Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bahlil Bantah Ada Kerja Paksa di Industri Nikel Indonesia

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Intinya sih...
  • Menteri ESDM Bahlil Lahadalia membantah tuduhan kerja paksa di industri nikel Indonesia, menyatakan itu kampanye hitam.
  • Bahlil menilai banyak negara merasa lebih hebat dari Indonesia, padahal sebenarnya tidak lebih baik.
  • Wakil Menteri Urusan Perburuhan Internasional AS menyatakan tren mempekerjakan paksa dan jumlah pekerja anak meningkat di beberapa negara.

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membantah tudingan adanya kerja paksa di industri nikel Indonesia. Tuduhan mengenai kerja paksa ini berasal dari laporan Global State of Child and Forced Labour yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) pada 5 September 2024.

Menurutnya, tudingan itu adalah kampanye hitam (black campaign) yang hanya bertujuan untuk merusak reputasi Tanah Air.

"Enggak ada kerja paksa. Saya kan hampir setiap bulan, waktu saya jadi Menteri Investasi turun ke lokasi." ujar Bahlil dikutip, Jumat (11/10/2024).

1. Bahlil sebut banyak negara merasa lebih hebat dari Indonesia

Pabrik feronikel Antam. (dok. Antam)
Pabrik feronikel Antam. (dok. Antam)

Bahkan Bahlil menilai banyak negara merasa lebih hebat dari Indonesia, padahal sebenarnya tidak lebih hebat. "Di negara luar itu, yang merasa semua paling hebat itu. Mohon maaf, mereka bukan lebih baik daripada kita," imbuhnya.

"Yakinlah bahwa Indonesia ke depan akan menjadi negara yang baik, dengan pendapatan per kapita tinggi, GDP tinggi, dan kita mampu menjadi negara nomor 10 terbaik dalam GDP," tambah Bahlil.

2. Jumlah pekerja anak semakin meningkat di beberapa daerah

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat ditemui di kantor Kementerian ESDM pada Senin (19/8/2024). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Sebelumnya, Wakil Menteri Urusan Perburuhan Internasional, Departemen Perburuhan AS, Thea Lee, menyatakan bahwa tren mempekerjakan paksa dan jumlah pekerja anak semakin meningkat khususnya di negara Republik Demokratik Kongo, Zambia, Zimbabwe, dan Bolivia menambang mineral penting seperti kobalt, tembaga, litium, mangan, tantalum, timah, tungsten, dan seng.

"Mereka bekerja keras di pertambangan artisanal dan skala kecil yang tidak diatur dengan baik, melakukan tugas-tugas berbahaya seperti menggali terowongan, membawa beban berat, dan menangani zat-zat beracun," ucapnya dikutip dari laman resmi US Department of State, dikutip Rabu (9/10/2024).

3. Pelanggaran kerja yang dialami pekerja

Bijih nikel di tambang nikel PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. (dok. Antam)

Dia menjelaskan, kerja paksa mencemari rantai pasokan mineral penting lainnya, termasuk aluminium dan polisilikon dari Tiongkok, nikel dari Indonesia, kobalt, tantalum, dan timah. 

Pekerja menghadapi pelanggaran seperti lembur yang berlebihan dan tidak sukarela, pekerjaan yang tidak aman, upah yang tidak dibayar, denda, pemecatan, ancaman kekerasan, dan jeratan utang.

"Banyak dari bahan-bahan ini sangat penting dalam produksi teknologi hijau. Kobalt dan litium sangat penting untuk baterai kendaraan listrik," ucapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us