Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Sekring dan MCB, Efektif Mana untuk Keamanan Listrik? 

ilustrasi MCB (feeo-solar.com)
ilustrasi MCB (feeo-solar.com)
Intinya sih...
  • Sekring bekerja berdasarkan peleburan termal saat arus melebihi batas, tidak memerlukan mekanisme tambahan, dan harus diganti setiap terjadi gangguan listrik.
  • MCB menggabungkan mekanisme termal dan magnetik, dapat diatur ulang atau reset, serta memiliki indikator visual untuk memudahkan identifikasi gangguan.
  • MCB memberikan respons cepat terhadap lonjakan arus dengan kecepatan 20 m/s, lebih efisien dalam penggunaan jangka panjang, dan memberikan perlindungan optimal terhadap peralatan listrik dari risiko kerusakan.

Keamanan listrik di rumah atau industri merupakan hal yang krusial untuk mencegah bahaya seperti korsleting atau kebakaran. Dua komponen yang sering digunakan sebagai pengaman listrik adalah sekring (fuse) dan Miniature Circuit Breaker (MCB). Meski memiliki fungsi serupa, keduanya memiliki prinsip kerja, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda.

Memahami perbedaannya bisa membantu kamu dalam memilih pengaman listrik yang lebih efektif. Artikel ini akan mengulas lima perbedaan sekring dan MCB serta menentukan mana yang lebih optimal untuk keamanan instalasi listrik. Yuk, simak sampai tuntas!

1. Cara kerja sekring lebih sederhana

ilustrasi sekring (dok. Blibli)
ilustrasi sekring (dok. Blibli)

Sekring beroperasi berdasarkan prinsip peleburan termal yang sederhana, yakni dengan melelehnya kawat logam ketika arus listrik yang mengalir melebihi batas tertentu. Ketika hal ini terjadi, kawat akan putus dan secara otomatis memutus aliran listrik untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Sistem ini tidak memerlukan mekanisme tambahan sehingga sering dianggap praktis untuk instalasi kecil.

Di sisi lain, MCB menggabungkan dua mekanisme perlindungan yaitu termal dan magnetik. Mekanisme termal menggunakan strip bimetal yang melengkung saat panas akibat beban berlebih, lalu memicu pelepasan sakelar internal. Sementara itu, mekanisme magnetik menggunakan koil magnet untuk mendeteksi arus hubungan singkat, lalu menarik pelatuk dan membuka kontak dengan cepat.

2. Sekring tidak bisa digunakan kembali setelah gangguan

ilustrasi sekring (dok. Shopee)
ilustrasi sekring (dok. Shopee)

Salah satu kelemahan utama dari sekring adalah sifatnya yang sekali pakai. Setelah terjadi arus lebih atau korsleting, kawat di dalam sekring akan meleleh dan putus secara permanen. Ini berarti pengguna harus mengganti sekring setiap kali terjadi gangguan listrik. Jadi cukup merepotkan karena memerlukan persediaan sekring cadangan dan proses penggantian fisik.

Sebaliknya, MCB dirancang sebagai sakelar otomatis yang dapat diatur ulang atau reset. Ketika MCB mendeteksi arus berlebih atau hubung singkat, ia akan membuka sakelar internalnya, ditandai dengan turunnya tuas kontrol ke posisi OFF. Setelah penyebab gangguan diatasi, pengguna hanya perlu menaikkan kembali tuas MCB ke posisi ON untuk mengembalikan aliran listrik ke sirkuit.

3. MCB bisa memberikan indikasi status yang jelas

ilustrasi MCB (eleczo.com)
ilustrasi MCB (eleczo.com)

Keunggulan MCB dibandingkan sekring adalah adanya indikator visual yang menunjukkan status sirkuit listrik. Saat terjadi gangguan, tuas MCB akan otomatis turun ke posisi OFF, sehingga memberi sinyal langsung bahwa ada masalah pada sirkuit. Indikator ini memudahkan pengguna untuk mengidentifikasi dan menanggulangi gangguan secara cepat.

MCB juga dapat dengan mudah diaktifkan kembali setelah gangguan teratasi, tanpa perlu membuka atau mengganti komponen. Berbeda dengan sekring yang harus diperiksa secara manual dan diganti jika rusak, MCB memberi kemudahan lebih dalam pemantauan dan penanganan. Ini menjadikannya lebih ideal untuk penggunaan di lingkungan rumah tangga modern.

4. MCB lebih cepat dalam memutus aliran listrik

ilustrasi MCB (feeo-solar.com)
ilustrasi MCB (feeo-solar.com)

Dalam hal respons terhadap lonjakan arus, MCB bekerja dengan sangat cepat dan presisi. Menilik Schneider Electric, MCB dapat bereaksi terhadap korsleting dengan kecepatan 20 m/s, sedangkan sekering membutuhkan waktu 2 m/s untuk beroperasi. Kecepatan respons yang superior ini membantu meminimalkan durasi arus gangguan yang mengalir, sehingga mengurangi potensi panas berlebih pada kabel dan komponen. Ini membuat MCB bisa memberikan perlindungan optimal terhadap peralatan listrik dari risiko kerusakan.

5. Biaya pemasangan sekring cenderung lebih murah

ilustrasi MCB (feeo-solar.com)
ilustrasi MCB (feeo-solar.com)

Sekring memang unggul dari sisi biaya awal, karena harganya lebih murah dan lebih mudah ditemukan di pasaran. Ini menjadikannya pilihan populer untuk instalasi sederhana yang tidak memerlukan perlindungan berkelanjutan. Namun, jika dihitung dalam jangka panjang, biaya penggantian sekring setiap kali terjadi gangguan bisa menumpuk.

MCB meskipun lebih mahal di awal, menawarkan keandalan dan efisiensi karena bisa digunakan berulang kali. Pengguna hanya perlu melakukan reset tanpa harus mengganti perangkat fisik. Oleh karena itu, meskipun sekring lebih ekonomis di awal, MCB lebih menguntungkan dalam penggunaan jangka panjang dan memberikan ketenangan lebih dalam hal keamanan.

Baik sekring maupun MCB memiliki fungsi dasar yang sama, yakni melindungi instalasi listrik dari bahaya arus berlebih. Namun, ada perbedaan sekring dan MCB, yakni MCB dinilai lebih dibandingkan sekring dari segi kepraktisan, keamanan, dan efisiensi jangka panjang. Oleh karena itu, untuk sistem listrik rumah tangga modern, MCB menjadi pilihan yang lebih efektif dan bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us