Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Tingkat Oksigen Danau-danau di Bumi Menurun Drastis

potret Danau Maggiore (commons.wikimedia/Diriye Amey)
Intinya sih...
  • Penelitian menunjukkan danau di Bumi mengalami penurunan kadar oksigen yang mengkhawatirkan, juga diamati di sungai dan laut.
  • Studi baru mengidentifikasi kontribusi mekanisme berbeda terhadap penurunan oksigen danau secara global, dengan gelombang panas dan blooming alga sebagai faktor utama.
  • Peningkatan suhu jangka panjang menjadi penyebab utama deoksigenasi danau, bertanggung jawab terhadap 55 persen penurunan kadar oksigen di danau.

Penelitian menunjukkan bahwa danau-danau di Bumi mengalami penurunan kadar oksigen yang mengkhawatirkan. Tren serupa juga diamati di sungai dan laut. Namun, beberapa danau kehilangan oksigen hingga sembilan kali lebih cepat daripada lautan.

Studi baru ini kini telah mengidentifikasi seberapa besar kontribusi mekanisme yang berbeda terhadap penurunan oksigen danau secara global, di mana antara tahun 1980 sampai 2017 mencapai 5,5 persen di perairan permukaan dan 18,6 persen di perairan dalam, menurut laman Science Alert.

Temuan penelitian

Peneliti geografi dari Chinese Academy of Sciences (CAS), Yibo Zhang, dan rekan-rekannya menggunakan citra satelit, data geografis, dan data iklim untuk merekonstruksi peristiwa yang menyebabkan penurunan kadar oksigen ini. Lebih dari 80 persen dari 15.535 danau yang mereka teliti kini memiliki kadar oksigen yang rendah.

Dari tahun 2003 hingga 2023, 85 persen danau tersebut mengalami peningkatan yang stabil dalam jumlah hari gelombang panas per tahun. Suhu yang lebih tinggi mengurangi kemampuan oksigen untuk larut dalam air.

Zhang dan timnya menghitung bahwa gelombang panas berkontribusi sebesar 7,7 persen terhadap kehilangan oksigen yang diamati, melalui fluktuasi cepat dan signifikan dalam kelarutan oksigen dalam air.

Para peneliti mengaitkan 10 persen lainnya dengan blooming alga yang semakin parah. Fenomena ini juga diperparah oleh kondisi pemanasan, serta peningkatan nutrisi, termasuk limbah pupuk dan kotoran ternak, yang masuk ke perairan kita.

Skenario terburuk

Ilustrasi Bumi (Pexels.com/Zelch Csaba)

Namun, peningkatan suhu jangka panjang menjadi penyebab utama deoksigenasi danau, menurut penelitian tersebut.

Pemanasan saat ini diperkirakan bertanggung jawab terhadap 55 persen penurunan kadar oksigen di danau, kata para peneliti. Jika tren ini berlanjut, danau-danau di Bumi dapat mengalami penurunan kadar oksigen hingga 9 persen pada akhir abad ini dalam skenario iklim terburuk, peringatan tim peneliti.

Berpengaruh ke satwa

Danau alami dan buatan menghiasi sekitar 5 juta kilometer persegi permukaan daratan Bumi. Mereka sering menjadi habitat bagi kehidupan unik yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi.

Penurunan kadar oksigen yang terlarut secara signifikan mengganggu ekosistem ini, menciptakan "zona mati" yang terlalu sesak bagi satwa liar untuk bertahan hidup. Penurunan mendadak menyebabkan kematian massal satwa liar, yang semakin meningkat di perairan di seluruh dunia.

Dalam beberapa tahun terakhir, belut di Selandia Baru, Murray cod di Australia, serta berbagai spesies ikan dan kerang di Polandia dan Jerman, semuanya menjadi contoh fenomena mengerikan ini.

Danau juga mengalami penguapan yang lebih besar karena atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak air. Hal ini mempercepat siklus air Bumi, menyebabkan perubahan drastis dari kondisi kering ekstrem ke banjir yang parah.

Semua gangguan ini menyebabkan kerusakan parah pada ekosistem danau dan ekonomi yang bergantung pada danau, mengancam ketahanan pangan. Gangguan ini telah menghancurkan danau terbesar keempat di Bumi.

Selain kebutuhan mendesak kita untuk mengurangi pemanasan global, mengurangi limbah pertanian yang mengalir ke perairan kita juga dapat membantu menjaga ketersediaan oksigen. Menanam vegetasi terendam dan membangun rawa-rawa juga dapat membantu memulihkan ekosistem danau.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us