BI: Pasar Keuangan Global Masih Dihantui Ketidakpastian Tinggi

- Obligasi masih jadi incaran investor
- Ekonomi domestik menunjukkan daya tahan, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen pada kuartal kedua tahun 2025.
- Secara spasial laju ekonomi Jawa masih paling tinggi
- Sektor industri pengolahan dan perdagangan mencatat pertumbuhan positif di Indonesia.
- Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan tumbuh 4,6 hingga 5,4 persen
- Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 berada di kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen.
Yogyakarta, IDN Times -Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) Bank Indonesia, Juli Budi Winantya mengakui kondisi pasar keuangan global masih dibayangi ketidakpastian tinggi akibat dinamika ekonomi yang fluktuatif dan meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai kawasan.
Meskipun terdapat sejumlah perkembangan terbaru, termasuk penetapan tarif perdagangan di beberapa negara, namun sentimen global belum menunjukkan stabilisasi. Sebaliknya, ketidakpastian dalam jangka pendek justru kian meningkat, ditandai oleh volatilitas pasar dan respon investor yang lebih hati-hati.
“Dinamika global masih sangat tinggi. Ketidakpastian ini tidak hanya berasal dari sisi ekonomi, tetapi juga dari eskalasi risiko geopolitik yang berdampak luas terhadap arus modal dan stabilitas pasar,” ujar Juli dalam Agenda Pelatihan Wartawan Bank Indonesia, Jumat (22/8/2025).
1. Obligasi masih jadi incaran investor

Juli menyebut aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, memang masih masuk ke pasar keuangan. Namun, saat ini investor cenderung memilih aset berkualitas tinggi, volume aliran modal tersebut menjadi relatif terbatas. Instrumen keuangan publik seperti obligasi tetap menjadi tujuan utama.
Sementara itu, di tengah ketidakpastian global, ekonomi domestik menunjukkan daya tahannya. Pada kuartal kedua tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,12 persen didorong sejumlah faktor utama seperti peningkatan investasi dalam negeri, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, serta kenaikan ekspor barang dan jasa.
Konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat, sementara sektor ekspor didukung pertumbuhan ekspor barang pada periode Juni–Juli, serta kenaikan jumlah wisatawan mancanegara yang mendorong ekspor jasa.
2. Secara spasial laju ekonomi Jawa masih paling tinggi

Kemudian dari sisi produksi, industri pengolahan menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi, tumbuh sebesar 5,68 persen, sejalan dengan meningkatnya ekspor. Sektor perdagangan juga mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,37 persen, didorong oleh aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang terus membaik.
Selain itu, sektor informasi dan komunikasi juga menunjukkan performa yang sangat baik, dengan pertumbuhan hampir mencapai 8 persen, tepatnya 7,9 persen.
"Secara spasial, pertumbuhan ekonomi terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. Namun, wilayah Jawa mencatat pertumbuhan tertinggi, didukung oleh kontribusi besar terhadap konsumsi nasional, sektor manufaktur, dan perdagangan," bebernya menegaskan.
3. Pertumbuhan ekonomi diproyeksi tumbuh 4,6 hingga 5,4 persen

Dengan demikian, Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 secara keseluruhan akan berada di kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen, dengan kecenderungan berada di atas titik tengah proyeksi.
"Pendorongnya investasi masih tetap kuat, ekspor yang membaik, didukung oleh tarif dagang (trump) terhadap Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan negara lain diharapkan mendorong ekspor," kata dia.
Kemudian sisi belanja pemerintah (government spending) yang diproyeksikan meningkat sehingga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi. Dorongan dari faktor kebijakan dari sisi fiskal dan Bank Indonesia sudah lima kali menurunkan policy rate.