Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Memecahkan Puzzle Erigo dan Erspo di Jersey Timnas Indonesia

Muhammad Sadad (Erspo) dan Erick Thohir (Ketum PSSI) dalam pengumuman apparel timnas Indonesia (instagram.com/sadadd)
Intinya sih...
  • Erspo, apparel Timnas Indonesia, jadi sorotan publik setelah desainer mereka berselisih dengan pengamat soal desain jersey.
  • Erigo dan Erspo ternyata dua entitas bisnis yang berbeda, dimiliki oleh Muhammad Sadad, dengan Erspo dimulai pada November 2023.
  • Prosedur penunjukkan Erigo ke Erspo sebenarnya tidak masalah secara hukum jika dalam kontrak diberikan kuasa kepada pihak lain.

Jakarta, IDN Times - Menjadi apparel Timnas Indonesia berarti memikul beban berat. Sama dengan ketika pemain masuk skuad Garuda, apparel yang juga mengurusi skuad Garuda tentu akan jadi sorotan. Itulah yang sekarang dialami Erspo.

Sejak resmi menjadi apparel Timnas, Erspo mulai jadi buah bibir. Belakangan, mereka makin jadi bahan pembicaraan lantaran desainer mereka, Ernanda Putra sempat berselisih dengan pengamat Justinus Lhaksana soal desain jersey.

Ernanda membalas kritikan coach Justin, sapaan akrab Justinus, soal desain jersey Timnas lewat serangan pribadi di akun X. Kritikan Justin, dia lemparkan di akun YouTube Registaco.

"Justin yang gue tahu cuma Justin Hubner, Timberlake, dan Bieber. Siapalah dia tiba-tiba jadi ngomongin desain. Udahlah om lo urus saja hidupmu sendiri," tulis Ernanda.

Balasan inilah yang membuat situasi memanas. Warganet dibuat geram oleh Ernanda karena sebelumnya sudah kesal desain Erspo tak sesuai harapan. Mereka menganggap Ernanda antikritik dan tak mau menerima masukan.

Polemik ini berbuntut panjang. Bak efek domino, banyak yang mempertanyakan mengapa Erspo bisa muncul sebagai apparel Timnas. Padahal, PSSI sebelumnya sempat menyatakan jika Erigo merupakan pemenang tender dalam pengadaan jersey Timnas.

Kerja sama antara PSSI dengan Erigo juga sudah diumumkan sejak 24 Oktober 2023 silam. Kemitraan mereka dipertegas lewat rilis PSSI di situsnya pada 22 Januari 2024 dengan mengusung tema PSSI x Erigo "Moving Forward Into The Golden Era".

Tapi, tiba-tiba Erigo hilang. Malahan, Erspo yang muncul dan logonya mejeng di situs resmi PSSI sebagai "Official Partner". Lantas, bagaimana ini bisa terjadi?

Erigo berubah ke Erspo, ternyata gak masalah

Jersey baru Timnas Indonesia dari Erspo. (Dok. Istimewa)

Temuan IDN Times melalui penelusuran lewat Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, Erigo dan Erspo adalah dua entitas bisnis yang berbeda. Publik ternyata salah mengira, Erspo bukan merupakan akronim dari Erigo Sport, melainkan Ergonomy Sporty Outfit. Hal itu dipertegas oleh pemiliknya, Muhammad Sadad, di akun instagram miliknya.

Erspo sebenarnya juga dimiliki Sadad. Dari data yang didapat, Sadad mendaftarkan Erspo secara pribadi pada 14 November 2023. Kemudian, perlindungannya dimulai 29 Desember 2023 dan diumumkan 3 Januari 2024.

Lebih jauh, ketika ditelusuri, ternyata memang ada Erigo Sport yang didaftarkan Hak Kekayaan Intelektualnya oleh PT Idea Solusi Indonesia, perusahaan yang menjadi induk dari Erigo Apparel dengan nomor permohonan DID2023118357. Mereka mendaftarkan merek Erigo Sport pada 21 November 2023. Hingga kini, status pengajuan mereka masih "dalam proses" dan belum disetujui.

Atas temuan ini, jelas publik bingung. Spekulasi berkembang mengenai keberadaan Erspo dan Erigo. Bahkan, ada bola liar yang bergulir dan digaungkan warganet tentang Sadad serta jajarannya di direksi Erigo sudah pecah kongsi.

