Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Akuisisi Netflix–WBD Picu Kekhawatiran Industri Film dan Regulator

ilustrasi Netflix
ilustrasi Netflix (about.netflix.com)

Jakarta, IDN Times – Netflix resmi mengumumkan rencana akuisisi besar terhadap aset studio dan layanan streaming milik Warner Bros. Discovery (WBD) dalam kesepakatan bernilai 72 miliar dolar AS atau sekitar Rp1,2 kuadriliun, belum termasuk utang. Jika disetujui regulator, langkah ini akan menyatukan salah satu studio film dan TV paling bersejarah—Warner Bros.—dengan platform streaming terbesar di dunia.

Kesepakatan tersebut kini menjadi sorotan karena berpotensi mengubah lanskap industri hiburan global, mulai dari masa depan bioskop, persaingan streaming, hingga tantangan antimonopoli dari regulator di Amerika Serikat (AS). Lantas, mengapa pada akhirnya akuisisi Netflix–WBD picu kekhawatiran industri film? Simak penjelasan di bawah ini untuk cari tahu jawabannya!

1. Dampak besar pada bioskop dan ekosistem film layar lebar

ilustrasi bioskop
ilustrasi bioskop (unsplash.com/Krists Luhaers)

Warner Bros selama puluhan tahun menjadi pilar industri film layar lebar dengan katalog ikonik mulai dari Harry Potter, DC Universe, hingga berbagai film klasik Hollywood. Masuknya Warner Bros ke bawah payung Netflix memunculkan kekhawatiran bahwa jendela penayangan di bioskop akan semakin pendek.

Sejumlah analis yang dikutip dari laporan berbagai media menilai bahwa akuisisi ini dapat menggeser keseimbangan antara rilis teatrikal dan streaming. Netflix selama ini dikenal mengutamakan platform mereka sendiri dan hanya merilis film secara terbatas di bioskop untuk keperluan penghargaan. Jika pola itu diterapkan ke Warner Bros, tekanan terhadap operator bioskop diperkirakan meningkat, apalagi jumlah studio besar yang memproduksi film layar lebar kini semakin berkurang.

Selain itu, hilangnya satu studio besar dari ekosistem Hollywood dapat mengurangi jumlah film yang diproduksi setiap tahun. Analis memperingatkan bahwa konsolidasi seperti ini bisa mempersempit pilihan kreator dan penonton, serta memperbesar dominasi Netflix sebagai konglomerat hiburan di pasar global.

2. Implikasi besar bagi industri streaming, persaingan makin ketat

ilustrasi Netflix
ilustrasi Netflix (unsplash.com/Mathieu Improvisato)

Dari sisi streaming, merger ini berpotensi menciptakan pemain dominan dengan kontrol terhadap hampir setengah pasar streaming premium di AS, seperti yang disampaikan Senator AS Elizabeth Warren. Dengan digabungnya katalog milik HBO, HBO Max, serta perpustakaan konten Warner Bros, Netflix memperoleh kekuatan konten yang jauh lebih besar dibanding pesaing.

Para analis memperkirakan Netflix dapat menaikkan harga langganan setelah katalog HBO dan Warner Bros resmi masuk platform mereka. Di sisi lain, konsolidasi ini bisa menekan streamer lain seperti Paramount+, Peacock, hingga layanan kabel tradisional karena konten berkualitas menjadi semakin tersentralisasi.

Konsolidasi ini juga berpotensi memperkuat daya tawar Netflix dalam negosiasi dengan kreator dan studio eksternal. Dengan berkurangnya jumlah pembeli IP, Netflix memiliki posisi lebih dominan untuk menentukan harga dan kondisi produksi. Sementara itu, pesaing seperti Paramount dan Comcast disebut masih berupaya menantang kesepakatan ini—baik melalui argumen politik maupun jalur hukum—karena akuisisi Warner Bros menjadi kunci agar mereka dapat bersaing dalam skala besar.

3. Tantangan regulasi: merger terbesar di streaming picu kekhawatiran antitrust

Ilustrasi regulasi
Ilustrasi regulasi (unsplash.com/Wesley Tingey)

Proses akuisisi ini diperkirakan memakan waktu hingga 18 bulan karena harus melalui pemeriksaan regulasi yang sangat ketat. Dikutip CNBC, pemerintahan AS disebut melihat proposal ini dengan “heavy skepticism” atau “skeptisisme berat,” terutama karena konsolidasi antara studio film layar lebar dan platform streaming besar dinilai dapat mengurangi persaingan.

Dalam postingannya di X, Senator AS Elizabeth Warren menyebut kesepakatan ini sebagai “mimpi buruk anti-monopoli”, memperingatkan bahwa merger dapat menyebabkan harga lebih tinggi, pilihan lebih sedikit bagi konsumen, serta berpotensi merugikan pekerja industri. Penolakan juga muncul dari sejumlah anggota Partai Republik yang meminta regulator meninjau dampak kompetitifnya.

Untuk meredakan kekhawatiran antitrust, analis menilai Netflix dapat mengandalkan argumen bahwa pasar hiburan digital bergerak cepat dan tetap kompetitif, dengan pemain besar seperti Apple, Amazon, dan YouTube yang sama-sama mengincar dominasi streaming. Beberapa analis bahkan memperkirakan Netflix siap melepas sebagian aset WBD jika diperlukan, mengingat perusahaan telah menyetujui biaya pembatalan senilai 5,8 miliar dolar AS.

Walau menjadi rencana konsolidasi terbesar di industri hiburan modern, akuisisi Netflix–WBD picu kekhawatiran industri film dan regulator. Dampaknya tidak hanya memengaruhi pasar streaming, tetapi juga masa depan bioskop, posisi kreator, hingga dinamika kompetisi antarperusahaan besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Business

See More

BI Catat Modal Asing Masuk Bersih Rp240 Miliar pada Pekan Ketiga

20 Des 2025, 09:55 WIBBusiness