Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bank Dunia: Satu dari Tujuh Pemuda di China dan Indonesia Menganggur

Logo World Bank (www.worldbank.org)
Logo World Bank (www.worldbank.org)
Intinya sih...
  • Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih minim, terutama di Indonesia dan Malaysia
  • Banyak orang bekerja di sektor dengan produktivitas rendah atau di sektor informal, meningkatkan risiko kemiskinan
  • Tantangan besar untuk negara di kawasan Asia dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif dan berkelanjutan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Bank Dunia mengungkapkan tantangan signifikan yang dihadapi penduduk di Kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) dalam memperoleh pekerjaan, meskipun tingkat ketenagakerjaan di kawasan ini secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di dunia.

Laporan terbaru Bank Dunia yang berjudul World Bank East Asia and The Pacific Economic Update October 2025 menyoroti kesulitan yang dialami kalangan muda, terutama di negara-negara seperti China dan Indonesia, dalam memasuki dunia kerja. Kondisi ini menyebabkan angka pengangguran tinggi, terutama di China dan Indonesia.

"Secara statistik, sekitar satu dari setiap tujuh orang muda di kedua negara ini (China dan Indonesia) tidak memiliki pekerjaan. Ini menunjukkan adanya kesulitan yang signifikan bagi kaum muda untuk memasuki dunia kerja meskipun ada banyak peluang yang tersedia di pasar tenaga kerja," tegas Bank Dunia dalam laporannya.

Dengan demikian, masalah pengangguran yang melanda kaum muda mengindikasikan adanya ketidakseimbangan atau hambatan dalam transisi dari pendidikan ke dunia kerja. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang relevan, rendahnya kesempatan kerja yang sesuai, atau adanya ketimpangan dalam pasar tenaga kerja.

1. Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih minim

Penciptaan lapangan kerja dan ekonomi berkelanjutan adalah kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan (freepik.com/pch.vector)
Penciptaan lapangan kerja dan ekonomi berkelanjutan adalah kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan (freepik.com/pch.vector)

Tak hanya itu, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di kawasan ini sangat rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sering kali dipengaruhi oleh norma sosial, budaya, atau tanggung jawab rumah tangga yang lebih banyak diemban oleh perempuan, yang membuat mereka sulit untuk berpartisipasi aktif dalam dunia kerja.

"Partisipasi angkatan kerja rendah d Asia Pasifik dan di kalangan perempuan (dengan kesenjangan sekitar 15 poin persentase relatif terhadap laki-laki di Indonesia, Malaysia," ucap laporan tersebut.

2. Banyak orang bekerja di sektor dengan produktivitas rendah

ilustrasi pekerjaan informal (pexels.com/Anna Nekrashevich)
ilustrasi pekerjaan informal (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Menurut Bank Dunia, untuk di kawasan Asia Timur dan Pasifik, banyak orang yang bekerja di sektor-sektor yang memiliki produktivitias rendah atau di sektor informal.

Adapun pekerjaan di sektor informal ini, seperti pekerja ritel dan konstruksi, sering kali tidak memberikan kestabilan ekonomi bagi para pekerja, yang berisiko tinggi terkena kemiskinan akibat ketidakpastian penghasilan dan kurangnya perlindungan sosial.

Pekerjaan dengan produktivitas rendah berarti pekerjaan tersebut menghasilkan output atau nilai ekonomi yang rendah dibandingkan dengan pekerjaan lain yang lebih produktif. Misalnya, pekerjaan dengan keterampilan rendah atau yang tidak menggunakan teknologi canggih.

"Banyak individu di kawasan ini bekerja di pekerjaan dengan produktivitas rendah atau informal. Kelas masyarakat yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan kini lebih besar daripada kelas menengah di sebagian besar negara," ungkap laporan tersebut.

3. Masih ada tantangan besar untuk negara di kawasan Asia ciptakan lapangan kerja

Illustrasi new job (pexels.com/Ann H)
Illustrasi new job (pexels.com/Ann H)

Dengan demikian, Bank Dunia menilai ada tantangan besar yang dihadapi negara-negara di kawasan Asia dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif dan berkelanjutan.

Untuk itu, penting bagi pemerintah di kawasan ini untuk merancang kebijakan yang mendukung transformasi tenaga kerja ke sektor-sektor yang lebih produktif dan mengurangi ketergantungan pada sektor informal.

Selain itu, perlu adanya kebijakan yang mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan perusahaan muda dan startup agar mereka dapat berkembang lebih cepat dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Keberhasilan dalam mendukung sektor-sektor ini dapat membantu menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Asia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us

Latest in Business

See More

Luncurkan Aplikasi Tring! Pegadaian Bikin Investasi Emas Lebih Mudah

08 Okt 2025, 12:39 WIBBusiness