Boeing Gagal Capai Kesepakatan Kontrak, Serikat Siap Lakukan Mogok

- Para anggota serikat IAM District 837 menolak tawaran kontrak baru Boeing karena dianggap tidak cukup menghargai kontribusi dan pengorbanan pekerja.
- Penolakan ini mengancam kelangsungan produksi sejumlah pesawat tempur utama di kawasan Midwest Amerika, termasuk F-15, F/A-18, dan pengembangan F-47.
- Meskipun pimpinan serikat merekomendasikan tawaran kontrak, sebagian besar anggota merasa tawaran tersebut tetap tidak sesuai ekspektasi.
Jakarta, IDN Times - Serikat pekerja di pabrik pesawat tempur Boeing wilayah St. Louis secara bulat menolak tawaran kontrak dari perusahaan tersebut. Penolakan terjadi dalam pemungutan suara massal yang melibatkan lebih dari 3.200 anggota serikat International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM) District 837, pada Minggu (27/7/2025).
Keputusan ini membuka peluang terjadinya aksi mogok kerja dalam waktu dekat. Kontrak saat ini akan berakhir pada Minggu malam, disusul masa pendinginan selama tujuh hari sebelum mogok kerja resmi dimulai, tepatnya mulai Senin (4/8/2025).
1. Rincian penolakan kontrak oleh serikat pekerja Boeing
Para anggota serikat IAM District 837 berada di tiga fasilitas utama, yaitu St. Louis, St. Charles (Missouri) dan Mascoutah (Illinois), yang secara tegas menolak tawaran kontrak baru Boeing. Perusahaan menawarkan kenaikan upah sebesar 20 persen selama empat tahun dan bonus ratifikasi senilai 5 ribu dolar Amerika Serikat (AS) (Rp81,5 juta), termasuk penambahan waktu cuti dan sakit. Namun serikat menilai tawaran tersebut tidak cukup menghargai kontribusi dan pengorbanan pekerja.
“Proposal dari Boeing tidak memenuhi prioritas dan pengorbanan tenaga kerja kami,” demikian pernyataan IAM.
Serikat pekerja menyatakan, meski perusahaan memperbaiki tawaran untuk tunjangan medis, pensiun, dan lembur, kebutuhan utama anggota belum terpenuhi secara memadai. IAM menegaskan, pihaknya tetap berkomitmen untuk kembali ke meja negosiasi demi kesejahteraan anggota dan keluarganya.
2. Dampak penolakan bagi produksi pesawat tempur Boeing
Penolakan kontrak ini mengancam kelangsungan produksi sejumlah pesawat tempur utama di kawasan Midwest Amerika, termasuk F-15, F/A-18, dan pengembangan F-47 yang baru saja mendapat kontrak besar dari Angkatan Udara AS pada awal tahun. Jika aksi mogok benar-benar terjadi setelah periode pendinginan berakhir pada Senin (4/8/2025), produksi dan pengiriman jet tempur diperkirakan akan terganggu signifikan.
“Kami tengah mempersiapkan diri untuk kemungkinan mogok kerja.” ujar Dan Gillan, General Manager sekaligus Wakil Presiden Boeing Air Dominance, dilansir Economic Times.
Ia menambahkan bahwa tawaran tersebut adalah kontrak terbaik yang pernah diajukan kepada serikat pekerja di St. Louis, namun tidak menyinggung rencana negosiasi ulang dalam waktu dekat.
3. Tanggapan serikat dan kelanjutan perselisihan industrial
Meskipun pimpinan serikat sempat merekomendasikan tawaran kontrak dan menyebutnya sebagai kesepakatan bersejarah, sebagian besar anggota merasa tawaran tersebut tetap tidak sesuai ekspektasi.
“Anggota kami bersatu untuk menuntut kontrak yang menghargai kerja mereka dan menjamin masa depan yang aman,” menurut pernyataan resmi IAM District 837, dilansir The Hill.
Menurut IAM, para pekerja tetap akan bertugas sebagaimana biasa dalam masa pendinginan dan akan mengambil langkah mogok jika negosiasi berikutnya gagal mencapai kata sepakat sebelum Senin (4/8/2025). IAM, sebagai salah satu serikat terbesar di Amerika Utara, berharap bisa menyelesaikan ketegangan ini melalui negosiasi lanjutan.