Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bergabung BRICS, Indonesia Perlu Waspadai Sejumlah Risiko

Ilustrasi negara BRICS (freepik.com/scorpiries2004)
Intinya sih...
  • Indonesia resmi menjadi anggota BRICS, aliansi yang menguasai 35% PDB global
  • Kepesertaan Indonesia di BRICS memperkuat hubungan dengan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan

Jakarta, IDN Times - Indonesia resmi menjadi anggota penuh alianzi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS).

Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira mengatakan bahwa kepesertaan Indonesia di BRICS bisa dinilai sebagai upaya memperkuat hubungan, tidak hanya dengan China tapi dengan Brasil dan Afrika Selatan maupun negara timur tengah.

"Pemerintah sebaiknya tidak melihat BRICS hanya agenda China saja, tapi ada potensi besar dengan negara Brasil terkait ekonomi restoratif, hingga Afrika Selatan soal pengembangan transisi energi bersih," ujar Bhima, Rabu (8/1/2024).

1. BRICS dinilai tak terlalu beri keuntungan untuk Indonesia

Donald Trump. (x.com/@TeamTrump)

Bhima menambahkan, jika terlalu pro-China maka keanggotaan Indonesia di BRICS akan sia-sia karena hanya mereplikasi hubungan ekonomi dengan China yang sudah terlalu dominan.

Di sisi lain, aliansi BRICS tidak begitu memberikan keuntungan untuk Indonesia. Karena ekonomi China diproyeksikan akan melambat terutama pasca kembali terpilihnya Donald Trump yang memicu proteksionisme dagang.

2. Perlu kolaborasi di sektor strategis

Ilustrasi Ekspor (Dok. IDN Times)

Bhima menilai bergabungnya Indonesia dengan BRICS juga memiliki risiko jika terlalu fokus pada China. Untuk menghindari risiko ini, Indonesia perlu memainkan peran dalam mendorong kolaborasi di sektor-sektor strategis.

"Seperti sektor investasi dan pembangunan infrastruktur yang menyasar kebutuhan negara-negara berkembang, dan mengarahkan investasi kepada proyek yang bisa memperkuat kemandirian ekonomi negara-negara anggota," ucap Bhima. 

3. Indonesia perlu tangkap peluang untuk kembangkan pasar modal yang ramah lingkungan

BRICS

Selaras dengan hal tersebut, Indonesia perlu memainkan peran untuk mendorong kerja sama green invesment negara anggota dengan mengembangkan pasar modal yang ramah lingkungan. Jika berbicara Global South, sebetulnya urgensi utama yang tidak bisa diabaikan adalah dominasi investasi sektor ekstraktif.

"Jadi BRICS diharapkan juga menyoroti potensi kerja sama green investment untuk green growth dalam beberapa tahun mendatang," ucap Bhima. 

Anggota-anggota BRICS menguasai 40 persen populasi dunia dan 35 persen produk domestik bruto (PDB) global sehingga menjadikannya pemain yang penting di kancah internasional.

Berdiri pada 2009 dengan anggota awal Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, BRICS kini memiliki semakin banyak anggota usai 13 negara baru ditetapkan sebagai negara mitra pada Oktober 2024. Selain Indonesia, BRICS juga menyambut tiga negara Asia Tenggara lainnya sebagai anggota baru, yaitu Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
Jujuk Ernawati
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us