Penjualan EV Nasional Melonjak pada Kuartal Pertama 2025!

- Kenaikan signifikan penjualan di awal tahunMenurut laporan PwC, penjualan kendaraan listrik di Indonesia selama kuartal pertama 2025 mencapai 27.616 unit, melonjak 43,4 persen dari tahun sebelumnya.
- Dorongan kuat dari insentif pemerintahPemerintah memberikan pembebasan 100 persen untuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap kendaraan listrik, membuat EV semakin terjangkau bagi konsumen.
- Investasi asing membuat masa depan pasar EV cerahMeski segmen EV tumbuh positif, laporan PwC menggarisbawahi tekanan yang masih dihadapi sektor otomotif secara umum. Namun demikian,
Mobil-mobil bertenaga listrik yang dulu hanya dipandang sebagai alternatif kini mulai mengambil peran lebih besar di pasar otomotif nasional. Perubahan ini bukan hanya didorong oleh tren global menuju kendaraan rendah emisi, tetapi juga oleh dukungan konkret dari pemerintah dan kesadaran konsumen terhadap efisiensi serta keberlanjutan.
Selama bertahun-tahun, dominasi mobil berbahan bakar fosil seolah tak tergoyahkan. Namun kini, data menunjukkan arah yang berbeda. Berdasarkan laporan terbaru dari PwC bertajuk “Electric Vehicle Sales Review Q1 – 2025”, pasar EV Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Kenaikan ini bukan hanya dari sisi jumlah unit, tapi juga dari pertumbuhan proporsi EV dalam keseluruhan pasar kendaraan penumpang di tanah air.
1. Kenaikan signifikan penjualan di awal tahun

Menurut laporan PwC yang dirilis pada Selasa lalu, total penjualan kendaraan listrik di Indonesia selama kuartal pertama 2025 mencapai 27.616 unit. Angka ini melonjak 43,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 19.260 unit. Kategori BEV (battery electric vehicle) mencatatkan lonjakan terbesar dengan pertumbuhan tahunan sebesar 152,5 persen. Di sisi lain, PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) juga menunjukkan performa positif dengan peningkatan 44,8 persen.
Pergerakan ini mencerminkan semakin kuatnya adopsi EV di kalangan masyarakat, baik untuk kendaraan pribadi maupun armada komersial. Pangsa pasar EV dari total penjualan kendaraan penumpang di Indonesia pun terus meningkat—dari 9 persen pada 2023 menjadi 15 persen di 2024, dan diproyeksikan menyentuh angka 29 persen pada tahun 2030.
2. Dorongan kuat dari insentif pemerintah

Pertumbuhan pesat ini tidak lepas dari peran aktif pemerintah Indonesia dalam membentuk iklim yang ramah bagi kendaraan listrik. Sepanjang tahun 2025, pemerintah memberikan pembebasan 100 persen untuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap kendaraan listrik, baik yang diproduksi lokal maupun yang diimpor. Ditambah lagi, pembebasan PPN diperpanjang, membuat EV semakin terjangkau bagi konsumen.
Selain insentif fiskal, pemerintah juga memanfaatkan keunggulan sumber daya alam—khususnya cadangan nikel terbesar di dunia—untuk memperkuat rantai pasok industri baterai EV. Target ambisius telah ditetapkan, termasuk menjadi produsen baterai kendaraan listrik terbesar ketiga dunia pada 2027, serta memproduksi 600.000 unit EV secara domestik dan mencapai 2 juta unit BEV di jalan pada 2030.
3. Investasi asing membuat masa depan pasar EV cerah

Meski segmen EV tumbuh positif, laporan PwC juga menggarisbawahi tekanan yang masih dihadapi sektor otomotif secara umum. Kenaikan tarif PPN dari 11 persen menjadi 12 persen pada Januari 2025 telah berdampak langsung pada kenaikan harga mobil konvensional, memengaruhi daya beli masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi.
Selama dua tahun terakhir, penjualan kendaraan ringan mengalami penurunan, sebagian besar akibat perubahan perilaku konsumen yang kini lebih selektif dan mencari opsi hemat energi atau lebih ekonomis. Namun demikian, EV tetap memiliki potensi cerah karena didorong oleh investasi asing, dukungan kebijakan, dan peningkatan infrastruktur seperti stasiun pengisian daya yang mulai merata di berbagai kota besar.