Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Terjadi Jika Kita Menahan Napas Terlalu Lama?

ilustrasi menahan napas (freepik.com/benzoix)
ilustrasi menahan napas (freepik.com/benzoix)
Intinya sih...
  • Reaksi tubuh saat menahan napas: Kadar oksigen menurun, refleks penyelam alami terjadi, dan otak mulai kekurangan pasokan oksigen.
  • Risiko jika menahan napas terlalu lama: Dampak serius seperti kejang, pingsan, shallow water blackout, hingga gangguan paru dan jantung.
  • Berapa lama manusia bisa menahan napas: Rata-rata 3-5 menit, tapi bisa lebih lama bagi yang rutin melatih pernapasan. Tubuh akan memaksa bernapas kembali sebelum mencapai titik berbahaya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menahan napas mungkin terdengar sepele, kita semua pernah melakukannya, entah saat menyelam, menahan bau tidak sedap, atau bahkan saat menahan emosi. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh saat kamu menahan napas terlalu lama? Jawabannya ternyata lebih kompleks dari sekadar “kehabisan napas.”

Menahan napas memang terlihat sederhana, tapi efeknya bagi tubuh luar biasa rumit. Mulai dari perubahan kadar oksigen dan karbon dioksida, refleks penyelam alami, sampai risiko kehilangan kesadaran, semua terjadi dalam hitungan detik. Yuk, kita kupas tuntas apa yang terjadi ketika kamu memaksa tubuhmu untuk menahan napas terlalu lama.

1. Reaksi tubuh saat menahan napas

Begitu seseorang menahan napas, kadar oksigen dalam darah mulai menurun, sementara kadar karbon dioksida meningkat karena tubuh tidak bisa membuangnya. Penumpukan karbon dioksida ini memicu pusat pernapasan di otak untuk menimbulkan dorongan kuat agar kita segera bernapas.  

Awalnya, detak jantung justru melambat karena refleks yang disebut mammalian dive reflex. Refleks ini membantu tubuh menghemat oksigen dengan mengutamakan suplai ke organ vital seperti otak dan jantung. Pembuluh darah juga menyempit untuk menjaga tekanan darah tetap stabil. Namun, jika kadar oksigen terus menurun, otak mulai kekurangan pasokan oksigen (hipoksia), yang menimbulkan gejala seperti pusing, pandangan berkunang, atau bahkan kebingungan.

2. Risiko jika menahan napas terlalu lama

Jika napas terus ditahan melebihi batas toleransi tubuh, dampaknya bisa serius. Kelebihan karbon dioksida yang menembus pembatas darah-otak dapat memicu kejang, pingsan, atau hilang kesadaran. Kehilangan kesadaran saat di air sangat berbahaya karena refleks tubuh akan langsung menarik napas, dan bisa menyebabkan tenggelam. Kondisi ini disebut shallow water blackout.  

Bahkan, di darat, pingsan akibat kekurangan oksigen bisa menyebabkan cedera karena jatuh. Dalam kasus ekstrem, menahan napas terlalu lama juga bisa menimbulkan gangguan paru seperti penumpukan cairan di paru atau perdarahan alveolar. Jika dibiarkan, paru-paru bisa kolaps sepenuhnya. Risiko pada jantung pun tak kalah serius, mulai dari detak jantung tidak teratur hingga henti jantung karena aliran darah berhenti total.

3. Berapa lama manusia bisa menahan napas

ilustrasi menutup hidung (freepik.com/freepik)
ilustrasi menahan napas (freepik.com/freepik)

Rata-rata orang sehat bisa menahan napas selama 3 hingga 5 menit. Namun, ini bisa berbeda tergantung latihan dan kondisi tubuh. Beberapa orang yang rutin melatih pernapasan, seperti penyelam profesional atau atlet, dapat memanfaatkan oksigen lebih efisien dan menahan napas lebih lama daripada orang pada umumnya.

4. Apakah seseorang bisa mati karena menahan napas

Secara alami, tubuh manusia memiliki sistem pengaman agar hal itu tidak terjadi. Kamu tidak bisa mati hanya karena menahan napas, tubuh akan memaksa kamu untuk bernapas kembali sebelum kadar oksigen mencapai titik berbahaya.  

Otak memiliki berbagai sensor dan refleks yang terus bekerja:

  • Motor cortex mendeteksi ketika kamu berhenti bernapas dan mengirim sinyal ke batang otak untuk menggerakkan otot pernapasan.
  • Pre-Botzinger complex di batang otak berfungsi sebagai pemicu ritme napas yang terus berusaha membuatmu bernapas lagi.
  • Kemoreseptor memantau kadar oksigen dan karbon dioksida, lalu mengirim sinyal darurat jika keduanya tidak seimbang.
  • Reseptor peregangan paru juga ikut berperan. Saat paru tidak lagi mengembang, sinyal otomatis dikirim agar kamu segera menarik napas.

Dengan kata lain, sistem ini bekerja saling menutupi satu sama lain. Jika satu gagal, sistem lain akan mengambil alih. Jadi, jika seseorang menahan napas terlalu lama, orang tersebut akan pingsan dan tubuhnya secara otomatis akan bernapas kembali.

5. Adakah manfaat dari menahan napas

Meski berisiko bila dilakukan berlebihan, menahan napas sesaat bisa membantu regenerasi jaringan otak yang rusak. Dalam dunia breathwork atau latihan pernapasan, menahan napas beberapa detik sering digunakan untuk menurunkan peradangan, meningkatkan fokus, dan memperkuat sistem kardiovaskular. Namun, kuncinya adalah dilakukan dengan cara yang benar, dalam waktu singkat, dan di bawah kondisi aman.

Jadi, saat menahan napas terlalu lama, tubuhmu akan langsung masuk ke mode darurat. Oksigen menipis, otak mulai protes, jantung beradaptasi, dan sistem saraf bekerja keras supaya kamu tetap sadar. Menariknya, semua itu dilakukan hanya demi satu hal sederhana: memastikan kamu kembali bernapas.

Referensi

Healthline. Diakses pada Oktober 2025. Holding Your Breath: What Happens and How Long Can You Safely Hold It
LiveScience.
Diakses pada Oktober 2025. Why Can’t You Suffocate by Holding Your Breath?
Vinmec.
Diakses pada Oktober 2025. How Long Can Humans Hold Their Breath?
WebMD.
Diakses pada Oktober 2025. Is It Safe to Hold Your Breath?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

Mengapa di Gunung Dingin Padahal Dekat Matahari? Simak Penjelasannya!

31 Okt 2025, 12:01 WIBScience