Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gita Wirjawan Sebut Indonesia Punya Modal Jadi Kekuatan Maritim ASEAN

IMG-20250901-WA0003.jpg
Mantan Menteri Perdagangan 2011-2014, Gita Wirjawan. (Dok. PIS)
Intinya sih...
  • Keberlanjutan jadi faktor penting industri maritim.
  • Isu keberlanjutan menjadi perhatian dalam industri maritim global, salah satunya melalui penerapan prinsip Environmental, Sustainability, and Governance (ESG).
  • CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Surya Tri Harto menyampaikan visi jangka panjang untuk mendorong dekarbonisasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Indonesia dinilai berpotensi besar menjadi narator utama industri maritim di Asia Tenggara. Kawasan dengan lebih dari 700 juta penduduk itu memegang peran strategis dalam peta maritim global. Hal tersebut disampaikan oleh Mantan Menteri Perdagangan 2011-2014, Gita Wirjawan.

Menurutnya, kekuatan Indonesia tidak hanya pada jumlah kapal, tetapi juga pada kemampuan mengelola ekosistem pendukung, termasuk keuangan dan infrastruktur.

Dia menilai PT Pertamina (Persero) lewat PT Pertamina International Shipping (PIS) dapat ikut memperkuat narasi tersebut. Melalui armada kapal dan pengelolaan bisnis berkelanjutan, perusahaan dianggap mampu berkontribusi membawa nama Indonesia.

"Ini perlu menjadi narator bukan hanya untuk Pertamina, bukan hanya Indonesia, tapi Asia Tenggara yang merupakan 9 persen dari populasi dunia dengan 700 juta manusia di Asia Tenggara," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (1/9/2025).

1. Keberlanjutan jadi faktor penting industri maritim

IMG-20250317-WA0006.jpg
ilustrasi kapal tanker Pertamina International Shipping (dok. PIS)

Gita menekankan pentingnya narasi keberlanjutan dalam industri maritim. Menurutnya, itu harus didukung pemahaman mendalam terhadap ilmu STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) serta kemampuan menyampaikannya secara efektif.

"Supaya kita bisa berjalan di rantai nilai dengan peningkatan produktivitas dan juga dalam tatanan geopolitik agar kita jauh lebih relevan dengan narasi sustainability," sebutnya.

Dalam kesempatan itu, Gita melihat komitmen PIS yang dinilai konsisten mendorong praktik bisnis berkelanjutan. Perusahaan disebut memiliki organisasi yang solid dan gagasan yang terus berkembang.

"Kombinasi ini akan membuka jalan menuju kesuksesan yang lebih besar di masa depan” ujar Gita.

2. Arah industri maritim menuju dekarbonisasi

Kapal Gamsunoro milik PT Pertamina International Shipping (PIS). (dok. PIS)
Kapal Gamsunoro milik PT Pertamina International Shipping (PIS). (dok. PIS)

Isu keberlanjutan menjadi perhatian dalam industri maritim global, salah satunya melalui penerapan prinsip Environmental, Sustainability, and Governance (ESG).

CEO PT Pertamina International Shipping (PIS) Surya Tri Harto menyampaikan visi jangka panjang untuk mendorong dekarbonisasi. PIS menargetkan pencapaian emisi karbon netral pada 2050, lebih cepat 10 tahun dibanding target pemerintah.

"Komitmen terhadap green business bukan sekadar tren, melainkan bagian dari strategi kami menghadapi transisi energi global dan memperluas peran PIS di pasar internasional," paparnya.

Surya juga menjelaskan sejumlah langkah yang telah ditempuh, seperti pengoperasian kapal ramah lingkungan, penggunaan biodiesel pada armada, serta pemanfaatan energi terbarukan di fasilitas pelabuhan.

3. Teknologi ramah lingkungan berhasil tekan emisi

Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) siap berangkat usai bersandar di Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)
Kapal Pertamina Gas 1 berjenis Very Large Gas Carrier (VLGC) milik PT Pertamina International Shipping (PIS) siap berangkat usai bersandar di Terminal LPG Tanjung Sekong, Cilegon, Banten, Senin (23/8/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Pada 2024, PIS melaporkan reduksi emisi karbon sebesar 51,09 ribu ton CO2e melalui penerapan teknologi kapal ramah lingkungan, termasuk sistem pengolahan air ballast (Ballast Water Treatment System/BWTS) dan instalasi scrubber untuk mengelola limbah kapal saat bersandar di pelabuhan.

Penerapan teknologi tersebut menjadi bagian dari strategi perusahaan yang mengacu pada prinsip lESG. Langkah itu dijalankan bersamaan dengan target jangka panjang dekarbonisasi yang telah ditetapkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

5 Hal yang Harus Kamu Hindari dalam Memulai Usaha Baru

03 Sep 2025, 23:00 WIBBusiness