Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menakar Arah Timnas Indonesia di Bawah Arahan Kluivert

Potret Timnas Indonesia selepas melawan Jepang di SUGBK, Jumat (15/11/2024). (IDN Times/Bimo).
Intinya sih...
  • PSSI resmi memecat Shin Tae Yong dan mendatangkan Patrick Kluivert sebagai pengganti, yang menuai pro dan kontra di kalangan pecinta sepak bola Indonesia.
  • PSSI melakukan pergantian pelatih dengan pertimbangan matang, namun timingnya kurang pas karena hasil positif Timnas Indonesia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
  • Ada indikasi evaluasi besar-besaran setelah kekalahan dari China, serta persoalan non-teknis seperti komunikasi menjadi alasan pergantian pelatih.

Jakarta, IDN Times - Dinamika besar terjadi di tubuh Timnas Indonesia pada awal 2025. PSSI resmi memecat Shin Tae Yong, dan mendatangkan Patrick Kluivert sebagai pengganti.

Hal ini pun sempat menghadirkan turbulensi di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Banyak yang tidak setuju dengan pergantian ini, tetapi tak sedikit juga yang menyetujui adanya pergantian di kursi pelatih Timnas ini.

Terkait hal tersebut, IDN Times berbincang dengan pengamat sepak bola dan jurnalis senior, Kesit Budi Handoyo, soal pemecatan Shin dan penunjukkan Kluivert. Kami juga berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan Kluivert ke depannya kelak.

Bagaimana terkait pemecatan Shin Tae Yong?

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong di Piala AFF 2024. (Dok. PSSI)

Memang keputusannya begitu mengejutkan ya. Walaupun dalam beberapa hari terakhir sebenarnya nada-nada bahwa akan adanya pergantian pelatih di bangku Timnas Indonesia sudah santer, dan ternyata terbukti.

Kalau bicara timing, sepertinya kurang pas karena pada saat ini kan Timnas Indonesia memang sedang tidak melakukan aktivitas, dan akhir dari pertandingan yang dimainkan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 , itu kan hasilnya positif.

Setelah sukses mengalahkan Arab Saudi, asa untuk terus bersaing di kualifikasi ini kan semakin besar. Peluang untuk lolos pun cukup besar bagi Indonesia. Jadi, kalau kemudian ujug-ujug ada pergantian pelatih, ya memang wajar masyarakat terkejut.

Tapi, saya pikir apa yang diputuskan oleh PSSI sudah dengan pertimbangan yang sangat matang ya, dengan tentunya menghitung risiko-risiko yang bakal diterima ketika pergantian itu nanti terjadi.

Artinya begini, setiap pergantian pelatih itu kan ada konsekuensi yang bakal diterima. Pertama, tim itu akan lebih baik dari sebelumnya atau menjadi buruk dibanding sebelumnya.

Kalau harapan kita tentunya tim ini akan bisa menjadi lebih bagus lagi dengan hadirnya pelatih baru, pengganti Shin. Tetapi kalau tidak, kalau hasilnya ternyata anti-klimaks dan justru tim ini tambah buruk penampilannya, siap-siap saja PSSI mendapat kritikan keras dari masyarakat Indonesia.

Tetapi memang untuk evaluasi ini, selalu ya dilakukan PSSI setiap selepas ajang?

Rivaldo Pakpahan dan Shin Tae Yong, pemain dan pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2024. (Dok. PSSI)

Saya pikir setiap pertandingan setiap hasil yang diraih oleh Timnas, pasti kinerja tim pelatih selalu dievaluasi. Saya yakin evaluasi ini sebenarnya sudah dilakukan sejauh-jauh hari, artinya tidak sekonyong-konyong, tidak tiba-tiba.

Apalagi Indonesia baru saja gagal di Piala AFF 2024 yang sebenarnya tidak masuk dalam perhitungan atau target yang dibuat oleh PSSI, karena Timnas yang hadir di Piala AFF kan memang pemain-pemain muda, bukan pemain-pemain utama.

Nah kalau kemudian evaluasi yang dilakukan sebelum Piala AFF 2024, saya pikir ya wajar, kalau kemudian evaluasi yang mendalam itu pada akhirnya menghadirkan sebuah keputusan yang memang pasti tidak populer dengan mengganti Shin.

Saya juga melihat perjalanan Timnas khususnya memang sejak kalah dari China, itu sepertinya menjadi salah satu indikasi akan terjadinya evaluasi besar-besaran yang dilakukan oleh PSSI. Cuma, memang PSSI menunggu momen.

