Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aset Likuid: Pengertian, Jenis, dan Contohnya dalam Dunia Bisnis

Ilustrasi trading saham (pexels.com/d'vaughn-bell)

Istilah likuid banyak diperbincangkan dalam dunia bisnis, khususnya dalam hal keuangan. Secara garis besar, likuid dapat diartikan menjadi seberapa mudah sebuah aset bisa dicairkan. Aset likuid dapat diubah bentuknya menjadi uang tunai secara cepat dan tidak rumit.

Aset  likuid seringkali disamakan dengan aset tunai karena pencairannya yang sangat mudah. Untuk lebih memahami konsep aset yang dapat dicairkan ini, berikut IDN Times sajikan rangkuman lengkap seputar aset likuid. Simak di IDN Times!

1. Pengertian aset likuid

ilustrasi aset. (IDN Times/Aditya Pratama)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aset likuid adalah sebuah aset yang dapat diubah menjadi uang tunai tanpa mengurangi nilainya. Dengan kata lain, aset satu ini sangat mudah dicairkan tanpa harus melewati proses rumit. Contohnya, saat kamu memiliki aset tertentu yang proses pencairannya sangat mudah, berarti aset tersebut termasuk ke dalam aset likuid.

Uang tunai juga dianggap sebagai aset cair, bukan tanpa alasan, karena mudahnya akses terhadap akses ini dan tidak adanya penurunan nilai saat aset ini digunakan. Aset likuid umumnya dipandang setara dengan uang tunai karena nilai yang sama tinggi ketika dijual. Dalam artian pemilik aset tidak akan mengalami kerugian dari penjualan aset macam ini.

Hal ini sesuai dengan arti kata likuid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti cair atau dalam bentuk cair. Aset likuid berperan penting dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek, yang kurang dari 12 bulan. Selain itu, aset ini juga berguna saat kebutuhan darurat seperti sakit, kecelakaan, atau PHK, karena bisa dicairkan secara langsung dan dapat diandalkan dalam keadaan darurat.

2. Jenis-jenis aset likuid

Ilustrasi Harta Kekayaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Penting untuk mengetahui berapa aset yang dimiliki untuk menentukan berapa jumlah uang tunai yang bisa dimiliki. Selain itu, aset likuid dapat dicairkan jika terjebak dalam keadaan ekonomi yang sulit.

Beberapa contoh aset likuid adalah uang tunai, tabungan, aset pasar uang, efek ekuitas, lalu surat berharga seperti sertifikat utang yang dapat dijual, sertifikat bank Indonesia, reksa dana, EFT, piutang, inventaris, dan logam mulia atau emas.

3. Aset non-likuid

Ilustrasi Rumah. (IDN Times/Aditya Pratama)

Berbeda dengan aset likuid, aset non-likuid adalah aset yang sulit untuk dicairkan secara cepat. Contohnya adalah aset di bidang properti seperti rumah, apartemen, hingga kavling tanah.

Semua aset yang berkaitan dengan tanah dan bangunan tidak dikategorikan sebagai aset likuid karena mungkin membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk melakukan penjualan pada aset jenis ini. Sehingga tidak mungkin didapatkan nilai pasar yang setara saat penjualan, terutama jika dana yang diperlukan bersifat mendadak dan harus segera ada.

Berbeda dengan jenis sebelumnya, aset jenis ini apabila dicairkan menjadi uang tunai akan mengalami perubahan nilai yang sangat jauh dibanding harga beli dan nilai asli. 

Keberadaan aset yang bersifat cair pada keuangan individu seharusnya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Dalam artian, ideal untuk menciptakan keadaan kas yang sehat.

4. Investasi likuid

Ilustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Berbagai jenis investasi dapat dipilih untuk menjadikan uang yang ada semakin bertambah. Beberapa jenisnya merupakan investasi cair. Yang tergolong investasi jenis ini adalah saham, reksadana, reksadana pasar uang, dan obligasi.

Sertifikat deposito mungkin juga termasuk, namun masih melihat persyaratan yang ada, umumnya memberlakukan denda jika nasabah melakukan penarikan sebelum waktu jatuh tempo.

Hal yang sama berlaku pada investasi dana pensiun yang juga tergolong mendekati. Tergantung pada seberapa rumitnya proses pencairan dapat dilakukan, jika mudah dan tanpa penalti, maka investasi ini termasuk ke dalam golongan yang disebutkan tadi.

5. Likuiditas dalam bisnis

IDN Times/Aditya Pratama

Likuiditas aset bukan hanya untuk skala individu, namun juga untuk perusahaan atau organisasi apapun. Dalam dunia bisnis, aset yang mudah dicairkan di antaranya adalah piutang, karena akan dibayarkan dalam jangka waktu yang pendek kurang dari satu tahun.

Inventaris perusahaan seperti furniture dan produk yang dipasarkan juga termasuk ke dalam aset ini, karena bisa dicairkan setiap saat. Dalam neraca perusahaan, uang tunai termasuk aset yang mudah dicairkan dan berada dalam urutan pertama, disusul aset-aset lain yang dianggap serupa berdasarkan seberapa mudah dan cepat proses pencairannya.

Jika ingin mengetahui likuiditas perusahaan, cukup sederhana yaitu apabila hutang dan tanggungan telah terbayar, maka sisanya dianggap sebagai aset yang dapat diajarkan.

6. Pentingnya likuiditas

Ilustrasi Harta Kekayaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Likuiditas aset akan membantu ketika terjebak dalam kondisi terpuruk dengan keadaan ekonomi yang sulit. Dana cepat dibutuhkan untuk menutupi keadaan ini, sangat tidak mungkin menunggu properti terjual karena akan memakan waktu begitu panjang.

Yang benar-benar dibutuhkan adalah aset berupa uang tunai untuk memenuhi kebutuhan dasar pada keadaan terdesak ini. Dalam kondisi terdesak, total kekayaan menjadi tidak terlalu penting karena yang bisa membantu hanyalah uang tunai yang bisa digunakan segera.

Besarnya aset yang dapat dicairkan juga akan berpengaruh pada pemberian kredit properti. Pihak yang memberi pinjaman akan melakukan verifikasi aset yang dimiliki nasabah, untuk menentukan kemampuan nasabah ini dalam mengangsur pinjaman yang diberikan dalam keadaan buruk.

7. Membangun likuiditas aset sendiri

IDN Times/Aditya Pratama

Dengan begitu pentingnya aset yang bisa dicairkan, maka Anda harus segera membangun aset ini. Untuk permulaan, bisa diawali dengan menyiapkan dana darurat untuk menutup pengeluaran tidak terduga yang sewaktu-waktu bisa muncul.

Cara menciptakan aset ini dengan menyisihkan uang setiap minggu ataupun bulan dengan jumlah tertentu secara konsisten dan tentunya nanti akan bertambah banyak.

Itulah tadi pembahasan tentang topik Aset Likuid. Memiliki aset yang dapat dicairkan tentu saja menjadi kewajiban untuk mengantisipasi kejadian tidak terduga. Semoga informasi ini dapat menjadi gambaran bagaimana seharusnya keadaan kas yang ideal dan bermanfaat bagi kehidupan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jumawan Syahrudin
3+
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us