Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Pemerintah Tidak Cetak Uang untuk Bayar Utang?

Ilustrasi utang. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Utang Indonesia mencapai Rp8.461,93 triliun hingga Agustus 2024, dengan ULN sebesar 425,1 miliar dolar AS.
  • Tingginya peredaran uang dapat menyebabkan inflasi tinggi dan depresiasi mata uang, mengakibatkan kenaikan harga barang dan melemahnya nilai mata uang.
  • Mencetak uang dalam jumlah besar akan membuat utang negara kian membengkak karena nilai mata uang yang anjlok di hadapan mata uang asing.

Jakarta, IDN Times - Pergerakan utang Indonesia kian membuncit apabila mengacu data Kementerian Keuangan hingga akhir Agustus, di mana utang pemerintah tembus Rp8.461,93 triliun.

Sedangkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebesar 425,1 miliar dolar AS, atau secara tahunan tumbuh sebesar 7,3 persen. 

Artinya akan ada kewajiban pemerintah untuk membayar utang jatuh tempo dan bunga utang di setiap tahunnya.

Dilansir dari laman OCBC, mencetak uang sebanyak mungkin akan membuat peredaran uang terlalu tinggi. Hal ini bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru akan menimbulkan masalah baru atau memperparah masalah ekonomi yang sudah ada.

Lantas, apa dampak jika pemerintah bayar utang dengan mencetak uang? Simak penjelasannya. 

1. Inflasi tinggi

ilustrasi permintaan barang meningkat akibat inflasi (Freepik.com/ilixe48)

Salah satu dampak negatif tingginya peredaran uang adalah terjadinya inflasi yang tinggi pada sebuah negara.

Seperti diketahui, inflasi adalah kondisi ketika kenaikan harga barang dan jasa di suatu negara dalam jangka waktu yang panjang. Penyebab inflasi umumnya karena ketersediaan barang dan uang yang beredar tidak seimbang.

Dengan banyaknya uang yang beredar, maka nilainya akan mengalami penurunan. Akibatnya, harga barang dan jasa di masyarakat akan mengalami kenaikan drastis.

2. Depresiasi mata uang

ilustrasi uang rupiah (Pixabay/IqbalStock)

Depresiasi mata uang seperti yang disebutkan di atas, peredaran uang yang terlalu tinggi justru akan melemahkan nilai mata uang itu sendiri.

Ketika jumlah uang yang beredar melebihi nilai ekonomi sebenarnya, nilai mata uang justru menurun karena penawaran yang berlebihan namun permintaan tetap.

Depresiasi mata uang akan mempengaruhi banyak hal, seperti impor menjadi lebih mahal, biaya hidup meningkat, dan daya beli masyarakat menurun.

3. Utang makin membengkak

Ribuan triliun utang Jokowi bakal diturunkan ke Prabowo-Gibran. (IDN Times/Mardya Sakti).

Mencetak dan mengedarkan uang dalam jumlah besar bukannya melunasi utang negara, melainkan akan membuat utang negara kian membengkak.

Hal ini terjadi karena nilai mata uang yang anjlok di hadapan mata uang asing, utamanya dolar. Akibatnya, utang negara kepada pihak asing yang menggunakan dolar akan membengkak secara nilai.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us