Hanya saja memang momen ketika Indonesia setelah kalah dari Jepang, kemudian menang atas Arab Saudi, itu kemudian masyarakat kan kembali euforia. Jadi, memang keputusan mengganti pelatih ini timingnya saja yang tidak pas.

Tapi, mungkin ada hal-hal non teknis yang kita tidak tahu, tidak terpublikasi ke masyarakat, menjadi pertimbangan PSSI. Kita kan tidak pernah tahu di tubuh Timnas ini apakah ada sesuatu yang krusial, tetapi tidak bisa disampaikan ke publik, sehingga masyarakat hanya bisa berspekulasi.

Saya curiga juga mungkin di dalam tubuh Timnas ada sedikit perpecahan, mungkin ya ada konflik, barangkali yang memang tidak sampai ke telinga masyarakat.

Pak Erick meninggung "dinamika", mungkin inilah yang jadi salah satu faktor akhirnya PSSI berani berjudi dengan memecat Shin?

Jumpa pers Ketua Umum PSSI, Erick Thohir di Menara Danareksa. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Bisa jadi seperti itu. Karena begini, persoalan-persoalan non-teknis itu kalau sampai muncul di tubuh Timnas itu akan sangat mempengaruhi performa dari pemain. Persoalan-persoalan non-teknis itu jauh lebih berbahaya.

Kalau teknis bisa dibenahi. Misalnya ada pemain yang memang penampilannya tidak oke, karena secara teknis tidak bagus, itu bisa ditambal pemain lain. Tapi kalau sudah persoalan non-teknis, personal, ini akan sangat sulit ya. Akan sangat sulit.

Boleh jadi ada persoalan-persoalan yang memang sampai saat ini belum bisa atau belum mampu dipecahkan oleh PSSI, sehingga akhirnya keputusan untuk mengganti pelatih terpaksa dilakukan. Mungkin seperti itu situasinya.

Pak Erick juga menyinggung ada masalah taktik dan komunikasi nih, bagaimana?

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam sesi jumpa pers di Jakarta. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Kalau saya menyoroti dari teknis memang penampilan Timnas kita memang turun-naik grafiknya ya, artinya tidak stabil. Dalam satu masa kita tampil jelek, bahkan membuat waswas. Tapi, di masa yang lain ternyata mampu memberikan sebuah penampilan menjanjikan.

Ini kalau dari sisi teknis yang saya lihat setelah Timnas ditangani oleh Shin Tae Yong, walaupun itu sebenarnya persoalan biasa saja. Persoalan non-teknis salah satunya misalnya selain ada konflik, mungkin ya persoalan komunikasi.

Komunikasi ini menjadi salah satu hal yang cukup serius juga sebenarnya, bagaimana kemudian Shin tidak pernah mau berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, kan begitu, sudah hampir lima tahun, tapi selalu menggunakan bahasa negaranya sendiri, yang akhirnya membutuhkan penerjemah.

Ini kan bisa terjadi distorsi, sebenarnya karena penyampaian yang dikeluarkan oleh pelatih bisa saja sampai ke pemain itu hanya 80 persen, atau mungkin hanya 60 persen, akhirnya terjadi gap. Bisa aja seperti itu.

Jadi memang akan lebih bagus kalau bahasanya itu sama, minimal menggunakan Bahasa Inggris lah, supaya pelatih bisa langsung menerapkan instruksinya kepada pemain dan pemain bisa langsung menerjemahkannya, dibandingkan dengan memakai penerjemah.

Apalagi sekarang banyak pemain keturunan yang pakai bahasa Inggris juga ya?

Pertandingan Timnas Indonesia vs Australia (instagram.com/timnasindonesia)

Ya, betul, kalau pemain-pemain naturalisasi, walaupun asal mereka dari Belanda, tetapi kan bahasa kedua Inggris. Mereka kan sangat fasih menggunakan bahasa Inggris.

Jadi akan lebih baik danlebih lancar kalau memang menggunakan bahasa Inggris. Walaupun dalam sepak bola bahasanya universal, tetapi ketika kemudian instruksi-instruksi yang diberikan itu harus melewati orang ketiga ini agak-agak sulit memang.

Nah terkait pelatih baru ini kan dari Belanda, gimana?

PSSI.org

Kalau dari Belanda saya setuju ya. Karena memang mayoritas pemain-pemain naturalisasi kita kan berasal dari sana, pasti chemistry-nya akan lebih cepat terjalin ya, kalau pelatih yang hadir itu dari Belanda.

Yang pasti, bahwa pengalaman itu menjadi nomor satu ya bagi sosok pelatih yang akan menangani Timnas. Lalu soal Patrick Kluivert, ya kita tahulah kapasitasnya sebagai mantan pemain Barcelona, Ajax Amsterdam, dan AC Milan sudah tidak perlu diragukan lagi.