Namun, IDN Times menemukan fakta, Sadad masih menjadi bagian dari Erigo. Berdasarkan data terbaru dari dari Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) per 18 Oktober 2023, Sadad masih masuk jajaran Komisaris dari PT Idea Solusi Indonesia, induk Erigo.

Sadad berposisi sebagai Komisaris Utama. Dia membawahi Anton Susetyo Adi Wirjono dan Patria Adhi Pradana selaku Komisaris. Sadad ditopang oleh Sandy Permadi yang menjadi Direktur Utama, serta Muhammad Haris dan Hari Budiatsanoor yang menjadi Direktur. Sadad juga menjadi pemilik saham mayoritas di PT tersebut, yakni 18 ribu (setara Rp1,8 miliar).

Sadad dan Haris memang sudah sejak awal ada di PT ini. Berdasarkan data yang sama, Sadad dan Haris menginisiasi berdirinya PT Idea Solusi Indonesia pada November 2015. Fakta ini membuktikan, Sadad tak pecah kongsi dengan Erigo.

Hanya saja, pada akhirnya terkait jersey Timnas, Erigo memutuskan tak mengambil peran. Justru, Erspo yang maju. Sejatinya, Sadad yang berperan karena memiliki dua lini usaha tersebut.

Namun, untuk Erspo, Sadad memiliki partner lain. Salah satunya adalah Ranggaz Laksmana, pria yang dijuluki Pangeran Jaksel. Kehadiran Ranggaz juga memancing spekulasi publik, jika tender dimenangkan oleh orang dekat Erick Thohir. Apalagi, Ranggaz memang mengaku kenal dengan Erick dan berbisnis dengan anaknya, Mahendra Agakhan Thohir.

Itu terbukti dari profil di akun Instagram Ranggaz yang menyematkan Creative Intel sebagai partner. Lini bisnis ini memang masuk dalam Mahaka X, di mana Aga jadi Presiden Komisaris di sana. Ranggaz juga tercatat sebagai Komisaris Erspo, dan tertuang dalam akun LinkedIn miliknya. Makanya, spekulasi tersebut berkembang liar hingga digoreng berbagai kalangan.

Erspo juga melakukan sub-kontrak kepada salah satu pabrik jersey di Wonogiri, Regarsport. Direktur Utama Regarsport, Jumariyanto, mengaku jika pihaknya dihubungi langsung oleh Sadad untuk memproduksi jersey Timnas. Sadad juga sudah berdiskusi secara langsung oleh Om Jum (sapaannya) terkait sistem produksi. Hingga akhirnya, kerja sama tercipta dan Regarsport memproduksi jersey Timnas versi suporter.

"Jadi, sebenarnya Erigo itu memang menunjuk Erspo. Ya itu masalah brand saja, orang Erigo dia pemiliknya, Erspo dia pemiliknya juga (merujuk kepada Muhammad Sadad), suka-suka dia lah. begitu," ujar sumber IDN Times.

Prosedur penunjukkan Erigo ke Erspo sebenarnya gak masalah. Secara payung hukum, hal tersebut harus ditarik lagi ke klausul di dalam kontrak. Jika memang perusahaan pemenang tender memberi kuasa kepada pihak lain, maka artinya itu sah. Apalagi, andai lembaga atau perusahaan yang menggelar tender menyetujuinya.

Dalam kasus Erspo, Sadad mengalihkan hak produksi jersey Timnas dari Erigo. Di sini, ibaratnya, sebagai pemilik Erigo dan Erspo, Sadad bak bersalaman dengan diri sendiri.

"Ketika terjadi tender, ada spesifikasi yang dibutuhkan seperti barang, harga, itu pertama. Setelah itu, baru masukkan penawaran. Nah, ketika mereka memenangkan tender pasti ada kontrak yang diberikan. Dalam kontrak itu harus dilihat, diberikan hak atau tidak, dia untuk melakukannya?" ujar Ahli Hukum Ekonomi dan Bisnis, Teddy Anggoro, kepada IDN Times, Kamis (4/4/2024).

Teddy mengakui jika hal tersebut memang membingungkan publik. Hanya saja, semua memang kembali ke dalam kontrak. Ditambah, kepercayaan dari PSSI terhadap Erspo juga bisa menjadi kunci.

"Dalam praktik memang ada yang diperbolehkan. Misal begini, ada orang mau beli barang merek tertentu. Tapi, belum ada di Indonesia. Lalu, ada orang yang menawarkan dan bisa memberikannya dari luar negeri. Orangnya kan gak punya barang, tapi dia punya klausul dan bisa dilakukan. Jadi, memang harus dilihat kontraknya dulu," kata Teddy.

