Batam Jadi Lokasi Pabrik Hilirisasi Timah, Investasi Capai Rp1,2 T

- Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM meresmikan proyek hilirisasi timah senilai Rp1,2 triliun di Kota Batam.
- Proyek ini melibatkan PT Batam Timah Sinergi dan PT Tri Charislink Indoasia sebagai anak usaha dari PT Cipta Persada Mulia.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meresmikan groundbreaking proyek hilirisasi timah di Kota Batam. Proyek yang melibatkan investasi senilai Rp1,2 triliun ini bertujuan untuk memperkuat industri pengolahan timah nasional.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu menyampaikan, proyek ini mencakup pembangunan fasilitas tin chemical oleh PT Batam Timah Sinergi (BTS) dan fasilitas tin solder oleh PT Tri Charislink Indoasia (TCI), yang keduanya merupakan anak usaha dari PT Cipta Persada Mulia (CPM).
"Dengan nilai investasi dan modal kerja tahap awal sebesar Rp1,2 triliun, fasilitas ini dirancang untuk menjadi salah satu pusat hilirisasi timahterbesar di dunia," katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (27/1/2025).
1. Groundbreaking BTS untuk dukung fasilitas tin chemical

Wamen Todotua menyebut, PT Cipta Persada Mulia, sebagai induk usaha, memiliki peran strategis dalam industri timah nasional.
Aktivitas perusahaan mencakup kegiatan pertambangan bijih timah melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) serta produksi tin ingot di smelter miliknya.
"Groundbreaking BTS dilakukan untuk mendukung pembangunan fasilitas tin chemical yang saat ini memasuki tahap awal pengerjaan lahan konstruksi. Sementara itu, TCI sudah
memasuki tahap commissioning dan produksi penuh," ujarnya.
2. Proyek ini sejalan dengan roadmap hilirisasi nasional

Todotua mengatakan, proyek ini sejalan dengan Roadmap Hilirisasi Nasional yang menargetkan Indonesia menjadi produsen timah terbesar kedua di dunia pada 2045.
Selain menciptakan fasilitas produksi berkelas dunia, proyek ini diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ekosistem industri, terutama di wilayah Kepulauan Riau.
“Indonesia, sebagai negara dengan cadangan timah terbesar kedua di dunia, harus mampu memanfaatkan sumber daya ini secara optimal untuk meningkatkan nilai tambahnya. Hilirisasi komoditas timah di Indonesia diperlukan untuk dapat menyerap produksi tin ingot dalam negeri serta mengembangkan industri hilir yang memiliki potensi pasar global yang tinggi,” ungkap Todotua.
3. Batam jadi lokasi strategis dekat dengan jalur perdagangan internasional

Selain mendukung hilirisasi, proyek ini juga mendukung pemerataan pembangunan industri ke luar Pulau Jawa. Terlebih, Batam dekat dengan jalur perdagangan internasional, ditambah dengan infrastruktur logistik yang memadai, memberikan keunggulan dalam efisiensi ekspor-impor komponen.
Todotua juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
“Kami berkomitmen untuk mendukung percepatan perizinan, pengawalan realisasi investasi, dan pengembangan sumber daya manusia lokal. Kami juga mendorong BTS dan TCI untuk menarik lebih banyak investor yang menjadi offtaker produk mereka, sehingga tercipta ekosistem industri timah yang berkelanjutan,” ucapnya.