Tapi, sebagai pelatih kapasitasnya tentunya masih perlu diuji, walaupun pernah menjadi asisten Louis van Gaal di Timnas Belanda ketika Piala Dunia 2014. Tapi, kan dia hanya sebagai asisten. Mudah-mudahan saja ilmunya dia menjadi asisten itu bisa diaplikasikan ke Timnas Indonesia.

Termasuk juga, ketika misalnya Patrick Kluivert pernah menangani Curacao, lalu ketika menangani Kamerun ya. Dia kan waktu itu menjadi asisten juga dari Clarence Seedorf ya.

Jadi, saya pikir dengan pengalaman-pengalaman itu, ya mudah-mudahan saja Patrick Kluivert bisa cepat beradaptasi, kemudian bisa memberikan sebuah metode pelatihan yang bagus, karena kebetulan pemainnya adalah pemain yang berasal dari Belanda, yang saya yakin di Belanda kan sistem pembinaannya sudah berjalan dengan baik ya.

Tapi, bagaimanapun kan menangani Timnas Indonesia kan bukan pekerjaan mudah juga, ada tantangan berat?

Potret Timnas Indonesia melawan Jepang di SUGBK, Jumat (15/11/2024). (IDN Times/Bimo Haryoyudhanto).

Betul, saya pikir tantangannya memang akan sangat berat, apalagi kemudian ditarget untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Syukur-syukur memang Indonesia bisa lolos langsung nih. Karena, saat ini kan posisi Indonesia bisa bersaing untuk bisa lolos langsung.

Juga, paling tidak kita masih bisa lolos babak keempat lalu lolos ke Piala Dunia. Jadi memang tidak mudah ya, tetap targetnya berat untuk bisa lolos ke Piala Dunia.

Apalagi fans kita juga sangat vokal ya saat bicara Timnas Indonesia?

Potret Jay Idzes menghampiri suporter Timnas Indonesia usai melawan Jepang di SUGBK, Jumat (15/11/2024). (IDN Times/Bimo).

Ya, saya pikir wajar ya masyarakat pasti semua berhak berbicara terkait dengan Timnas Indonesia, tapi yang paling penting menurut saya adalah objektivitas lah ya. Jadi ketika kita menyampaikan sesuatu bukan karena kita suka atau tidak.

Kalau kemudian kita bisalah mengkritik begitu, atau memberikan pujian, ya kalau memang Timnas bagus, ya bilang bagus. Tapi, kalau misalnya Timnas kita memang jelek, ya harus katakan jelek. Dinamis lah.

Dan lagi-lagi menangani Timnas Indonesia bukan perkara mudah, karena pada saat ini memang Indonesia sedang mencoba untuk bangkit dan masyarakat sepertinya tidak sabar gitu, untuk menunggu kebangkitan itu, dan melihat hasil dari persaingan yang dilakukan oleh Timnas Indonesia untuk maju ke pentas dunia.

Saran mungkin buat pelatih baru ini bagaimana?

(instagram.com/patrickkluivert9)

Saya pikir ya pelatih baru ini harus segera melakukan persiapan secepat mungkin, karena negara-negara lain yang nanti juga akan bertanding di Maret seperti Australia, China, Bahrain semua juga terus melakukan persiapan.

Bahkan, Bahrain juga sudah memperlihatkan tajinya lagi ya dengan menjuarai Piala Teluk, kemudian, China yang juga melakukan persiapan lebih dini untuk menghadapi pertandingan di Maret. Jadi, saya pikir waktu yang ada dua bulan ke depan ini harus betul-betul dioptimalkan.

Untuk melakukan pertandingan uji coba internasional rasanya sih memang tidak mungkin ya, tetapi saya pikir tetap harus ada pertandingan-pertandingan yang dimainkan oleh Timnas untuk menguji sampai sejauh mana kesiapan dari Timnas Indonesia setelah ditangani oleh pelatih yang baru.

Lalu, pelatih baru juga harus segera mengenal siapa pemain-pemain yang ada di skuadnya, dia harus segera mengetahui kelebihan-kelebihan yang ada pada skuadnya, sehingga dia bisa langsung memberikan sebuah gambaran strategi apa atau metode pelatihan apa yang nantinya akan dia terapkan untuk menyiapkan tim ini.

Saya pikir sekarang fokusnya adalah bagaimana mempersiapkan diri sebaik mungkin, siapa pun pelatihnya dan masalah Shin saya pikir juga tidak perlu kemudian diangkat-angkat lagi. Timnas Indonesia harus menatap ke depan dengan mempersiapkan diri lebih baik lagi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
Sandy Firdaus
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us