Kanguru tersebut.
4. Kodok tebu

Dilansir EBSCO Research Starters, Rhinella marina atau kodok tebu dibawa ke Australia pada tahun 1935. Awalnya, kodok asli Asia Tenggara ini dilepaskan untuk membasmi hama serangga di kebun tebu. Sayangnya, populasinya menjadi tak terkendali dan akhirnya ia menjadi hewan invasif.
Kodok sepanjang 10–15 centimeter ini bisa memangsa dan memusnahkan populasi serangga lokal. Ia juga memiliki racun yang mampu membunuh predator lokal, seperti ular, biawak, hingga burung predator. Gak cuma itu, kodok tebu juga sangat adapatif sehingga sulit dibasmi.
5. Rubah merah

Vulpes vulpes atau rubah merah bisa hidup di Australia karena dibawa oleh manusia. Dilansir Business Queensland, hewan ini dibawa dari Inggris pada dekade 1860an. Saat itu, rubah merah merupakan hewan buruan yang populer. Sayangnya, populasinya tidak terkendali dan ia menjelam menjadi hewan invasif dalam kurun waktu 30 tahun. Di Australia, rubah merah memiliki dampak yang besar terhadap populasi satwa, keseimbangan ekosistem, dan kegiatan pertanian. Bersama dengan kucing feral, rubah sepanjang 90 centimeter ini merupakan salah satu mamalia predator paling merugikan di Australia.
Ternyata, ekosistem asli di Australia mulai terancam oleh berbagai hewan invasif. Kehadiran hewan-hewan tersebut juga ada hubungannya dengan aktivitas manusia. Maka dari itu, sebenarnya manusialah yang menjadi dalang utama dari kehadiran hewan invasif. Karenanya, manusia jugalah yang harus membereskan masalah hewan invasif hingga ke akar-akarnya.


















