Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jevons Paradox: Kenapa Hemat Energi Bisa Bikin Konsumsi Meningkat?

ilustrasi teknologi untuk efisiensi menulis (pixels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi teknologi untuk efisiensi menulis (pixels.com/Antoni Shkraba Studio)
Intinya sih...
  • Konsep Jevons Paradox pertama kali diamati oleh ekonom Inggris William Stanley Jevons pada pertengahan abad ke-19. Para ahli menyebut mekanisme yang mendasari Paradoks Jevons sebagai konsep efek rebound atau efek pantulan.
  • Paradoks Jevons dilaporkan terjadi pada berbagai sektor, termasuk sektor transportasi. Peningkatan efisiensi bahan bakar kendaraan disebut juga berdampak pada naiknya konsumsi.
  • Di sektor energi, kehadiran teknologi hemat energi seperti lampu LED memotivasi peningkatan konsumsi karena biaya yang lebih rendah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Upaya mengejar efisiensi dalam berbagai sektor seperti energi, teknologi, dan pengelolaan sumber daya telah menjadi tujuan utama di dunia saat ini. Peningkatan efisiensi ini diharapkan dapat mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan.

​Namun, sebuah fenomena yang dikenal sebagai Paradoks Jevons menunjukkan perbaikan efisiensi pada teknologi justru dapat memicu kenaikan konsumsi secara menyeluruh, alih-alih tercapainya konservasi.

1. ​Efek rebound jadi penjelasan utama

ilustrasi konsumen bahagia (pexels.com/Tim Douglas)
ilustrasi konsumen bahagia (pexels.com/Tim Douglas)

Dilansir Green Choice, konsep Jevons Paradox pertama kali diamati oleh ekonom Inggris William Stanley Jevons pada pertengahan abad ke-19.

​Saat itu, Jevons menemukan peningkatan efisiensi mesin uap tidak menghasilkan penghematan, melainkan peningkatan konsumsi batu bara yang lebih tinggi karena penggunaannya semakin meluas.

​Para ahli menyebut mekanisme yang mendasari Paradoks Jevons sebagai konsep efek rebound atau efek pantulan. Dijelaskan ketika biaya penggunaan suatu sumber daya menurun akibat adanya peningkatan efisiensi, sumber daya tersebut secara otomatis menjadi lebih menarik bagi konsumen dan industri.

Peningkatan keterjangkauan inilah yang kemudian mendorong konsumsi lebih tinggi, sehingga dapat meniadakan keuntungan awal yang didapat dari efisiensi.

2. ​Terjadi pada kendaraan hingga lampu LED

ilustrasi mobil listrik memiliki tingkat efisiensi yang tinggi (Unsplash.com/Eren Goldman)
ilustrasi mobil listrik memiliki tingkat efisiensi yang tinggi (Unsplash.com/Eren Goldman)

​Paradoks Jevons dilaporkan terjadi pada berbagai sektor, termasuk sektor transportasi. Peningkatan efisiensi bahan bakar kendaraan disebut juga berdampak pada naiknya konsumsi.

Mobil yang lebih hemat bahan bakar membuat biaya mengemudi per mil menjadi lebih rendah. Kondisi ini lantas mendorong individu untuk menggunakan kendaraan mereka lebih sering, sehingga jarak tempuh keseluruhan (total miles travelled) justru bertambah.

Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Nissan menemukan bahwa pengemudi Kendaraan Listrik (EV) menempuh jarak tahunan sekitar 370 mil lebih jauh dibandingkan pengemudi mobil bensin atau diesel.

​Di sektor energi, kehadiran teknologi hemat energi seperti lampu LED memotivasi peningkatan konsumsi karena biaya yang lebih rendah. Meskipun adopsi lampu LED meluas, konsumsi energi total untuk pencahayaan dilaporkan tidak menurun signifikan.

Ini terjadi karena biaya per unit cahaya yang berkurang mendorong orang untuk memasang atau menyalakan lebih banyak lampu untuk jangka waktu yang lebih lama. Fenomena ini terlihat jelas dari maraknya pencahayaan luar ruangan dan lampu hias saat Natal.

Kebangkitan teknologi digital dan internet disebut-sebut telah meningkatkan konsumsi energi secara besar-besaran. Walaupun perangkat individual kini lebih efisien, permintaan energi keseluruhan melonjak seiring dengan perluasan penggunaan perangkat pintar dan pusat data.

3. ​Solusi bukan hanya pada efisiensi

Ilustrasi efisiensi dalam bentuk grafik (pexels.com/Lukas)
Ilustrasi efisiensi dalam bentuk grafik (pexels.com/Lukas)

​Paradoks Jevons membawa implikasi penting, terutama bagi pembuat kebijakan, bisnis, dan individu yang peduli pada konservasi sumber daya. ​Disebutkan mengandalkan peningkatan efisiensi saja tidak akan cukup untuk mencapai hasil lingkungan yang diinginkan.

Langkah tersebut perlu dilengkapi dengan berbagai upaya untuk mengatasi efek rebound. ​Untuk mengatasinya, peningkatan kesadaran tentang potensi jebakan efisiensi dianggap krusial, demi mempromosikan kebiasaan konsumsi yang lebih sadar.

​Dari sisi kebijakan, pemerintah dinilai dapat menerapkan penetapan harga karbon, standar energi yang lebih ketat, atau regulasi yang mendorong adopsi sumber energi terbarukan.

Dengan mempertimbangkan pola konsumsi dan efisiensi, pembuat kebijakan dapat menciptakan pendekatan yang lebih komprehensif untuk mengatasi penipisan sumber daya.

​Selain itu, para ahli juga menekankan perlunya perubahan sistemik. Transisi menuju ekonomi sirkular, promosi model berbagi dan konsumsi kolaboratif, serta pengembangan teknologi berkelanjutan dianggap dapat membantu memutus siklus peningkatan konsumsi yang disebabkan oleh perbaikan efisiensi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Profil Ninis Kesuma Adriani, Ratu Pupuk yang Jaga Ketahanan Pangan RI

20 Nov 2025, 07:05 WIBBusiness