Ada Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan, Bos Waskita: Dicek Ulang

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), Mursyid mengatakan pihaknya akan memeriksa ulang laporan keuangan perusahaan.
Menurut Mursyid, Kementerian BUMN telah meminta pihaknya memeriksa laporan keuangan yang diduga ada manipulasi.
"Dicek ulang," kata Mursyid kepada awak media di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (20/6/2023).
1. Bursa Efek Indonesia tak meminta Waskita merombak laporan keuangan

Mursyid mengatakan, hingga saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) pun tak meminta Waskita merombak laporan keuangan yang telah dilaporkan. WSKT sendiri terakhir menyampaikan laporan keuangan kuartal I-2023 pada BEI.
"Enggak, gak ada," tutur Mursyid.
Dia mengatakan, saat ini manajemen baru Waskita fokkus memperbaiki kinerja perusahaan sesuai arahan pemerintah.
"Kalau manajemen sekarang yang penting lihatnya bekerja ke depannya dengan baik, dan mengikuti sesuai arahan dari kementerian," ucap Mursyid.
2. Waskita pastikan selalu transparan

Dalam kesempatan yang sama, Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita mengatakan pihaknya terus mengedepankan transparansi, sekaligus memperkuat tata kelola perusahaan agar lebih baik lagi (good corporate governance/GCG).
"Kita mengikuti proses dari Kementerian BUMN dan tentunya kami terus melakukan perbaikan ke depannya, transparansi dan penguatan GCG," ucap Ermy.
3. Wamen BUMN sebut ada kejanggalan dalam kinerja keuangan Waskita tahun 2017-2018

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ada kejanggalan dalam laporan keuangan Waskita. Misalnya, pada tahun 2017-2018, Waskita membukukan laba yang sangat tinggi, yakni Rp4,2 triliun sampai Rp4,6 triliun, tertinggi dalam sejarah.
"Laba Waskita dulu pada tahun 2017-2018 pernah mencapai angka Rp4,2 triliun-4,6 triliun. Kemudian dia menurun drastis," kata Kartika alias Tiko dalam acara Power Lunch CNBC Indonesia, Senin (19/6/2023) kemarin.
Namun, di saat yang sama, Waskita juga mencatatkan arus kas yang minus hingga Rp19 triliun.
"Pada waktu laba tinggi di 2017-2018 itu, cashflow-nya negatif Rp19 triliun. Jadi ini aneh bahwa terjadi ini, cashflow-nya memang ada tambahan investasi besar sekali. Nah ini memang kita melihat ada cashflow dari operation yang negatif, dan cashflow dari investment yang besar sekali. Jadi ini yang kita sedang kaji," ujar Tiko.
Arus kas yang negatif di tahun 2017-2018 itu terus bergulir hingga saat ini. Apalagi, saat pandemik COVID-19.
"Waktu kita masuk COVID-19, kelihatan sekali cashflow-nya sangat negatif. Ini kita belum masuk kesimpulan terakhir, karena kita akan investigasi. Tapi kami ingin mengetahui sebenarnya komponen apa yang membuat laba jadi negatif itu besar sekali dari tahun 2018, 2019, 2020, apa yang terjadi di situ," ucap Tiko.
Meski begitu, Tiko mengatakan ada kemungkinan perbedaan persepsi dari aspek akuntansi di BUMN karya tersebut. Oleh sebab itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan investigasi.
"Kadang-kadang di dalam konteks kebijakan akuntansi, ada celah-celah atau interpretasi yang berbeda. Jadi saya tidak menafikkan, mungkin saja ini ada perbedaan kebijakan, belum tentu ada fraud. Tapi ini kami akan kaji dengan detail bersama BPKP," ujar dia.