Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Noor Daoud, Pembalap Perempuan dari Palestina

aksi dukungan terhadap Palestina di Jakarta (pexels.com/TIMO)
Intinya sih...
  • 60 ribu anak di Gaza berisiko malnutrisi akibat blokade Israel
  • Noor Daoud, pembalap drift perempuan Palestina, berjuang melawan stereotip
  • Meski banyak rintangan, Noor Daoud sukses menjadi drifter profesional

Di tengah penjajahan Israel di tanah Palestina yang terus berkecamuk, paling tidak 60 ribu anak-anak di Jalur Gaza berisiko mengalami komplikasi kesehatan serius karena kekurangan gizi. Dalam laporan Al Jazeera pada awal April 2025, realitas yang mengundang keprihatinan itu terjadi sebagai akibat dari pasokan makanan yang berkurang dalam blokade bantuan oleh Israel. Semenjak 2 Maret 2025, tidak ada bantuan yang datang ke daerah kantong dengan populasi 2,3 juta jiwa itu karena Israel terus menutup jalur penyeberangan perbatasan.

Dalam momen-momen sulit yang dihadapi masyarakat Palestina, skena motorsport drift memperoleh popularitas di Tepi Barat. Meski ada ancaman kekerasan dan pembatasan ruang gerak, mereka enggan berhenti untuk beradu kecepatan. Noor Daoud, pembalap drift perempuan dari Palestina, menjadi contoh konkret dedikasi mereka dalam menuangkan hobi motorsport.

1. Noor Daoud dilahirkan di Texas, Amerika Serikat, dan dibesarkan di Yerusalem, Palestina

Noor Daoud adalah drifter kelahiran 1991 di Texas, Amerika Serikat, sebelum mengenyam pendidikan di sebuah sekolah Prancis di Yerusalem, Palestina. Semenjak kecil, dirinya terbiasa bercengkerama dengan laki-laki untuk bermain sepak bola atau tenis. Selain itu, dia juga menyukai mobil dan mengoleksi banyak mainan mobil.

"Ketika saya masih kecil, saya menyukai mobil dan saya memiliki banyak koleksi (mainan) mobil untuk dimainkan," jelas Noor Daoud, dilansir Arabian Business.

Noor Daoud menguasai seni drift dengan sengaja melakukan oversteer untuk membuat roda belakang mobil tergelincir. Atas keahlian itu, ia berangkat ke Sharm el-Sheikh, Mesir, pada 2018 silam untuk mengikuti kompetisi regional. Noor menjadi satu-satunya perempuan yang bertanding dalam kompetisi itu dan sukses meraih penghargaan, meski harus keluar dari putaran kedua karena kerusakan mesin.

2. Kiprah Noor Daoud tidak selalu mulus karena menuai stereotipe dan kebencian dari banyak orang

Noor Daoud menjadi drifter tunggal perempuan di Timur Tengah dan satu dari empat anggota Speed Sisters sebagai tim balap perempuan pertama dan satu-satunya di tanah Arab. Bersama tim itu, dirinya bekerja keras melawan stereotipe dan mengukir prestasi dalam olahraga yang didominasi laki-laki dengan berbagai kesulitan dan rintangan. Bagi dia, drift adalah hidup dan hasratnya karena berada di dalam mobil dan mendengarkan suara mesin mobil adalah kebahagiaan terbesarnya.

Dari seluruh masalah yang berhasil diatasi, Noor Daoud paling keberatan dengan kebencian yang dilontarkan banyak orang. Kepadanya, orang-orang Palestina berkata bahwa drift adalah olahraga laki-laki. Oleh karena itu, ia terpaksa pindah ke Dubai, Uni Emirat Arab, karena menghadapi banyak rintangan di Palestina yang menghalanginya menjadi drifter profesional.

Noor Daoud enggan mendengarkan siapa pun dan terus berjuang demi mewujudkan impian menjadi drifter dengan prestasi mentereng. Setelah menuai kesuksesan, orang-orang mulai menghormati dan mengapresiasinya. Mereka terpukau dengan pencapaiannya yang rutin mengikuti kompetisi internasional.

"Banyak orang yang tidak ingin saya terjun ke olahraga ini (drift), saya mengalami banyak hal negatif, tetapi saya tidak pernah menyerah dan tidak akan pernah. Saya menghadapi banyak rintangan di Palestina yang menghalangi saya untuk menjadi seorang profesional dalam hal yang saya cintai, yang kemudian memaksa saya untuk pindah ke Dubai," tegas Noor Daoud, mengutip Red Bull Energy Drink.

3. Noor Daoud menempa ilmu dalam bayang-bayang senjata penjajah Israel

Sebagai perempuan Arab, Noor Daoud mendobrak banyak ekspektasi. Noor adalah pelatih pribadi, juga penikmat muaytai yang menggemari terjun payung dan superbike. Kendati demikian, menjadi pembalap selalu ada dalam pikirannya.

Karier drift Noor Daoud bermula pada sebuah uji coba kecepatan yang diselenggarakan pada 2009 lalu. 2 tahun kemudian, dirinya benar-benar mantap untuk menjadi pembalap drift. Keputusan itu adalah alasan yang mendasari keanggotaannya di Speed Sisters bersama Mona Ali, Marah Zahalka, dan Betty Saadeh untuk bertanding di balik kemudi mobil BMW, Volkswagen, dan Datsun.

Noor Daoud dan rekan-rekan berlatih untuk mempertajam keahlian di tempat parkir supermarket dan lahan yang berada dalam jangkauan tembak tentara Israel. Kehidupan mereka jauh dari suasana kemewahan yang lazim dijumpai di Monako dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Keberanian drifter yang tumbuh di Tepi Barat itu tidak terlepas dari dukungan sang ibu yang selalu mendampingi.

"Saya selalu mengetahui bahwa saya menyukai mobil. Saya memiliki ibu yang sangat mendukung. Saya biasa membawa mobil ibu saya dan pergi drift (di tempat parkir supermarket dan tanah dalam jangkauan senjata Israel)," ungkap Noor Daoud dalam pemberitaan Egypt Today.

Berasal dari daerah yang dilanda penjajahan, Noor Daoud sukes mematahkan ekspektasi yang menjatuhkan. Dia meyakini bahwa motorsport adalah olahraga yang besar dan bukan hanya tentang drift, tetapi tetap mampu digapai jika mempunyai keinginan kuat. Dengan demikian, perjalanan sang drifter Palestina yang sarat tantangan patut menjadi inspirasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Written by IRIZU
EditorWritten by IRIZU
Follow Us