71 Juta Orang di Dunia Terancam Miskin Usai Invasi Rusia ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 71 juta orang di dunia terancam jatuh ke dalam jurang kemiskinan karena melonjaknya harga bahan pokok dan energi yang signifikan. Kenaikan sejumlah harga komoditas dan bahan bakar minyak dikarenakan invasi oleh Rusia ke Ukraina yang dilakukan 24 Februari 2022 lalu.
Pejabat United Nations Development Programme (UNDP), Achim Steiner, menyatakan melalui laporan yang diterbitkan Kamis (7/7/2022) lalu bahwa berdasarkan analisis yang dilakukan kepada 159 negara berkembang menunjukkan adanya lonjakan harga komoditas penting di sejumlah negara-negara seperti Afrika, Balkan, dan Asia.
1. Kemiskinan jadi tantangan baru bagi pemerintah

Laporan setebal 20 halaman itu fokus membahas krisis biaya hidup di negara-negara berkembang. Diperkirakan bahwa 51,6 juta lebih orang jatuh ke dalam jurang kemiskinan dalam tiga bulan pertama setelah perang. Mereka hidup dari uang sebesar 1,90 dolar AS untuk sehari atau kurang dari itu.
Fakta tersebut akhirnya mendorong jumlah total warga yang menjadi miskin secara global pada ambang ini menjadi 9 persen dari populasi dunia. Tambahan 20 juta orang lainnya yang masuk ke garis kemiskinan karena mereka hanya mengantongi uang 3,20 dolar AS per hari.
“Ini akan memiliki efek langsung pada tingkat kesejahteraan warga. Terlebih, mereka yang berada dalam garis kemiskinan dan hampir miskin yang biasanya paling terpukul. Dampak lainnya yakni anggaran energi dan makanan kepada mereka juga tentunya akan lebih tinggi sehingga menimbulkan tantangan baru bagi pemerintah,” kata Steiner seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (8/7/2022).
2. Banyak negara tak bisa bayar utang

Di antara negara-negara yang kemungkinan besar menghadapi dampak kemiskinan yang tinggi di antanranya Armenia dan Uzbekistan di Cekungan Kaspia; Burkina Faso, Ghana, Kenya, Rwanda, dan Sudan di Afrika, Haiti di Amerika Latin, dan Pakistan dan Sri Lanka di Asia Selatan, katanya.
"Kemerosotan ekonomi meningkatkan protes di banyak negara karena mereka berjuang untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang mereka. Lebih dari separuh negara termiskin di dunia berada dalam kesulitan utang atau berisiko tinggi," ujar Steiner.
3. Kenaikan angka kemiskinan terjadi dengan sangat cepat

Fakta mengejutkan lainnya yakni UNDP mencatat bahwa 125 juta orang jatuh
miskin imbas dari 18 bulan masa lockdown beberapa waktu lalu saat angka Covid-19 masih tinggi-tingginya di sejumlah negara. Angka tersebut memang masih lebih rendah dibandingkan dengan lebih dari 71 juta orang yang jatuh miskin dalam kurun waktu hanya tiga bulan setelah perang Rusia-Ukraina terjadi.
“Kenaikan angka kemiskinan sangat cepat,” kata George Molina, kepala ekonom UNDP dan penulis laporan tersebut.
4. Kemiskinan dan kelaparan berpotensi lahirkan kerusuhan

UNDP merekomendasikan bahwa upaya pinjaman tunai dari sejumlah negara kepada negara yang mengalami krisis adalah alat kebijakan yang paling efektif untuk mengatasi krisis ekonomi. Tentunya, pinjaman tersebut harus dilakukan dengan target yang jelas dan ada tenggat waktunya.
“Krisis biaya hidup ini menjerumuskan jutaan orang ke dalam kemiskinan dan bahkan tingkat kelaparan dengan kurun waktu yang sangat cepat. Dengan itu, ancaman kerusuhan sosial meningkat dari hari ke hari," kata Molina.