"Meski gak make sense, itu juga jadi tanggung jawab. Kan kontrak, tender loh, apalagi PSSI sudah ada unsur negaranya. Tapi, kalau itu ada dalam perjanjian, sah-sah saja. Sepertinya, PSSI juga percaya banget," lanjutnya.

Dari pernyataan sumber IDN Times pula, tampak PSSI tak bermasalah. Apalagi, Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, telah menyatakan hal ini bukan spekulasi yang harus dibesar-besarkan, karena prosedurnya sudah benar. 

"Jadi, polemik itu (jersey Erspo) ya tidak usah diperpanjang lah. Kan bukan baju Superman gitu ya. Pakai baju itu, tiba-tiba Timnas Indonesia jadi bagus gitu. Itu dinamika saja," ujar Arya.

Benar ada tender yang digelar

Brand Mills Sport (instagram.com/millssportid)

Tender yang digelar memang benar adanya. PSSI untuk pertama kalinya menggelar tender secara terbuka dan hal tersebut diakui oleh Mills, selaku pesaing Erspo.

Marketing Communications Mills, Abimanyu Bimantoro, bercerita ada beberapa tahapan yang harus dilalui pihaknya untuk ikut tender tersebut. Seperti biasa, mereka mendaftarkan diri, menyusun paket sponsor, hingga akhirnya presentasi.

"Kalau proses tender sesuai dengan tahapan yang dibagikan sama PSSI. Awalnya, kami daftar sesuai kategori sponsorship yang diinginkan. Kirim email ke alamat yang tertera di post," ujar Abimanyu kepada IDN Times.

"Lalu, setelah itu dikirim formulir untuk diisi. Di situ sudah termasuk penawaran yang mau kami kasih di paket sponsorshipnya. Setelah semua berkas lengkap, kami diagendakan untuk presentasi ke PSSI. Setelah presentasi, kami tunggu hasilnya," lanjutnya.

Abimanyu menyatakan tahapan yang dilalui Mills kala jadi apparel Timnas mulai 2020 itu agak berbeda. Tak ada tender terbuka yang dilaksanakan, meski prosesnya serupa.

"Pas 2020 lalu juga tahapannya kurang lebih sama. Tetap, ada presentasi yang kami lakukan dan juga paket sponsorship yang kita berikan," kata Abimanyu.

Dari sumber IDN Times, sebenarnya ada tiga brand yang bersaing ketat demi jadi apparel Timnas. Selain Erspo dan Mills, raksasa Amerika Serikat, Nike, masuk dalam bursa jersey Timnas.

Namun, pada akhirnya Erspo yang ditunjuk. Itu karena tawaran Erspo lebih menggiurkan. Sebab, Erspo juga menawarkan hal yang tak bisa diberikan Mills serta Nike, yakni pemberian cash sebesar Rp5 miliar ditambah royalti produk sebesar tujuh persen. Jika ditotal, nilai sponsor Erspo mencapai Rp16,5 miliar.

"Mills dan Nike itu ada cash tapi tanpa royalti. Sedangkan, Erspo itu menawarkan cash, dan tujuh persen dari royalty product. Kalau kau di PSSI, kau mau pilih mana dengan tawaran seperti itu," kata sumber tersebut.

"Komitmen ini merupakan bentuk dukungan Erspo dalam membangun ekosistem industri sepak bola Tanah Air yang semakin kuat dan kompetitif. Kami berharap kerja sama PSSI dan Erspo ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan Timnas," ujar Sadad dalam pernyataan resminya.

Dulu, malah harus door to door

Jersey timnas futsal Indonesia 2024 dari Specs (instagram.com/specs_indonesia)

Eks penggawa Timnas Futsal Indonesia yang juga pernah jadi bagian Specs, Vennard Hutabarat, bercerita di masa lalu tak ada tender untuk apparel Timnas. Dahulu, pihak brand yang langsung menemui federasi, artinya langsung ketuk pintu, masuk, dan presentasi.

"Jadi waktu saya masih di Specs, kami dari pihak brand langsung bertemu federasi. Dulu, kami langsung ketemu dengan Pak Jokdri (Joko Driyono) ya," ujar Vennard saat diwawancarai IDN Times.

Vennard bercerita, ketika Specs menemui PSSI, mereka langsung membawa contoh desain jersey yang nantinya akan dipakai Timnas. Saat itu, Specs sempat menawarkan desain peta Indonesia di bagian dada.

