Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Theriac, Obat Segala Penyakit pada Abad Pertengahan

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Wellcome Collection gallery)
Intinya sih...
  • Theriac diciptakan sebagai penawar racun dan gigitan hewan berbisa, serta obat multifungsi yang populer di dunia Yunani, Romawi, Arab, hingga Eropa abad pertengahan.
  • Theriac mengandung 50–70 bahan berbeda, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit mulai dari gangguan pencernaan, demam, hingga wabah pes.
  • Setelah proses pencampuran selesai, ramuan ini tidak langsung digunakan. Theriac harus disimpan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mengalami proses pematangan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam sejarah pengobatan kuno, ada satu ramuan legendaris yang sering disebut sebagai “obat segala penyakit”, yaitu theriac. Nama “theriac” berasal dari bahasa Yunani thēriakē, yang berarti “penawar racun binatang buas”, terutama gigitan ular berbisa. Awalnya, ramuan ini dikembangkan sebagai penangkal racun dan kemudian berkembang menjadi obat multifungsi yang sangat populer di dunia Yunani, Romawi, Arab, hingga Eropa abad pertengahan.

Ketika penyakit dan racun merupakan ancaman besar bagi kehidupan masyarakat, theriac muncul sebagai simbol harapan dan perlindungan. Menariknya, penggunaannya tidak terbatas pada kelas medis saja, tetapi juga menjadi bagian dari budaya, politik, dan ekonomi pada masanya. Sebelum kita membahas lebih jauh, yuk, kita telusuri bersama fakta-fakta menarik tentang theriac yang akan membuka jendela sejarah dunia pengobatan tradisional!

1. Ramuan obat sebagai penawar racun dan gigitan hewan berbisa

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Wellcome Collection gallery)

Dilansir laman The Lancet, theriac adalah ramuan obat kompleks yang pada awalnya diciptakan sebagai penawar racun dan gigitan hewan berbisa. Menurut catatan sejarah, bentuk awalnya dikembangkan oleh ahli obat Yunani dan kemudian disempurnakan oleh dokter Romawi terkenal, Galen, pada abad ke-2 Masehi.

Galen menciptakan versi theriac yang dikenal sebagai Theriaca Andromachi, yang menjadi resep standar selama lebih dari 1.500 tahun. Fungsi utama theriac pada masa itu bukan hanya untuk mengobati racun, tetapi juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit mulai dari gangguan pencernaan, demam, hingga wabah pes.

Dalam kepercayaan masyarakat abad pertengahan, meminum theriac secara rutin dianggap dapat memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah keracunan, terutama bagi bangsawan yang sering khawatir diracun dalam intrik politik istana. Theriac bahkan sering dibawa dalam bentuk kecil sebagai “penangkal darurat” oleh orang-orang kaya yang bepergian jauh.

2. Mengandung 50–70 bahan berbeda

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Mattioli)

Dilansir laman The Lancet, salah satu ciri khas theriac adalah komposisinya yang sangat rumit. Versi Galenik klasik bisa mengandung antara 50–70 bahan berbeda, mulai dari rempah-rempah eksotis, akar dan daun herbal, madu, resin aromatik, hingga zat kuat seperti opium. Contohnya, beberapa bahan umum yang digunakan meliputi kayu manis, jahe, saffron, mur, gentian, dan bahkan daging ular berbisa yang dikeringkan, karena dipercaya dapat menimbulkan kekebalan terhadap racun ular.

Proses pencampurannya pun tidak bisa dilakukan sembarangan. Di kota-kota besar seperti Venesia dan Baghdad, pembuatan theriac hanya boleh dilakukan oleh apoteker yang memiliki lisensi resmi dari negara atau otoritas kesehatan. Mereka bekerja mengikuti prosedur ketat yang sering kali berlangsung selama beberapa hari. Karena kerumitan bahan dan prosedur tersebut, theriac menjadi salah satu produk farmasi paling bergengsi dan mahal pada zamannya.

3. Mengalami proses pematangan hingga bertahun-tahun

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Unknown)

Yang membuat theriac semakin unik adalah bahwa setelah proses pencampuran selesai, ramuan ini tidak langsung digunakan. Dilansir laman The Quack Doctor, campuran theriac harus disimpan selama berbulan-bulan, bahkan kadang bertahun-tahun, untuk mengalami proses yang disebut “pematangan” atau aging.

Para apoteker meyakini bahwa dengan pematangan, kandungan aktif dari berbagai bahan akan saling menyatu dan menghasilkan efek terapeutik yang optimal. Proses ini mirip seperti fermentasi anggur atau kecap premium yang semakin lama disimpan, semakin kuat kualitasnya.

Theriac biasanya disimpan dalam wadah tembikar tertutup rapat dan diletakkan di ruangan kering yang suhunya stabil. Dalam beberapa catatan Venesia abad ke-16, masa pematangan ideal theriac bisa mencapai 12 tahun sebelum dianggap benar-benar “siap pakai”.

