Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua DK OJK, Mahendra Siregar dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2025. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko via Youtube)

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar menyampaikan sejumlah pencapaian pasar modal Indonesia sepanjang 2024. Mahendra mengatakan, berbagai indikator kinerja pasar modal Indonesia pada 2024 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.

"IHSG tahun 2024 pada tanggal 30 Desember ditutup di level 7.079,91 yang walaupun turun 2,6 persen dari tahun lalu (2023), namun di atas level terendah 6.726,92 pada 19 Juni 2024," ujar Mahendra dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025, di Jakarta, Kamis (2/1/2025).

1. Nilai kapitalisasi pasar naik 6 persen

MR.DIY resmi IPO di Bursa Efek Indonesia (dok. BEI)

Selain itu, Mahendra juga turut mengungkapkan adanya kenaikan dari sisi nilai kapitalisasi pasar atau market capitalization sepanjang tahun lalu.

"Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp12.300 triliun atau tumbuh 6 persen yang apabila dibandingkan dengan ekonomi nasional mencapai 56 persen dari PDB," kata dia.

Dari sisi penghimpunan dana di pasar modal, tercatat ada 199 penawaran umum dengan nilai total Rp259,24 triliun. Hal itu termasuk 43 emiten baru dengan nilai IPO Rp16,68 triliun dan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS) senilai Rp41,77triliun.

2. Perkembangan bursa karbon

Pertamina berpartisipasi dalam peluncuran bursa karbon IDX, yaitu IDXCarbon pada Selasa (26/9). IDXCarbon diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. (Dok. Pertamina)

Di sisi lain, Mahendra juga menyampaikan pencapaian Bursa Karbon atau IDX Carbon selama 2024. "Hingga 27 Desember 2024, tercatat volume transaksi di Bursa Karbon sebesar 908 ribu ton CO2 equivalent dengan total nilai transaksi akumulasi Rp50,64 miliar," kata dia.

Kemudian, Mahendra menyampaikan kenaikan jumlah Single Investor Identification (SID) sebesar 22,21 persen year to date (ytd) menjadi 14,8 juta orang.

3. Pasar modal Indonesia masih banyak sediakan ruang perbaikan

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Melihat segala pencapaian tersebut, Mahendra menilai masih banyak ruang perbaikan  yang mesti dilakukan di pasar modal Indonesia. Beberapa indikator yang menunjukkan butuhnya perbaikan tersebut di antaranya adalah Indeks LQ45 dengan saham-saham perusahaan terbesar dan paling liquid serta menjadi rujukan invstasi fund manager global dan domestik justru mengalami pelemahan 15,6 persen.

Indikator lainnya adalah kontribusi saham terhadap PDB Indonesia walaupun tumbuh tetap masih berada di bawah negara-negara Asia lain seperti India sebesar 140 persen, Thailand 101 persen, dan Malaysia 97 persen.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar, diperlukan perkuatan ekosistem pasar modal kita sehingga meningkat aspek integritas pasar yang menjadi landasan utama well functioning and efficient capital market," tutur Mahendra.

Editorial Team