Inflasi Grosir Jepang Melonjak, Tekan Biaya Perusahaan

- Inflasi grosir Jepang mencapai 4,2% pada Maret 2025, menandakan tekanan biaya yang semakin kuat bagi perusahaan.
- Faktor kenaikan inflasi termasuk harga bahan baku dan pelemahan yen terhadap dolar AS, serta ketidakpastian kebijakan tarif AS.
- Kenaikan ini diprediksi akan memengaruhi harga barang konsumen, mendorong spekulasi BOJ akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Jakarta, IDN Times - Data terbaru pada Kamis (10/4/2025), menunjukkan inflasi grosir tahunan Jepang melonjak ke angka 4,2 persen pada Maret lalu. Kenaikan ini menandakan tekanan biaya yang semakin kuat bagi perusahaan-perusahaan di Jepang, di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) yang terus membayangi perekonomian global.
Angka ini naik dari bulan sebelumnya, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi korporasi Jepang dalam mengelola biaya produksi. Reuters melaporkan bahwa lonjakan ini menjadi sinyal bahwa tekanan inflasi tidak akan mereda dalam waktu dekat, memberikan dampak signifikan pada daya saing bisnis di negara tersebut.
1. Faktor utama kenaikan inflasi grosir
Inflasi grosir yang meningkat tajam ini didorong oleh beberapa faktor kunci, termasuk kenaikan harga bahan baku dan pelemahan yen terhadap dolar AS. Ketidakpastian terkait kebijakan tarif yang diusulkan oleh pemerintahan AS membuat perusahaan Jepang kesulitan merencanakan strategi jangka panjang, terutama dalam hal impor bahan baku.
"Kami melihat tekanan biaya yang terus berlanjut karena harga komoditas global belum stabil," kata Masato Koike, ekonom senior di Sompo Institute Plus. Ia menambahkan bahwa pelemahan yen baru-baru ini juga turut memperparah situasi, memaksa perusahaan menanggung beban tambahan dari kenaikan biaya impor.
2. Dampak pada perusahaan dan konsumen
Kenaikan inflasi grosir ini diperkirakan akan memengaruhi harga barang di tingkat konsumen dalam beberapa bulan mendatang. Perusahaan-perusahaan Jepang, yang sudah tertekan oleh biaya operasional yang meningkat, kemungkinan akan meneruskan sebagian beban ini kepada pelanggan, meskipun dengan hati-hati agar tidak mengurangi daya beli masyarakat.
"Inflasi grosir mungkin melambat ke depannya seiring penurunan harga komoditas dan penguatan yen," ujar Koike dalam wawancara dengan Reuters. Meski begitu, ia menegaskan bahwa ketidakpastian global tetap menjadi risiko besar yang sulit diprediksi.
3. Prospek kebijakan bank sentral Jepang

Bank of Japan (BOJ) kini berada di bawah sorotan karena inflasi yang terus berada di atas target 2 persen. Data ini memperkuat spekulasi bahwa BOJ mungkin akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat untuk menahan laju inflasi, sebuah langkah yang telah lama dinantikan oleh pasar.
"Kami memantau situasi ini dengan cermat," kata seorang pejabat BOJ yang enggan disebut namanya. Ia menambahkan bahwa tekanan inflasi yang berkelanjutan dapat mendorong bank sentral untuk bertindak lebih cepat, terutama jika kenaikan upah terus mendukung konsumsi dan mendorong perusahaan menaikkan harga.