Kebijakan Tarif Impor Trump, JK: Yang Paling Rugi Amerika Sendiri

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) merespons kebijakan Presiden Donald Trump yang mengenakan tarif bea masuk 32 persen terhadap barang Indonesia. JK menilai, kebijakan itu justru merugikan masyarakat dan pengusaha AS sendiri.
“Yang kena bea ini, bukan ini. Itu prinsip dipahami itu. Jadi, tidak seperti itu. Karena itu yang paling rugi Amerika sendiri,” kata JK dalam media briefing, Sabtu (5/3/2025).
1. Masyarakat AS harus bayar mahal buat produknya sendiri

JK mengatakan, produk-produk dengan merek yang lahir dari AS, seperti gawai Apple (iPhone, iPad, dan lain-lain), sepatu Nike, dan sebagainya dibuat oleh pabrik-pabrik di Asia. Ketika Trump mengeluarkan kebijakan tarif resiprokal, maka produk-produk itu juga terkena kenaikan tarif bea masuk.
“Ini iPhone semua, buatan apa itu? China, Vietnam, Amerika punya, tapi buatnya di China, Vietnam, tapi kan nanti akan masuk ke Amerika,” ujar JK.
2. Kenaikan tarif impor dibayar oleh masyarakat AS

JK mengatakan, produk-produk buatan Indonesia yang diimpor oleh AS misalnya adalah minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), sepatu, onderdil mobil, dan sebagainya.
Jika produk Indonesia itu dikenakan bea masuk 32 persen, maka harga barangnya akan naik. Namun, kenaikan itu ditanggung konsumen AS sendiri.
“Tentu yang bayar pengusaha dan konsumen Amerika,” tutur JK.
3. AS harus putar otak jaga daya beli masyarakat

Kebijakan tarif impor resiprokal yang akan meningkatkan harga barang-barang di AS sekaligus melemahkan daya beli masyarakat AS. Hal itu pun direspons negatif oleh saham-saham perusahaan AS. Lagi-lagi, menurut JK kondisi itu justru merugikan AS sendiri.
“Karena itu kenapa turun itu saham, sahamnya Microsoft, sahamnya, turun semua saham. Karena nanti pengusaha Amerika sendiri. Dan di dunia ini yang kena juga Amerika,” ucap JK.
Meski harga barang naik, menurutnya konsumsi barang-barang yang diimpor AS dari berbagai negara tak akan berhenti.
“Karena tidak mungkin Amerika berhenti beli baju. Tidak mungkin berhenti beli sabun. Tidak mungkin berhenti beli sawit. Tidak mungkin berhenti beli sepatu. Tidak mungkin berhenti beli spare part,” ujar JK.
Oleh sebab itu, menurutnya AS akan mengeluarkan kebijakan lain untuk menjaga daya beli masyarakat. Misalnya dengan menurunkan pajak, atau perusahaan melakukan efisiensi biaya operasional demi mencegah lonjakan harga.
“Maka mungkin mereka, pasti mereka akan efisienkan. Pasti mereka mengurangi mungkin iklannya, atau apanya, pegawainya, sehingga mereka bisa hemat 5 persen, pasti itu, karena mereka yang mahal apa? Logistik, toko, ya pasti diefisienkan itu supaya jangan kehilangan konsumen,” tutur JK.