Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gaza Jadi Kuburan Massal bagi Warga Palestina

ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • MSF mengecam operasi militer Israel di Gaza.
  • Fasilitas medis diserang, pasokan terbatas, 51 ribu warga Palestina tewas.
  • Hamas menolak tawaran gencatan senjata baru dari Israel.

Jakarta, IDN Times - Dokter Tanpa Batas (MSF), pada Rabu (16/4/2025), mengecam keras operasi militer Israel yang terus berlangsung di Jalur Gaza. Wilayah Palestina ini disebut telah menjadi kuburan massal bagi penduduknya dan mereka yang datang untuk membantu mereka.

Bulan lalu, sedikitnya 15 petugas medis dan penyelamat tewas saat ambulans mereka ditembaki oleh pasukan Israel di kota Rafah, Gaza selatan. Serangan tersebut menuai kecaman internasional.

“Pembunuhan mengerikan terhadap pekerja bantuan ini adalah contoh lain dari pengabaian yang ditunjukkan oleh pasukan Israel terhadap perlindungan pekerja kemanusiaan dan medis,” kata Claire Magone, Direktur Jenderal MSF Prancis.

1. Fasilitas medis kerap jadi sasaran serangan pasukan Israel

Fasilitas medis juga tidak luput dari serangan dan perintah evakuasi oleh pasukan Israel. Tim MSF terpaksa meninggalkan sebagian fasilitas mereka, sementara tempat lainnya tetap beroperasi dengan kondisi para staf dan pasien terjebak di dalamnya. Mereka bahkan pernah tidak keluar selama berjam-jam akibat situasi yang tidak aman.

“Tanpa tempat yang aman bagi warga Palestina atau mereka yang mencoba membantu mereka, respons kemanusiaan mengalami kesulitan di tengah ketidakamanan dan kekurangan pasokan yang kritis, sehingga masyarakat hanya memiliki sedikit, jika ada, pilihan untuk mengakses layanan kesehatan," kata Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di Gaza. 

Pada 18 Maret 2025, militer Israel melanjutkan serangan mematikan di Jalur Gaza, mengingkari gencatan senjata yang telah berlangsung sejak Januari. Israel juga telah memblokir bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut sejak 2 Maret. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa pasokan medis, bahan bakar, air dan kebutuhan penting lainnya kini sangat terbatas.

Bazerolle mengatakan, keputusan Israel untuk memblokade bantuan ke Gaza adalah pilihan politik sekaligus serangan yang disengaja terhadap kemampuan suatu bangsa untuk bertahan hidup. Pihaknya mendesak pemerintah Israel untuk mengakhiri hukuman kolektif terhadap warga Palestina.

2. Menhan Israel sebut tidak ada bantuan yang akan masuk ke Gaza

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa tidak ada bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza. Langkah itu disebut sebagai salah satu alat utama untuk menekan kelompok Palestina Hamas.

"Dalam realitas saat ini, tidak ada seorang pun yang akan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan tidak ada persiapan yang sedang dilakukan untuk mengizinkan bantuan semacam itu," kata Katz pada Rabu, dilansir dari Al Jazeera.

Katz juga mengungkapkan bahwa militer Israel akan tetap berada di zona keamanan yang telah mereka dirikan di Gaza, Lebanon dan Suriah. Ia mengancam akan memperluas operasi militer di Gaza apabila Hamas tidak segera melepaskan sisa sandera yang ditahan di Gaza.

Militer Israel telah mengambil alih sebagian besar wilayah Gaza dalam beberapa pekan terakhir. Blokade dan serangan yang terus berlanjut semakin memperparah situasi kemanusiaan di wilayah tersebut. Sedikitnya 51 ribu warga Palestina telah tewas sejak perang Israel di Gaza dimulai pada Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

3. Israel dan Hamas belum mencapai kesepakatan soal gencatan senjata

Sementara itu, negosiasi mengenai kesepakatan gencatan senjata baru masih menemui jalan buntu. Hamas sebelumnya menolak tawaran gencatan senjata selama 6 minggu dari Israel, yang mengharuskan kelompok Palestina itu menyerahkan senjatanya.

"Proposal Israel yang disampaikan kepada gerakan tersebut melalui Mesir secara eksplisit menyerukan perlucutan senjata Hamas tanpa ada komitmen Israel untuk mengakhiri perang atau menarik diri dari Gaza. Oleh karena itu, Hamas menolak tawaran tersebut secara keseluruhan," kata pejabat senior Palestina kepada BBC

Pejabat Palestina itu menuduh Israel sengaja mengulur-ngulur waktu, dengan hanya berfokus pada pembebasan sandera sambil memperpanjang perang. Sebanyak 59 diperkirakan masih berada di Gaza, dengan 24 di antaranya diyakini masih hidup.

Pada Selasa (15/4/2025), juru bicara sayap militer Hamas mengumumkan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan anggotanya yang menahan sandera Israel-Amerika, Edan Alexander. Perkembangan terbaru ini terjadi setelah Israel mengebom lokasi mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us