4. Memiliki makna sosial dan politik yang kuat

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Unknown)

Dilansir laman De Gruyter Brill, selain fungsi medisnya, theriac juga memiliki makna sosial dan politik yang sangat kuat. Karena proses pembuatannya rumit dan harganya tinggi, hanya kalangan bangsawan dan orang kaya yang mampu memilikinya. Memiliki theriac dalam jumlah banyak dianggap sebagai tanda status sosial tinggi.

Di beberapa istana Eropa, botol theriac sering dipajang seperti barang mewah atau perhiasan mahal. Para penguasa bahkan menjadikannya sebagai hadiah diplomatik bernilai tinggi kepada raja atau bangsawan negara lain. Di dunia Islam, khalifah dan sultan juga dikenal menyimpan stok theriac dalam jumlah besar di istana mereka, terutama sebagai langkah proteksi terhadap kemungkinan percobaan peracunan.

5. Masih digunakan di beberapa tempat sampai abad ke-19

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Wellcome Collection gallery)

Dilansir laman History on the Net, meskipun ilmu kedokteran modern mulai berkembang pesat pada abad ke-18, theriac tetap bertahan cukup lama. Ramuan ini masih tercantum dalam farmakope resmi beberapa negara Eropa hingga abad ke-19. Salah satu yang paling terkenal adalah Theriaca Veneziana, versi Venesia yang dijadikan standar di Prancis dan Italia.

Banyak masyarakat pada masa itu masih percaya bahwa theriac memiliki khasiat luar biasa, terutama untuk memperkuat tubuh dan melawan wabah. Bahkan saat vaksin dan obat-obatan modern mulai diperkenalkan, sebagian orang tetap mengonsumsi theriac karena faktor kepercayaan dan tradisi keluarga yang sudah turun-temurun.

6. Memiliki peran besar dalam dunia islam

ilustrasi theriac
ilustrasi theriac (wikimedia.org/Wellcome Collection gallery)

Dilansir National Institute of Health, setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, dunia Islam memainkan peran penting dalam melestarikan dan mengembangkan ilmu pengobatan Yunani-Romawi, termasuk theriac. Banyak ilmuwan dan tabib Muslim seperti Avicenna (Ibn Sina), Al-Razi, dan Hunayn ibn Ishaq meneliti komposisi theriac dan menuliskan penjelasan ilmiah dalam karya medis mereka. Mereka tidak hanya menerjemahkan teks-teks kuno ke dalam bahasa Arab, tetapi juga melakukan modifikasi dan eksperimen untuk meningkatkan efektivitas ramuan tersebut.

Kota-kota seperti Baghdad, Kairo, dan Andalusia menjadi pusat produksi dan distribusi theriac di dunia Islam. Bahkan, resep-resep theriac dari dunia Islam kemudian memengaruhi versi Eropa yang muncul pada periode Renaisans.

Meskipun theriac pernah dianggap sebagai “obat ajaib”, penelitian modern menunjukkan bahwa banyak klaim khasiatnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Beberapa bahan dalam theriac memang memiliki efek farmakologis, seperti opium yang berfungsi sebagai analgesik atau rempah yang bersifat antimikroba. Namun, kombinasi puluhan bahan dalam dosis tidak terstandar membuat efektivitasnya sulit dipastikan. Selain itu, adanya zat adiktif seperti opium juga menimbulkan risiko ketergantungan. Saat ini, theriac dipandang lebih sebagai warisan budaya dan sejarah daripada sebagai obat yang benar-benar mujarab. Namun, keberadaannya memberikan wawasan penting tentang evolusi farmasi, interaksi antar peradaban, dan cara masyarakat kuno memahami kesehatan dan racun.

Referensi:

  • De Vos, J. C. (2013). Theriac: History's amazing wonder drug. History on the Net. https://www.historyonthenet.com/theriac-historys-amazing-wonder-drug

  • Dharmananda, S. Theriac: Ancient miracle or modern myth? The Quack Doctor. https://thequackdoctor.substack.com/p/theriac-ancient-miracle-or-modern
  • Ferrarelli, L. K., Shailendra, P., & Walker, M. P. (2011). Sleep and cognition. The Lancet, 379(9823), 2105–2116. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(12)60846-0
  • Scholten, J. C. M. (2023). 4. Theriac and the early modern book trade. In The circulation of books in the European book trade (Vol. 4, pp. 55-74). Brill. https://doi.org/10.4159/9780674300552-004
  • Shen, J., Barbera, J., & Shapiro, C. M. (2011). Lemongrass and sleep quality: A review. PubMed. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21560362/
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Jika Reinkarnasi Nyata, Jadi Dinosaurus Apa Kamu di Kehidupan Sebelumnya?

18 Okt 2025, 09:35 WIBScience