Komitmen Membangun Sepak Bola Putri di Semarang

Jakarta, IDN Times - Bakti Olahraga Djarum Foundation serius membangun ekosistem sepak bola putri Indonesia secara berjenjang dan berkesinambungan. Mereka pun kembali menggelar turnamen yang pada edisi sebelumnya sukses dihelat.
Kali ini ajang bertajuk MilkLife Soccer Challenge 2025 berlangsung di Semarang. Di partai final Kategori Usia (KU) 12, SDN Kalibanteng Kidul 03 tampil sebagai juara. Sementara itu, di KU 10, SDN Klepu 03 sukses mempertahankan status kampiun.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin mengharapkan, dengan rutinnya gelaran kompetisi usia dini, dapat mendorong lahirnya bibit-bibit pesepakbola putri yang kelak berjuang bagi Indonesia di masa mendatang.
1. Turnamen sepak bola putri ini melibatkan 1.225 siswi

Turnamen Sepak bola putri ini melibatkan 1.225 siswi yang berasal dari 66 Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Dasar (SD) di wilayah Semarang dan sekitarnya unjuk kemampuan dan bakat mengolah si kulit bundar di lapangan hijau.
Ribuan peserta tersebut terdiri dalam 30 tim yang bersaing di Kategori Umur (KU) 10 dan 82 tim di KU 12. Tak hanya bersaing dalam kompetisi 7 vs 7, para peserta juga ditantang menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam berbagai uji ketangkasan atau Skill Challenge yang terdiri dari dribbling, passing & control, 1 on 1, shoot on target, serta penalty shoot.
“Kami menyadari, membangun ekosistem sepak bola putri tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan penuh kesabaran dan konsistensi. Untuk itu, kami terus menyelenggarakan MilkLife Soccer Challenge sebagai upaya membangun fondasi yang kokoh bagi olahraga ini sekaligus menunjukkan kepada masyarakat dan berbagai stakeholder terkait bahwa kami sangat serius melakukan pemassalan khususnya di level usia dini,” ujar Yoppy.
2. Kualitas peserta lebih variatif

Assistant Head Coach MilkLife Soccer Challenge Asep Sunarya menuturkan, penyelenggaraan ajang ini menjadi perpaduan antara tim-tim yang sudah berlaga sejak tahun lalu melawan tim debutan yang baru pertama kali ambil bagian kompetisi ini. Dengan demikian, kualitas peserta lebih bervariatif sehingga bakat-bakat baru pun bermunculan di tengah lapangan hijau.
“Saya melihat banyak peningkatan kualitas yang ditunjukkan sekolah-sekolah yang sudah beberapa kali ikut serta di MilkLife Soccer Challenge, khususnya dari segi koordinasi dan pola bermain secara tim dan tidak lagi bergerombol,” kata Coach Asep.
“Beberapa tim baru juga memiliki bakat-bakat yang menonjol dan berpotensi berkembang dengan cepat. Saya yakin dalam satu atau dua tahun ke depan Semarang akan memiliki tim All-Stars yang patut diperhitungkan kota-kota lainnya,” lanjutnya.
3. Mencari sarana pendukung bagi peserta

Guru Olahraga sekaligus Pelatih SDN Klepu 03, Altariq Bagus Istianto, mengatakan jika kilauan prestasi anak didiknya tak lepas dari usaha dan kerja keras demi memantik bakat dan kemampuan mengolah si kulit bundar. Dimulai dari menyiapkan sarana yang mendukung hingga menyusun jadwal latihan serta mencari lawan tanding yang mumpuni demi menambah jam terbang.
“Bersama orangtua, kami mencari sarana yang mendukung bagi para peserta agar latihan mereka bisa berjalan baik. Lalu, kami juga rutin menggelar latihan persahabatan, salah satunya dengan tim All Stars Kudus sebanyak tiga kali. Tim juga diikutkan ke Pekan Olahraga Pelajar Daerah di Semarang,” kata Altariq.
“Mereka melawan tim putra, yang memiliki dampak positif untuk mempercepat peningkatan kemampuan para siswi. Semua ini demi menambah jam terbang karena kami punya mimpi besar, semoga lahir atlet profesional sepak bola putri yang memperkuat tim nasional Indonesia yang berasal dari SDN Klepu 03,” lanjutnya.