Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bos Bulog Buka-bukaan Alasan Usul Margin Naik Jadi 10 Persen

Bos Bulog Buka-bukaan Alasan Usul Margin Naik Jadi 10 Persen
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • Bulog meminta perlakuan yang sama dengan Pertamina dan PLN
  • Bulog berpotensi rugi hingga Rp900 miliar karena margin kecil
  • Tunggu restu BPKP untuk kenaikan margin 10 persen
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani membeberkan alasan mengapa pihaknya mengusulkan kenaikan margin dari pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) hingga 10 persen. Rizal mengatakan, selama ini pihaknya hanya mendapatkan margin sebesar Rp50 per kilogram (kg) beras yang sudah disalurkan.

Angka tersebut sudah berlaku sejak 2014. Artinya, selama 11 tahun tak ada kenaikan. Menurutnya, angka tersebut sudah tidak ideal, apalagi penugasan yang harus dijalankan Bulog semakin besar.

“Masa sekian dari 2014 sampai 2025, berarti 11 tahun,” kata Rizal di kantor Bulog, Jakarta, Senin (29/12/2025).

1. Bulog minta diberikan perlakuan yang sama dengan Pertamina dan PLN

Bos Bulog Buka-bukaan Alasan Usul Margin Naik Jadi 10 Persen
Ilustrasi beras di gudang Bulog. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Sebagai BUMN yang melaksanakan penugasan pemerintah dalam pengadaan CBP, pihaknya meminta perlakuan yang sama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Rizal mengatakan, Pertamina dan PLN mendapatkan margin sebesar 10 persen dari penugasan yang dilaksanakan.

“Nah, awalnya disetujui 7 persen, awalnya 7 persen naik marginnya. Namun kami ngajukan alangkah baiknya, kita disetarakan dengan BUMN yang lain, 10 persen, baik Pertamina maupun PLN,” ucap Rizal.

2. Bulog berpotensi rugi hingga Rp900 miliar

Bos Bulog Buka-bukaan Alasan Usul Margin Naik Jadi 10 Persen
Beras SPHP Bulog. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Dalam menyalurkan CBP, Bulog harus mengawalinya dengan pengadaan atau pembelian beras/gabah dari petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk proses pengadaan itu, Bulog mencari modal dari pinjaman bank-bank BUMN.

Setelah melakukan pengadaan, Bulog menyimpan beras itu di gudang sebagai CBP. Usai CBP disalurkan melalui program operasi pasar, bantuan sosial, bantuan pangan, atau bantuan bencana, Bulog baru mendapatkan pembayaran dari pemerintah atas pengadaan CBP.

Selama proses itu berlangsung, Bulog dikenakan bunga atas pinjaman dari bank-bank BUMN. Dengan margin yang kecil, dan pembayaran dari pemerintah yang dilakukan belakangan, serta biaya bunga yang terus menumpuk, Bulog berpotensi mencatatkan kerugian.

Pada 2025 ini, Bulog berpotensi mencatatkan kerugian hingga Rp900 miliar. Namun jika kenaikan margin direstui, Bulog berpotensi mengantongi keuntungan sebesar Rp2,1 triliun.

“Begitu dinyatakan marginnya naik 10 persen, otomatis itu sudah naik menjadi Rp2,1 triliun,” tutur Rizal.

3. Tunggu restu BPKP

Bos Bulog Buka-bukaan Alasan Usul Margin Naik Jadi 10 Persen
Kantor pusat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Rizal mengatakan, Kementerian Koordinator Bidang Pangan telah menyetujui usulan Bulog itu. Namun, pemerintah masih harus menunggu rekomendasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

“Kalau dari diskusi tadi cukup internal Rakortas, tapi ya harus presetujuan BPKP,” ucap Rizal.

Harapannya, sebelum 2025 berakhir kenaikan margin sebesar 10 persen itu bisa diketok.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Cara Aktivasi Akun Coretax, Sudah Tembus 9,8 Juta Wajib Pajak!

30 Des 2025, 07:03 WIBBusiness