Hal ini dilakukan Specs untuk menunjukkan kualitas yang mereka miliki. Namun, pada akhirnya, mereka tetap kalah karena ada harga yang bermain di situ. Vennard bercerita, Specs kalah oleh Nike.

"Memang ketika itu apa yang ditawarkan itu sangat fantastis banget lah. Harga yang ditawarkan itu kalau menurut kami tuh tidak make sense lah ya. Sementara, kan dulu mereka masih sama Nike. Itulah yang bikin kami akhirnya kesulitan menembus," kata Vennard.

Hanya saja, untuk kasus Erspo, mengapa sampai jadi polemik, Vennard memprediksi jika proses pengenalan produk ke Timnas itu sendiri terlewat. Dia merujuk pada komplain dari pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong, yang meminta jersey latihan dari Erspo diganti. Hal itu sejatinya tamparan sekaligus pelajaran bagi Erspo, sejatinya, kudu ada uji coba bagi jersey Timnas.

"Ketika ada brand ingin menawarkan produknya, jerseynya, apalagi ini untuk level Timnas, tentu sebelum akhirnya ada MoU (nota kesepahaman) itu, harus memberikan sampel. Sampel itu harus diberikan kepada PSSI," ujar Vennard.

Dalam uji coba itu, yang melibatkan sampel, komplain boleh diberikan terutama oleh PSSI. Lewat komplain inilah, brand tersebut memperbaiki diri agar saat dipakai untuk latihan dan ajang resmi, tak ada masalah lagi soal jersey.

"Pada saat baju sampel itu digunakan oleh para pemain dan ofisial tim, mereka mendapatkan komplain dari baju tersebut. Nah, mereka harus memperbaiki dulu itu baju sampai benar-benar dengan kualitas yang diharapkan," ujar Vennard.

"Nah kalau ini (Erspo) sepertinya belum terjadi, dan akhirnya ada MoU yang terlihat kayaknya juga terlalu terburu-buru. Keluar lah itu jersey dan akhirnya dapat komplain dan sekarang akhirnya ini yang terjadi, digoreng di media sosial," lanjutnya.

PSSI mau bantu Erspo

Jersey baru Timnas Indonesia gubahan Erspo. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Direktur Utama PT Garuda Sepakbola Indonesia (GSI), Marshal Masita, selaku perwakilan PSSI di bidang marketing Timnas Indonesia mengaku pihaknya sudah menasihati Erspo. Dia menyatakan PSSI dan GSI sudah memiliki catatan terhadap Erspo. Itu tidak cuma soal desain jersey Timnas. Sebagai mitra baru, mereka sadar Erspo masih butuh pendampingan.

"Nah, PSSI dan GSI Sebenarnya punya catatan banyak terhadap Erspo. Namanya juga mitra baru. Kami baru kawin, pasti ada penyesuaian, adaptasi, dan lain-lain. Itu normal lah di semua hubungan kerja sama akan terjadi," ujar Marshal.

Hingga akhirnya, Erspo menyetujui adanya desain baru dari Timnas. Sadad menyatakan jersey terbaru Timnas akan hadir pada Agustus 2024 mendatang. Keputusan ini diambil demi menjawab kritik dari masyarakat.

"Untuk desain berikutnya yang rencananya akan diluncurkan pertengahan tahun ini, Erspo siap menjalin kolaborasi dengan beberapa pemangku kepentingan sepak bola," kata Sadad.

"Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan berkolaborasi guna meningkatkan kualitas produk Erspo sebagai karya anak bangsa yang mampu memperkuat jati diri dan identitas Timnas serta bangsa Indonesia," lanjutnya.

Kemudian, menyoal isu desain baru jersey Timnas yang akan hadir di Agustus 2024, Marshal belum bisa memastikan. Yang dia tahu, proses penggodokan desain baru butuh waktu tiga sampai enam bulan.

"Setahu saya di dunia fashion industry itu butuh lead time tiga sampai enam bulan. Kenapa butuh lead time sepanjang itu? Karena prosesnya panjang mulai dari pembelian, kemudian celup bahan, jahit, QC, dan lain-lain," kata Marshal.

"Intinya, PSSI dan GSI sebagai partner justru mendukung karena Erspo ini adalah sponsor kami. Mereka membayar sejumlah kewajiban kepada kami sebagai pemegang rights apparel Timnas Indonesia," lanjutnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us