Mengenal Apa Itu Lie Detector, Bagaimana Cara Kerjanya?

Dipakai untuk wawancara kasus kriminal dan acara televisi

Pernah mendengar alat bernama lie detector? Baru-baru ini lie detector kembali digunakan untuk menginvestigasi kasus pembunuhan di Indonesia. Sesuai namanya, alat ini katanya bisa mendeteksi kebohongan seseorang. 

Bukan ilmu dukun, cara kerja lie detector konon bisa mendeteksi respons tubuh ketika berusaha berbohong. Lalu, apakah alat ini efektif?

Apa itu lie detector?

Lie detector merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi potensi kebohongan oleh seseorang. Pendeteksi kebohongan ini juga disebut 'poligraf'. Poligraf pada dasarnya merupakan gabungan dari alat kesehatan yang digunakan untuk memantau perubahan fisiologis individu saat merespons pertanyaan terstruktur.

Poligraf melihat bagaimana detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan aktivitas elektrodermal (keringat, dalam hal ini jari-jari) individu, yang mengalami perubahan dari tingkat normal. Adanya perbedaan dan fluktuasi ini bisa mengindikasikan seseorang menipu.

Meski demikian, hasil dari pengujian bersifat terbuka untuk ditafsirkan oleh pemeriksa. Biasanya, tes poligraf digunakan pada tiga kondisi, yakni investigasi spesifik peristiwa, ccontohnya, investigasi kejahatan, pemeriksaan karyawan, atau pemeriksaan pra-kerja. Namun, kamu juga bisa melihat alat ini digunakan pada acara hiburan, seperti talkshow.

Cara kerja lie detector

Mengenal Apa Itu Lie Detector, Bagaimana Cara Kerjanya?ilustrasi lie detector (freepik.com/Standret)

Poligraf merupakan sebuah alat dengan jarum-jarum kecil yang mencoret-coret garis pada selembar kertas gulir. Alat ini juga disebut sebagai poligraf analog. Bisa dibilang, poligraf jenis tersebut merupakan versi jadul yang ditemukan pertama kali.

Untuk mulai deteksi, kamu akan diminta duduk di kursi untuk pemeriksaan poligraf. Lalu, ada beberapa tabung dan kabel yang terhubung ke tubuh di lokasi tertentu, misalnya dada atau kepala. Kabel ini nantinya berfungsi memantau aktivitas fisiologis tubuhmu.

Tingkat pernapasan biasanya diukur dengan pneumograf, gulungan yang melilit dada seseorang. Bagian ini akan mengukur frekuensi dan intensitas pernapasan seseorang. Pengukuran denyut jantung dan tekanan darah menggunakan manset tekanan darah. Untuk mengukur keringat atau respons elektrodermal, akan dihubungkan alat bernama elektroda ke jari seseorang. Elektroda ini dapat berupa pelat logam sekali pakai atau kecil.

Seluruh kabel ini akan terhubung pada jarum dengan pena bergerak. Hasilnya, akan ditulis dalam selembar kertas gulung berbentuk coretan panjang bergerigi, mirip seismograf. Di samping itu, hasilnya ini disebut sebagai bagan poligraf. 

Seiring berjalannya waktu, jarum dan kertas poligraf ini gak lagi digunakan. Saat ini, seluruh hasil tes langsung dilaporkan dalam bentuk digital pada sebuah komputer yang terhubung.

Baca Juga: 8 Cara Menghidupkan Komputer yang Benar agar Device Tetap Awet

Tahap tes lie detector

Mengenal Apa Itu Lie Detector, Bagaimana Cara Kerjanya?ilustrasi menggunakan lie detector (freepik.com/Standret)

Proses tes detektor kebohongan bisa jadi mengintimidasi seseorang, bahkan jika gak menyembunyikan kebohongan sekalipun. Dilansir How Stuff Works, ada beberapa tahapan yang dilewati seseorang ketika menjalani tes kebohongan menggunakan lie detector

Tes akan dilakukan oleh ahli psikologi forensik berlisensi. Nantinya, ahli psikologi forensik ini akan berhadapan dengan individu yang diwawancara. Selama pelaksanaan tes, hanya dua orang inilah yang diizinkan memasuki ruangan. Selanjutnya, tahapan lie detector dilakukan yakni:

  • Pretest

Pada tahap ini pemeriksa dan terduga akan 'belajar' satu sama lain. Proses ini biasanya berlangsung selama satu jam. Dalam pelaksanaannya, pemeriksa mendengarkan pengakuan dari sisi terperiksa tentang peristiwa yang sedang diselidiki. Selain itu, pemeriksa juga membuat profil dari yang diwawancara, serta melihat bagaimana individu tersebut menjawabnya. 

  • Pertanyaan yang telah didesain

Tahap ini pemeriksa merancang pertanyaan yang spesifik dan mengarah pada masalah yang diselidiki. Selain itu, pemeriksa juga akan meninjau pertanyaan dengan subjek.

  • In test

Inilah tahap lie detector yang sebenarnya. Pemeriksa mengajukan 10 atau 11 pertanyaan, tapi tiga dari empat pertanyaan yang relevan dengan masalah atau kejahatan yang diselidiki.

Sementara itu, pertanyaan lainnya adalah pertanyaan kontrol alias jenis pertanyaan umum, seperti, apakah kamu pernah mencuri sesuatu selama hidup. Pertanyaan ini membantu pemeriksa memperoleh gambaran tentang reaksi yang ditunjukkan oleh pemeriksa ketika menipu.

  • Post test

Setelah in test, pemeriksa akan menganalisis data respons fisiologis dan menentukan apakah individu tersebut telah menipu. Jika ada fluktuasi signifikan yang muncul dalam hasil, ini mungkin menandakan bahwa subjek telah menipu. Terlebih jika yang diwawancara menunjukkan respons sama terhadap pertanyaan berulang.

Hasil tes lie detector

Ada kalanya, pemeriksa poligraf salah mengartikan reaksi seseorang terhadap pertanyaan tertentu. Sifat manusia dan pandangan subjektif dari ujian adalah dua alasan mengapa hasil ujian poligraf masih sering diperdebatkan.

Seseorang mungkin melakukan positif palsu (respon orang yang jujur ​​dianggap menipu) atau negatif palsu (respons dari orang yang menipu pasti akan jujur). Dr. Frank Horvath, profesor peradilan pidana Michigan State University dan anggota American Polygraph Association mengungkapkan, kesalahan positif palsu terjadi lebih sering daripada kesalahan negatif palsu. 

Hal tersebut berpotensi membuat sistem bias terhadap orang yang jujur. Kesalahan ini mungkin terjadi karena pemeriksa gak melakukan persiapan dan pemeriksaan peserta ujian dengan benar. Bisa juga karena pemeriksa salah membaca data setelah ujian.

Lantas, apakah hasil lie detector cukup kuat untuk dijadikan bukti pemeriksaan? Dalam kasus kejahatan, beberapa lembaga pengadilan menerimanya sesuai dengan validitas ujian poligraf yang dipertanyakan. Di Indonesia sendiri, alat ini masih digunakan untuk mengumpulkan bukti tindakan kriminal. 

Baca Juga: 5 Cara Cek Kebocoran Data Pribadi, dari SIM Card hingga Email

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya