Demi Stabilisasi Harga Emas, Impor dan DMO Bisa Jadi Solusi

- Pemerintah perlu DMO emas seperti batu bara
- Antam impor 30 ton emas
- Cara lain Antam penuhi kebutuhan emas domestik
Jakarta, IDN Times - Pengamat Ekonomi Energi sekaligus Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menilai impor emas yang dilakukan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam adalah hal wajar.
Apalagi, menurut dia, komoditas emas sudah diliberasi yang artinya bergantung pada permintaan dan penawaran atau supply and demand.
"Kalau memang produk dalam negeri tidak cukup, maka dibolehkan impor agar memenuhi kebutuhan dan harga tidak melonjak . Impor ini seharusnya bisa mendukung juga untuk mengerem kenaikan harga," ujar Fahmy kepada media, dikutip Jumat (3/10/2025).
1. Pemerintah perlu DMO emas seperti batu bara

Di sisi lain, Fahmy juga mendukung intervensi pemerintah untuk menerapkan kebijakan Domestic Obligation Market (DMO) emas seperti yang dilakukan pada komoditas batu bara.
"Pilihan DMO bisa jadi pilihan agar harga bisa stabil, apalagi tidak ada juga peraturan pemerintah yang memperbolehkan atau melarang impor. Jadi kembalikan saja ke pasar," kata Fahmy.
2. Antam impor 30 ton emas

Diketahui, Antam melakukan impor emas demi memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Dari total kebutuhan emas sebesar puluhan ton per tahun, produksi emas dari tambang perusahaan di Pongkor yang hanya satu ton per tahun.
Tercatat, pada tahun lalu penjualan emas mencapai 43 ton dan pada 2025 ini ditargetkan bisa mencapai 45 ton.
Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto pun menjelaskan perihal impor emas itu kepada Anggota Komisi VI DPR RI pada awal pekan ini sekaligus menjawab pertanyaan Pimpinan Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade terkait besaran impor yang dilakukan Antam.
"Mungkin 30 ton-an pak," jawab pria yang karib disapa Didi atas pertanyaan tersebut.
Adapun impor emas yang dilakukan Antam tidak sembarangan. Antam mengimpor emas dari perusahaan atau lembaga yang terafiliasi dengan London Bullion Market Association (LBMA).
Perusahaan-perusahaan itu terklasifikasi menjadi tiga, yakni bullion bank, refinery, dan trader. Hal tersebut yang kemudian membuat Antam seakan-akan mengekspor emas. Padahal, Didi memastikan Antam tidak pernah mengekspor emas produksinya.
"Nah kita membeli dari bullion bank maupun refinery maupun bullion trader yang ada di Singapura maupun Australia, dengan harga pasar pak. Jadi semuanya itu sebenarnya transparan dan bisa dilacak," ujar Didi.
3. Cara lain Antam penuhi kebutuhan emas domestik

Impor bukan jadi satu-satunya cara Antam memenuhi kebutuhan emas domestik. Didi menjelaskan, ada dua cara lagi yang digunakan Antam untuk bisa memenuhi kebutuhan emas dalam negeri.
Pertama, Antam melakukan pembelian kembali alias buyback emas yang dibeli masyarakat dari Antam, kemudian dijual kembali ke Antam. Lewat cara pertama tersebut, Antam mencetak emas menjadi versi baru.
"Itu cuma 2,5 ton satu tahun dapatnya. Jadi kita masih shortage banyak. Dari mana yang lainnya? Dari perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia yang memurnikannya di Antam," kata Didi.
"Jadi ada beberapa perusahaan pak seperti Indomuro, kemudian juga NHM, dan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menambang emas, mereka memurnikan di Antam, kemudian kita menawarkan apabila emasnya boleh dibeli sama Antam. Mereka mau menjualnya ke Antam," sambung dia.