Ancaman Siber Naik, Kolaborasi Lintas Sektor Kunci Ketahanan Digital

- Fenomena baru yang kini marak di dunia siber, yaitu scan-as-a-service, jaringan penipu yang menyediakan akses ke jutaan akun digital. Baru-baru ini terungkap device farm di Latvia yang melayani 15 ribu pelaku fraud dan mengakses 48 juta rekening digital.
- Dengan meningkatnya ancaman keamanan digital secara global, perlu kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketahanan digital nasional.
- Perlu juga membangun ekosistem terintegrasi yang mampu menjaga keamanan informasi dari sumber yang tepercaya.
Jakarta, IDN Times - VIDA, penyedia solusi identitas digital di Indonesia, menegaskan komitmennya untuk memperkuat kepercayaan digital (digital trust) nasional melalui pengembangan teknologi autentikasi berbasis kecerdasan buatan (AI). Langkah ini menjadi bagian dari upaya VIDA membangun ekosistem digital yang aman, terpercaya, dan mampu menghadapi berbagai ancaman siber yang semakin kompleks.
Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur menyampaikan ancaman digital di masa depan bukan hanya persoalan teknologi, tetapi juga menyangkut manipulasi terhadap manusia, seperti melalui praktik phishing atau account takeover.
“Teknologi deepfake kini telah mencapai titik di mana sulit membedakan mana yang asli dan mana yang palsu,” ujar Niki dalam keterangan tertulis, Sabtu (8/11/2025).
1. Marak penipuan melalui scan as a service

Niki juga mengungkap fenomena baru yang kini marak di dunia siber, yaitu scan-as-a-service, jaringan penipu yang menyediakan akses ke jutaan akun digital. Baru-baru ini terungkap device farm di Latvia yang melayani 15 ribu pelaku fraud dan mengakses 48 juta rekening digital.
Hal ini menunjukkan bahwa para penipu kini beroperasi layaknya perusahaan, lengkap dengan infrastruktur, data sharing, dan kolaborasi.
2. Terjadi peningkatan ancaman keamanan digital

Dengan meningkatnya ancaman keamanan digital secara global, Niki menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketahanan digital nasional serta membangun ekosistem terintegrasi yang mampu menjaga keamanan informasi dari sumber yang tepercaya.
“Kita di sisi industri juga harus berkolaborasi dengan skala yang sama kuatnya, antara perbankan, fintech, asosiasi, dan penyedia keamanan digital, untuk memperkuat ketahanan ekosistem digital nasional,” jelas Niki
3. Kerugian sektor perbankan akibat penipuan digital lebih dari Rp2,5 triliun

Menurut VIDA Fraud Intelligence Report 2025, kasus deepfake fraud di kawasan Asia Pasifik melonjak hingga 1.550 persen, sementara 97 persen bisnis di Indonesia tercatat menjadi target serangan social engineering.
Di sisi lain, sepanjang 2022–2024, kerugian sektor perbankan akibat penipuan digital diperkirakan menembus lebih dari Rp2,5 triliun, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya sistem autentikasi konvensional seperti SMS OTP dan kata sandi. Data tersebut menunjukkan bahwa mekanisme keamanan tradisional tidak lagi mampu menahan gelombang ancaman siber yang kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI).


















