Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Deflasi Berturut, BI Bantah Ada Penurunan Daya Beli Masyarakat

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya. (IDN Times/Triyan).
Intinya sih...
  • Bank Indonesia membantah terjadi penurunan daya beli masyarakat karena deflasi Februari yang hanya 0,09 persen.
  • Deflasi tahunan pertama sejak 2000 menunjukkan konsumsi rumah tangga masih tumbuh 5 persen, berkontribusi 53,71 persen terhadap PDB.
  • Deflasi disebabkan kebijakan diskon tarif listrik hingga 50 persen untuk pelanggan PLN di bawah daya 2.200 VA selama Januari-Februari.

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia membantah telah terjadi penurunan daya beli masyarakat, karena terjadinya deflasi pada Februari yang berada di level 0,09 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, mengatakan indikator untuk mengukur kondisi daya beli masyarakat biasanya dilakukan melalui inflasi inti, karena lebih mencerminkan interaksi antara penawaran dan permintaan.

"Terkait dengan inflasi inti sendiri sampai dengan Februari, inflasi inti secara tahunan ada di kisaran 2,5 persen atau 2,48 persen. Jadi masih di angka yang rendah dan stabil," kata Juli saat Taklimat Media, Kamis (6/3/2025).

1. Berbagai data ekonomi tunjukkan daya beli tidak merosot

Ilustrasi Deflasi (freepik.com/freepik)

Bila mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), deflasi tahunan ini terjadi untuk pertama kalinya sejak 2000. Artinya, Indonesia baru kembali mengalami deflasi secara tahunan dalam 25 tahun terakhir.

Selain itu, Juli menuturkan, angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga berdasarkan catatan BPS di kuartal IV 2024, sekaligus sepanjang 2024, masih di kisaran 5 persen. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 53,71 persen (year on year).

"Sehingga, menurut kami ini masih cukup baik, terkait dengan pertumbuhan ekonomi, khususnya konsumsi rumah tangga," ujar Juli.

2. Diskon tarif listrik di Februari sebabkan terjadinya deflasi

ilustrasi mengisi meteran listrik (dok. PLN)

Juli mengatakan deflasi yang berturut  pada Januari dan Februari 2025, lebih disebabkan kebijakan diskon tarif listrik.

"Deflasinya ini lebih disebabkan karena diskon tarif listrik, karena ada kebijakan pemerintah dan di kelompok administered price (harga yang diatur pemerintah), tapi secara umum inflasi tahun masih rendah dan stabil, kemudian inflasi ini juga masih ada di kisaran 2 persen," ungkap dia.

3. Diskon tarif listrik telah berakhir pada Februari

Ilustrasi tumpukan uang koin (freepik.com/freepik)

Kebijakan diskon tarif listrik 50 persen diberikan untuk pelanggan PLN di bawah daya 2.200 VA, yang diberikan selama dua bulan yakni, Januari-Februari. 

Subsidi tarif listrik ini menyasar 81,42 juta pelanggan. Subsidi yang merupakan bagian dari paket insentif di bidang ekonomi ini, untuk menjaga daya beli serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us